Tik Tok

0 0 0
                                    

"Kyaaaaaa!" teriak Rena membuat satu Kelas terkejut dan spontan melihat ke arahnya.

Andin terkejut dan menatap kesal Rena. Sedangkan Via, mengusap-usap dadanya. Nabila yang berada di sebelah Andin, hanya kaget dalam sekejap dan lanjut main handphone. Para Murid terlihat sebal dan melanjutkan kembali aktivitas mereka. Sebelum bel istirahat berakhir, berbunyi.

"Lo ngapain sih, hah?!" tanya Andin kesal.

"Nih-nih, lihat!" Rena menyodorkan handphone ke arah Nabila, Andin dan Via.

Mereka bertiga pun melihat ke arah layar persegi panjang itu. Terlihat sebuah chat Rena dengan Aldi, yang mengandung buih-buih romansa. Di akhir chat, Aldi mengirim sebuah foto yang berisi sebuah paper bag dan pesan yang memintanya untuk datang ke Kelas dia.

"Ck, gue kira apaan njir," ucap Andin terlihat kecewa, karena telah melihat isi chat itu.

"Halah, elo iri-kan!" ujar Rena pada Andin.

Andin pun memasang ekspresi julid. "Idih, iri kok sama zina," ucapnya yang berhasil membuat Rena cemberut. "Iri tuh sama orang-orang yang berhasil, ngehapalin tiga puluh juz. Nahhh, itu baru iri yang berfaedah!"

Rena merasa kesal dan menutup layar handphone ke arah meja. Dia melipat kedua tangan ke atas meja dan membaringkan kepala. Andin hanya tersenyum senang dan lanjut bermain handphone.

Terlihat di lain sisi, Nabila menyenggol kaki Via di bawah meja. "Cepet!" ucap Nabila, tanpa bersuara.

Via terlihat ragu dan malu. Dia pun menghela napas pelan, memberanikan diri untuk bicara. "Ndin!" panggilnya dan Andin pun menoleh. "Aku mau minta maaf, soal semalem---" ucapnya terpotong.

"Nggak papa, Nabila juga udah jelasin. Gue juga minta maaf, karena udah marahin elo semalem," kata Andin yang ikut meminta maaf.

Via tersenyum senang dan mengangguk. "Iya, makasih ya Ndin."

Andin tersenyum lembut dan lanjut memainkan handphone. Via melihat ke arah Nabila. Dia mengucapkan rasa terima kasihnya lewah ekspresi wajah. Nabila pun mengangguk, dengan senyumnya yang terlihat cantik.

Tak lama handphone Rena berdering. Terlihat nama Aldi muncul di layar handphone itu. Namun, Rena sudah terlanjur ngambek.

Andin yang mengetahuinya pun, segera mengangkat telpon itu. "Hallo?"

Aldi yang sedang berbicara, dengan temannya di lapangan, terkejut. Dia mengecek lagi nomor yang dihubungi dan kembali menaruh handphone itu ke telinga. "Perasaan gue nggak salah nomor."

"Rena lagi ke kamar mandi," jawab Andin berbohong. "Elo mau bilang apa? Entar gue sampein."

"Ohhh, tolong bilangin Rena, hadiahnya ada di laci. Gue lagi di lapangan, ngurus anak-anak basket," ucap Aldi dari balik telpon.

"Woke," sahut Andin dan langsung mematikan telpon, secara sepihak. Dia pun menggoyangkan lengan Rena. "Kagak usah ngambek! Mending lo sekarang ambil tuh kado, sebelum gue maling!"

Rena pun berdiri dan menarik tangan Via, secara paksa. "Temenin gue!" pintanya paksa.

"Tapi..." ucap Via, namun tangannya sudah terlanjur ditarik oleh Rena. "Tugasku belum selesai Ren," lanjutnya.

"Entar gue tirunin," ujar Rena, sembari menarik tangan Via, keluar dari kelas.

"Eh-ehhh," Via terkejut, karena Rena menarik tangannya dengan kuat, hampir terjatuh dari kursi.

Rena dan Via pun berjalan menuju luar kelas. Terlihat, Andin tengah mengejek Rena dari tempatnya berada. Namun, dia tidak tau, akan hal itu. Jika saja, Rena tau. Sudah pasti adu Jambak atau lempar barang akan menjadi penampilan perdana XI IPS 4. Mereka berdua kini sudah pergi menghilang dari balik dinding. Tak lama, Nabila tiba-tiba saja berdiri tegak, membuat Andin mengangkat kepala.

My LampionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang