Petualangan 2 : 7. Hukuman yang Menggairahkan

22.6K 41 1
                                    

Woro-woro.

Sebelum membaca cerita ini saya ingin menginformasikan dulu bahwa lapak ini adalah lapak untuk mempromosikan cerita ini saja.

Jadi ceritanya tak akan full.  Hanya cuplikan saja.

Kalian bisa mendapatkan versi penuhnya di ebooknya.  Link ada di profilku.

Jangan khawatir.  Harganya murah meriah.

Hanya 5.000 doang.

Sama dengan beli 3 gorengan.  Hehehe.

Amat terjangkau kan?

Love you all...

❤️🌸❤️🌸❤️
.
.

BRAK!

Aku tersentak ketika mendadak Pak Lele membanting bukunya yang setebal kamus di depan wajahku. 

“SOLOKOTOKPETOKPETOK!”  Tak sadar aku meracau ngawur.

Teman-temanku sontak menertawakanku, sedang Pak Lele menatapku dengan wajah masam.

“Apa suara saya mirip lagu ninabobok buatmu?” sindirnya pelan.

“Iya, Pak.  Eh enggak, Pak!”  Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal dengan kikuk.  Mampus!  Pasti aku akan dihukum berat karena tertidur di pelajaran Pak Lele.

“Habis pulang sekolah, ke ruangan saya,” gumam Pak Lele lirih sembari melangkah meninggalkanku.

....

Sayangnya Pak Lele cuma diam menanggapinya, hanya kumisnya yang bergerak pelan sehingga makin mirip dengan kumis lele jantan yang ingin memikat betinanya.  Aku menelan ludah kelu.

“Pak ….”

“Boleh, tapi buka dulu kemeja seragammu.”

Apa aku tak salah dengar?  Guruku yang penampilannya begitu kolot mencoba menelanjangiku?  Apa dibalik topeng alim itu tersembunyi kemesuman akut?  Aku tergoda untuk mengetesnya.  Kubuka kancing seragamku satu demi satu dengan perlahan.

....

Aku tak sempat bereaksi, Pak Lele sudah meraup kedua gunung kembarku dan menyatukan dalam genggamannya seolah dia tengah menimbangnya.

“Berat sebelah kiri satu kilo dua ons, yang kanan satu kilo tiga ons.  Jadi berapa berat total payudaramu?”

Jujur aku malas menghitungnya.  Jadi aku mengalihkannya pada rubah tua yang tengah mengerjaiku.

“Menurut Bapak berapa?  Kalau benar, Bapak bebas menghukum saya,” tanyaku dengan mata mengerjap binal.

“Saya tak membicarakan berat secara fisik.  Payudara gadis adalah sumber kenikmatan.  Bisa berubah sewaktu-waktu tergantung volume isinya.  Mari saya buktikan.”

Selanjutnya tak terduga.  Guruku yang sudah bangkotan itu menunduk untuk mengulum payudaraku.  Lidahnya menyentil putingku yang telah menegang.  Sementara tangannya meremas payudaraku yang lain.

“Aaah, Paaak … kok begini?”

....

Kok begini?

Begini nya baca aja lanjutannnyw di Karyakarsa ya.

50. Gadis Binal (21+) / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang