Kelas XI IPS 1 kini sangat kacau, karena ulah dua Siswa yang sedang berkelahi. Nampak seorang Siswi imut, tengah menengahi perkelahian itu. Sayang sekali, Siswi itu tidak dipedulikan oleh kedua Siswa yang sedang berkelahi.
"Woi!" bentak Chiko yang terlihat kesal, akan perkelahian itu. "Kalau mau bikin rusuh di luar!"
Dua Siswa itu tidak peduli dan tetap berkelahi. Chiko benar-benar kesal dan meminta bantuan anak lain, untuk melerai perkelahian itu. Chiko dan kawan-kawan pun menahan mereka. Terlihat salah satu Siswa sudah lemah, tak berdaya.
"Hiks hika hiks, tolong berhenti Ham! Gue mohon..." pinta seorang gadis imut, dengan suara lirih dan tangis yang terus mengalir.
"Cinta lo berdua lemah," kata Siswa yang mukanya bonyok, dengan senyum remeh.
Siswa yang dipegangi Chiko, kesal. Dia memberontak, hendak melepaskan eratan tangan Chiko dan kawannya. "Ba*ingan!" Siswa itu lepas dan berhasil melayangkan tonjokan.
"Kyaaaa!" teriak beberapa Siswi dan Nabila yang terkejut, karena pukulan itu hampir mengenai wajah Vano.
Vano yang tiba-tiba muncul, langsung menangkis kepalan tangan Siswa tersebut dan membalasnya, dengan pukulan yang kuat. Siswa tersebut pun tersungkur ke bawah, mencium keramik. Para Murid terkejut, hinga ada yang menutup mulut.
"Mood gue lagi jelek banget. Lo mending balik ke kelas sekarang atau gue seret ke BK!" ancam Vano yang terlihat begitu serius.
Siswa itu tidak berkutip dan memilih untuk pergi, dengan perasaan yang kesal. Siswi imut itu pun menghampiri Siswa yang wajahnya bonyok dan kini telah duduk di bangkunya. Mereka berdua saling berbicara. Sedangkan Vano, kembali duduk di bangkunya, sambil menghela napas berat.
"Ternyata bener," batin Nabila dan tak sengaja mata mereka bertemu.
"Nabila?" ucap Vano pelan, namun Nabila segera pergi, menarik tangan Via. Vano pun mengerutkan kening, bingung.
Chiko yang baru saja duduk, ikut melihat arah mata Vano. "Lo lihatin siapa, No?" tanyanya, sambil melihat satu per satu Murid yang masih berkumpul.
"Barusan Nabila sama Via ke sini, tapi mereka langsung pergi," sahut Vano dan Chiko pun ber-ohh.
"Nyari Farhan kalik ya," goda Chiko, dengan senyum jailnya. Vano pun menatap Chiko, jengkel dan fokus ke handphone.
Terlihat di lain sisi, Via dan Nabila telah tiba di Kelas. Mereka berdua langsung duduk di bangku masing-masing, dengan napas yang tidak beraturan. Tak lama Rena dan Andin datang.
"Lo pada habis ngapain? Kok ngos-ngosan gitu?" tanya Rena bingung.
"Nggak papa," sahut Nabila.
"Hmmm," Rena tidak peduli dan bermain handphone. Dia sedang tidak mood, untuk berdebat.
^=^
Jam pelajaran telah berakhir. Terdengar lagu rayuan pulau kelapa di seluruh sekolah, diputar. Sudah biasa, hal ini terjadi. Supaya para Murid tidak melupakan lagu Nasional Indonesia.
"Btw, Via kemana ya?" tanya Andin yang baru sadar, jika Via tidak ada. Mereka bertiga kini, tengah duduk di halaman sekolah.
Nabila yang sedang bermain handphone pun mengangkat pandanganya. "Kalau nggak salah sih, dia tadi ke kamar mandi. Tapi kok... Dia nggak balik-balik?"
"Hmzz, buang air besar kalik ya?" pikir Andin dan Nabila pun menaikkan kedua bahu.
Rena tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Gue mau ke halaman belakang nih, ada yang mau ikut nggak?" tawarnya.
"Enggak, Ayah udah otw," tolak Nabila, sembari menggelengkan kepala.
"Gue nunggu Via. Sekalian, mau langsung pulang soalnya," jelas Andin dan diangguki oleh Rena, paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lampion
Teen FictionLangit yang gelap, akan menjadi terang, jika ribuan lampion bertebangan. Namun sebaliknya, jika hujan tiba turun. Lampion-lampion itu akan redup dan berjatuhan. Layaknya kehidupan di dunia. Akan kah,