Persahabatan, 9

0 0 0
                                    

"Nabila kayaknya marah sama gue deh. Kira-kira lo bertiga tau nggak, apa penyebabnya?" tanya Andin melalui vidio call.

"Dia sempet bilang sesuatu, waktu marah-marah sama gue kemarin," kata Rena membuat Andin dan Via penasaran.

"Bilang apa?" tanya Via dan Andin bersamaan.

"Dia bilang gini..." Rena pun menceritakan perdebatan Nabila dengannya, beberapa hari yang lalu. Hari itu, mereka berdebat melalui vidio call saat malam hari.

"Bulshit!" ucap Nabila, dengan kesal dan benci.

"Apaaa?! Elo barusan ngatain gue bulshit?!" tanya Rena tak percaya dan juga kesal.

"Bukan cuman lo, tapi yang lainnya juga!" kata Nabila, membuat Rena membulatkan mata.

"Elo ngapa sih, Bil?! Gue beneran khawatir, tapi kok balasan yang lo kasih kek gini? Kepala lo kemarin kebentur ya? Mangkanya elo jadi ngaco gini!"

"Iya, kepala gue kebentur! Gue juga kejang-kejang, kayak orang kesurupan! Gue juga ngeluarin busa dari mulut, kayak orang keracunan. Lo puas hah?!" ucap Nabila ngegas dan sedikit lirih.

Mata Rena berkaca-kaca. Dia tidak menduga, jika Nabila akan berpikir seperti itu. Tak lama, terlihat di layar itu, air mata Nabila terus saja terjun ke pipinya. Isakan tangis Nabila yang ditahan, membuat Rena ikut sedih dan merasa bersalah.

"Di dunia ini emang nggak ada yang namanya sahabat sejati! Semuanya sama aja, cuman omong kosong doang, bermuka dua, pengkhianat, bulshit! Nggak ada yang bisa dipercaya! Siapa yang bilang, Sahabat Sejati itu bisa jadi tempat buat bersandar hah?! Dasar penipu!" ujar Nabila yang penuh emosi.

Rena tidak terima. Dia pun ikut emosi dan kesal. "Brengsek! Bisa-bisanya lo ngomong kek gitu hah?! Elo tau nggak, seberapa takut dan khawatirnya kita, waktu lo kayak gitu? Kita bener-bener kaget dan syok! Sampek pelajaran pun nggak fokus, gara-gara lo nggak ngerespon chat kita! Padahal lo tuh online hiks hiks hiks!"

"Buat apa juga ngerespon, kalau waktu itu, elo pada ngomongin gue di belakang hah?!" sahut Nabila diakhiri bentakan.

Rena terkejut, dengan bentakan Nabila barusan. Kini Rena benar-benar kesal dan tersenyum miris. "Ngomongin di belakang? Kayak elo nggak pernah lakuin hal itu aja," ucapnya dan menggeleng-gelengkan kepala. "Elo egois banget Bil."

Nabila terlihat begitu kesal. "Sialan!" katanya dan langsung mematikan vidio call itu.

"Begitulah, akhir kisahku dengannya," ucap Rena, mengakhiri cerita.

"Hah, yang bener aja lo, Ren?! Ngapa lo ngomong kek gitu?! Arghhhh!" tanya Andin kesal dan mengacak rambutnya.

"Ishhh, pantesan dia keluar dari grup dan nggak bales-bales chat gue!" ujar Via kesal. "Kok elo ngomong gitu sih, Rennn! Nabila kan bisa salah paham, nanti!"

"Gue jelasin pun kagak ada gunanya Vi. Dia udah kepancing omongan orang. Matanya aja sampek bengkak," jelas Rena.

"Kira-kira, yang bikin Nabila salah paham kayak gini siapa?" tanya Andin dan Via pun berpikir. Sedangkan Rena, dia hanya menaikkan kedua bahu sebagai jawaban.

"Emmm, mungkin nggak sih, kalau si Arin yang bikin Nabila salah paham? Dia-kan suka banget ngadu domba atau bikin onar di kelas kita," tebak Via.

"Bisa jadi, dia kan ikut ngobrol bareng kita waktu itu. Mungkin aja, dia cerita yang enggak-enggak ke Nabila dan memutar balik omongan kita," jawab Andin sepemikiran.

"Arin? Kayaknya sih enggak," ucap Rena membuat Andin dan Via melihat ke arahnya.

Beberapa menit kemudian, vidio call itu berakhir. Andin terlihat mengepalkan tangan, sembari menyembunyikan wajahnya ke arah meja. Via memeluk boneka, dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan Rena, tengah melihat-lihat foto mereka bertiga bersama Nabila.

My LampionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang