Nabila yang hendak tidur, akhirnya mengurung niatnya itu, karena sebuah notifikasi yang terus saja terdengar dari handphone. Dia pun bangun dan melihat isi chat grup yang terlihat rame itu.
XI IPS 4
Dila : Ketua Kelas mana nih?
Rena : @Pak Ketu diharapkan segara meng-onlinekan chatnya, karena para Menteri dan Karyawan ingin segera menutup mata, supaya kami semua bisa menjalankan tugas negara besok, dengan semangat 85.
Andin : Ada apa sih? Ganggu orang tidur aja.
Siswa 1 : Ya elah, Ndin. Gaya lo udah tidur, baru juga jam setengah sembilan.
Siswa 2 : Maklum lah, dia-kan udah lama ngejomblo. Nggak ada lagi deh, temen buat tukar kabar waktu malem gini.
Rena : [stiker ngakak]
Andin : @siswa 2 sialan lo, lihat aja besok!_-
Siswa 1 : Mampus lo.
Siswa 2 : Canda Bu Bos.
Andin : -_-
Pak Ketu : Bentar lagi tanding basket. Anak Osis udah pada denger, soal tim kita yang bakalan dikalahin dan dibikin malu.
Pak Ketu : Mereka minta kita pura-pura nggak tau dan tetep suprot, dengan semangat 85, meskipun kalah.
Pak Ketu : Rencana, sehabis PAT kan, pasti ada acara tuh. Nah, kita bakalan kasih suprise ke mereka semua. Untuk perpisahan juga buat anggota seangkatan kita, karena mereka nggak bakalan seaktif sekarang. Tahun depan kita udah kelas dua belas. Fokus kita semua ke ujian sama Kampus aja.
Pak Wakil ketua : Nah, kita dukung mereka ya, Guys! Jangan lupa untuk semangatin anak futsal yang bentar lagi tanding juga.
Siswa 3 : Dukung Futsal wae, udah pasti ada piala dan sertifikat!
Rena : Nggak bisa dong! Kita harus dukung dua-duanya!
Siswa 2 : Ceweknya kagak terima, awoakwokkk.
Dila : Tim basket juga dapet piala dari sekolahan kok. Mereka juga kan, bakalan bawa nama baik kita. Tim SPIO kan, bukan suatu hal yang bisa diremehin.
Rena : Bener tuh.Pada layar handphone itu, Rena terlihat sedang mengetik. Namun, Nabila memilih untuk mematikan handphone, karena seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia pun pergi membukakan pintu itu. Terlihat seorang gadis cantik yang memilik tinggi, tidak jauh berbeda denganya. Dia adalah Niya, sepupu Nabila.
"Niya?" kata Nabila bingung, melihat sang Sepupu berada di rumahnya, malam-malam begini.
"Temenin gue belanja yuk. Ada tugas kelompok yang harus gue beli nihhh," ajak Niya, sambil memasang wajah memohon.
Nabila berpikir sejenak. "Hmm, kok mepet banget sih. Ini kan udah malam Ya."
"Heheheee, gue kelupaan. Soalnya, gue barusan sibuk ngurus MPK sama kelas. Tugas kelas sama ekskul, sama-sama banyak. Mangkanya, gue keteteran deh. Gue aja baru pulang tadi, habis magrib," jelas Niya panjang kali lebar.
Nabila merasa jengah. Dia sudah sangat sering, mendengar keluh kesah sang Sepupunya ini, tentang kegiatan dia di sekolah. Nabila berpikir, jika hal itu melelahkan, untuk apa dipertahankan? Kenapa nggak ambil satu ekskul aja? Dasar, orang ambis.
"Oke deh. Gue siap-siap dulu," sahut Nabila, menyetujui.
"Oke, pakai hodie yang kembaran ya. Gue juga mau pakai itu, sekalian foto-foto," kata Niya diakhiri tawa kecil.
"Iyaaa," sahut Nabila, mengiyakan dan Niya pun pergi, sambil melambaikan tangan. Nabila hanya tersenyum dan menutup pintu.
^=^
Kini Nabila dan Niya tiba di toko peralatan sekolah. Mereka berdua terlihat cantik dan imut, seperti anak kembar. Hodie warna coklat, celana panjang warna pastel dan juga sandal yang tak sama, namun tidak membuat keduanya terlihat berbeda. Mereka melihat ke arah sekumpulan hiasan prakarya dari manik-manik, gliter, daun kering dll.
"Wahhh, gemes-gemes banget!" ucap Nabila, sambil mengambil salah satu hiasan.
Niya menganggukkan kepala, mengiyakan. "Gue butuh stik es krim juga nih. Elo di sini, nyari ini ya!" dia memberikan selembar kertas ke Nabila, meminta tolong. "Gue mau ke sana!" lanjutnya, menunjuk rak lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lampion
Teen FictionLangit yang gelap, akan menjadi terang, jika ribuan lampion bertebangan. Namun sebaliknya, jika hujan tiba turun. Lampion-lampion itu akan redup dan berjatuhan. Layaknya kehidupan di dunia. Akan kah,