Kiara bangun lebih awal dari biasanya. Itu dilakukannya karena pagi ini adalah awal dari kehidupannya yang baru. Ia memutuskan untuk memasak sarapan sendiri sebelum berangkat kerja. Dengan penuh semangat, Kiara mulai memotong sayur dan daging. Tangannya lincah, matanya bersinar.
Beberapa menit kemudian, menu sarapan pun tersaji di atas meja makan. Wangi makanan menguar memenuhi ruangan.
"Aku yakin Kenan akan menyukai makananku," ucap Kiara dengan senyum kecil sambil menata meja dengan penuh perhatian.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar. Kenan muncul dengan wajah datar. Kiara langsung menoleh.
"Kenan, sepertinya aku terlalu banyak memasak. Kau bisa membantuku menghabiskannya?" katanya lembut.
Kenan menoleh ke meja makan, lalu mendengus.
"Kau bisa membuangnya," jawabnya ketus, tatapannya tajam.
Kiara terdiam sejenak, mencoba tetap tenang.
"Kenan, aku hanya ingin—"
"Kiara, dengarkan aku baik-baik." Kenan memotong ucapannya dengan suara tajam. "Walaupun aku membawamu kembali ke mansion ini, keputusan ku tidak berubah. Jika dalam tiga hari kau tidak menggugurkan kandunganmu..."
Ia mendekat, suaranya menjadi lebih dingin. "Aku tidak akan segan-segan untuk—"
"Membunuhku?" potong Kiara tajam. Ia menatap mata pria itu dengan keberanian. Perlahan, ia mengambil pisau yang ada di atas meja dan menyerahkannya kepada Kenan.
"Lakukanlah. Tunggu apa lagi? Kalau itu jalan keluarnya, lakukan sekarang. Tapi sampai kapan pun aku tau kau tidak akan melakukan hal sekeji itu."
Kenan terpaku sejenak. Tatapannya membara. Amarahnya meledak. Ia meraih tangan Kiara dan menariknya dengan kasar, menodongkan pisau ke lehernya dari belakang.
"Kau sudah membuatku marah, Kiara. Aku pastikan kau akan menyesal nanti."
Setelah berkata demikian, Kenan melempar pisau ke meja dan menumpahkan semua makanan yang telah disiapkan Kiara. Piring-piring pecah berhamburan di lantai. Ia pergi tanpa menoleh sedikit pun.
Kiara berdiri membeku. Tanpa sadar, air matanya mengalir. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan diri.
"Tidak, Kiara. Kau harus kuat. Kau harus bisa menghadapi pria itu," bisiknya pada diri sendiri. "Dia mungkin membencimu sekarang, tapi kau akan menunjukkan bahwa kau lebih dari yang dia kira. Suatu hari… dia akan melihatmu."
Dengan sisa tenaga, ia membereskan dapur yang hancur sebelum bergegas untuk bersiap bekerja.
Saat ia keluar dari mansion, seseorang menghadangnya. Rachel.
"Dimana Kenan?" tanya Rachel dengan nada tinggi, matanya menatap tajam.
Kiara menatapnya datar. "Dia sudah pergi," jawabnya, hendak melewati Rachel, tapi tangan wanita itu menahan lengannya.
"Jauhi Kenan!" bentak Rachel.
Kiara tersenyum sinis. "Aku sudah mencoba. Tapi entah kenapa, dia yang tidak mau melepaskanku."
Rachel mencengkram lengannya lebih keras. "Jangan bermain-main denganku, Kiara. Aku tahu permainanmu. Kau pura-pura menjadi korbannya padahal kau adalah pelakunya."
"Oh tidak, Rachel." Kiara menatapnya, tatapannya penuh kemenangan. "Kau tahu apa yang menyakitkan? Saat kau pikir kau adalah satu-satunya wanita di hidup pria itu... lalu kenyataannya berubah drastis."
Rachel mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
Kiara tersenyum lebih lebar. "Aku sedang mengandung anak Kenan. Dan meski dia membenciku, dia membawaku kembali ke mansion ini. Dia tidak membiarkan aku membesarkan anak ini sendirian."

KAMU SEDANG MEMBACA
After Merried (End)
RomantizmRachel dan Kenan adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Tetapi kehadiran Kiara membuat hubungan mereka semakin rumit. Kenan harus menikahi Kiara karena dia saat itu sedang mengandung anak darinya. Waring 18+