Andin tersenyum dan langsung menarik tangan Nabila. "Aaa, lepas Ndin!" pinta Nabila, sambil memberontak.
"Kita bicara di halaman belakang sekolah!" ujar Andin, tanpa memperdulikan ucapan Nabila. "Via, kasih tau Rena!"
"Ooo-oke, tapi... Bisa pelan-pel-" ucap Via terpotong.
"Via!" peringatan Andin, dengan tegas.
"Iii-iya!" sahut Via kaget dan gugup. Dia pun mengambil handphone dan menghubungi Rena.
^=^
"Ini mau kemana Ren?" tanya Mia yang tangannya ditarik oleh Rena.
Rena terus menarik tangan Mia ke halaman belakang. "Entar lo juga tau. Sekarang lo diem aja!"
Mia merasa takut dan khawatir. Tak lama, mereka tiba di halaman belakang. Terdengar suara keributan dan tangis seseorang.
"Dengerin kita dulu napa sih, Bil!" kata Andin yang menahan tangan Nabila, karena dia ingin kabur.
Nabila menangis dan memberontak. "Gue bilang lepas!" pintanya, dengan tegas.
Andin terus menahan Nabila yang memberontak. Tak lama, Rena menarik Mia dengan kencang, hingga terjatuh ke depan Andin, Nabila serta Via.
Nabila terkejut dan langsung menolong Mia. "Miaaaa!" panggilnya dan mengulurkan tangan ke Mia.
Mia pun menerima uluran tangan itu dan berusaha untuk berdiri. "Ma-makasih," ucapnya.
Nabila hanya menganggukkan kepala kecil dan menatap tajam Rena. "Ren! Lu apa-apaan sih?! Kalau Mia terluka gimana, hah?!"
"Yang bikin lo salah paham ke kita, dia kan?!" tanya Rena, namun Nabila tak langsung menjawab.
"Aaa-aku?" Mia menunjuk dirinya sendiri bingung.
"Iya," sahut Via, sambil berjalan mendekati Mia. "Elo pasti udah bilang yang enggak-enggak ke Nabila kan?!"
"Bilang apa?" tanya Mia yang ketakutan dan bingung.
"Lo ngasih tau Nabila apa, hah?! Sampek Nabila mikir, kalau kita ngekhianatin dia dari belakang!" seru Andin emosi.
Nabila hanya memperhatikan Mia dalam diam. Mia terlihat merenungkan diri. Dia berusaha mencerna maksud mereka.
Mia teringat dan bertanya, "Maksud kalian, soal ngomongin Nabila di kelas, setelah pingsan?"
"Iya!" sahut Rena, Andin dan Via bersamaan.
Mia langsung melihat ke arah Nabila. "Kamu mikirin apa, Bil? Kok sampek mereka semarah ini ke aku," tanyanya yang terselip sedikit emosi dan takut.
Rena langsung menarik tangan Mia, untuk mendekat ke tubuhnya. "Lo mau nyudutin Nabila?"
"Bukannn, aku cuman bilang begini," ucap Mia menggantung. Dia mengeluarkan handphone dan menunjukkan isi chatnya, dengan Nabila. "Ini!"
Rena, Andin, Nabila dan Via pun melihat bersama. Tak lama Nabila menyingkir, karena dia barusan hanya kepo, dengan isi handphone yang ditunjukin Mia. Ternyata, itu memang isi chatnya dengan Mia dulu, setelah pingsan.
Rena terlihat geram dan meraih kerah Mia. "Brengsek! Dengan santainya lo ya, nunjukin tuh handphone ke kita hah?!"
Mia ketakutan dan gemetar. "De-de-dengerin penjelasan ku dulu! Aku cuman mau ngas-Kyaaaaa!" ucapnya terpotong, karena melihat Rena, hendak melayangkan pukulan ke wajah.
Nabila langsung menahan tangan Rena. Andin juga berusaha melepas genggaman tangan Rena dari kerah Mia. Via yang ada di sebelah Rena pun, berusaha menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lampion
Teen FictionLangit yang gelap, akan menjadi terang, jika ribuan lampion bertebangan. Namun sebaliknya, jika hujan tiba turun. Lampion-lampion itu akan redup dan berjatuhan. Layaknya kehidupan di dunia. Akan kah,