Petualangan 3: 12. Musuh Dalam Selimut

7K 14 0
                                    

Woro-woro.

Sebelum membaca cerita ini saya ingin menginformasikan dulu bahwa lapak ini adalah lapak untuk mempromosikan cerita ini saja.

Jadi ceritanya tak akan full.  Hanya cuplikan saja.

Kalian bisa mendapatkan versi penuhnya di ebooknya.  Link ada di profilku.

Jangan khawatir.  Harganya murah meriah.

Hanya 5.000 doang.

Sama dengan beli 3 gorengan.  Hehehe.

Amat terjangkau kan?

Love you all...

❤️🌸❤️🌸❤️
.
.

Aku memang suka berbagi hasrat dan kenikmatan, atau mungkin juga aku ini bodoh.  Bujukan Abah berhasil menembus pertahanan lemahku.  Kubiarkan lelaki tua itu menjamah tubuhku.   Tubuhku bergelenyar karena sentuhannya.  Hanya saja kali ini aku tak bisa terlalu aktif.  Akibat permainan seks bar-barku bersama para kuli, tenagaku telah terkuras habis.  Aku memilih pasif dan menikmati kemesuman Abah padaku.  Hanya saja ….

“Bah, boleh gak kita mainnya di ranjang?  Capek kalau berdiri terus,” rengekku.

Tentu saja bandot tua tak menolaknya.  Mungkin bagi tulang tuanya lebih nyaman kami main diatas ranjang yang empuk ketimbang di lantai yang keras. 

Abah mendorongku dengan tak sabar ke atas ranjang, lantas dia menelanjangi dirinya sendiri sembari menatapku penuh nafsu.

“Neng, habis ngentot sama sapa toh?  Kok basah sekali gitu?  Baunya menyengat lagi!  Sama banyak orang toh?”

....

“Bah, gak usah kepo deh.  Gadis malas meladeni Abah kalau gini,” sungutku sambil memutar bola malas.

Abah jadi was-was mendengar ancaman halusku, dia mengelak dengan bodohnya.

“Maap, Neng.  Abah masih dengar kok.  Abah ndak kopok!”

Kepo, Bah.  Bukan kopok (tuli)!

Aku malas menjelaskannya.
Sesukamu saja, Bah.
Kubiarkan Abah melakukan apa maunya, lagipula dia sedang mode kucing on.

Sedari tadi Abah asik menjilati sekujur tubuhku.  Berhenti lama-lama saat menjilat puncak payudaraku.  Dia mengulumnya dan menariknya pelan dengan menjepitkan di giginya yang ompong.  Meski enggan kuakui dia mampu membangkitkan gairahku disaat aku capek luar biasa.  Tapi kelamaan dan terlalu pelan, gairahku hanya berhenti separuh!

“Bah, bisa langsung ke inti?” pintaku tanpa malu.

Dia mengangguk mengiyakan.  Kemudian bibirnya beralih mengerjai klitorisku.  Dia mengecupnya gemas lalu menjilat dan mengobelnya dengan santai.  Awalnya terasa sensasi geli yang menyenangkan, namun karena Abah terlalu berlama-lama di daerah itu dengan tempo lambat … aku jadi bosan.

“Bah, ke intinya langsung dong,” protesku sebal.

“Lah, ini Abah sudah di itilnya si Eneng,” kata Abah membela diri.

Inti, Bah!  Bukan itil!

...

Lanjut di Karyakarsa ya.

Hehehe

50. Gadis Binal (21+) / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang