3. Pecah Telur!

32.2K 78 0
                                    

Woro-woro.

Sebelum membaca cerita ini saya ingin menginformasikan dulu bahwa lapak ini adalah lapak untuk mempromosikan cerita ini saja.

Jadi ceritanya tak akan full.  Hanya cuplikan saja.

Kalian bisa mendapatkan versi penuhnya di ebooknya.

Jangan khawatir.  Harganya murah meriah.

Hanya 5.000 doang.

Sama dengan beli 3 gorengan.  Hehehe.

Amat terjangkau kan?

Love you all...

🌸❤️🌸❤️🌸❤️🌸
.
.

CUPLIKAN:

.Selama ini aku mengira bakal diperawani oleh pria mesum yang kurang ajar.  Cowok sok alim tak masuk dalam kriteriaku.  Jadi aku biasa saja saat melihat Jaka Arjuna, cowok idola para gadis di sekolah baruku.  Memang ganteng sih tapi sikapnya belagu.  Terlalu dingin dan merendahkan kaum wanita.  Seolah seluruh gadis di dunia layak memujanya dan dia tak butuh mereka semua.  Sombong sekali!

“Dia Jun, idola kami.  Ganteng banget toh.”  Laila, teman baruku, menunjuk cowok itu dengan mata berbinar.

“Ganteng apanya?  Lebih ganteng babeku!” sahutku asal.

.....

Jun melirikku tak suka saat aku duduk di sebelahnya.  Sekarang jam istirahat, dia sengaja menyepi.  Duduk di bawah pohon sambil membaca dan makan camilan yang dibawanya.  Siapa yang menyangka ada gadis binal yang datang mengusiknya.  Hehehe ….

“Mau apa?” sentaknya dingin.

“Duduk … di sebelahmu.”  Aku sengaja merapat padanya hingga payudaraku menempel di lengannya.  Dia beringsut menjauh seraya menatapku geram, namun aku semakin menipiskan jarak di antara kami.  Lebih dekat dari yang tadi. 

“Apa kamu tak merasa jarak kita terlalu dekat?” sindirnya sinis.

Aku mengangguk sambil mengedipkan mata centil.  “Tau kok.  Kan aku sengaja, supaya kamu sange.”

Mata Jun membelalak lebar, seolah nyaris melompat dari sarangnya.  Pasti bukan sekedar karena ucapan tak senonohku, juga akibat remasan tangan lancangku di penisnya.  Eh, belum ngaceng sudah segini besarnya.

Ternyata ukurannya jumbo!  Sayang cowok sedingin ini punya titit yang perkasa.  Tak terpakai, mubazir kan.

......

“Cukup!  Angkat tanganmu, Lonte.  Sekarang kamu sudah tahu, saya normal.'

Oh, jadi itu sebabnya dia membiarkanku menjamah burungnya, untuk membuktikan dirinya cowok normal yang bisa ngaceng.  Aku menyeringai mesum padanya.

“Normal?  Aku gak yakin.  Kontolmu bisa ngaceng.  Tapi apa bisa dipakai?  Jangan-jangan gak sampai semenit sudah letoy!” ejekku meremehkannya.

Apa aku sudah keterlaluan?  Mata Jun tampak memerah, menatapku dengan geram.  Ah, biarlah.  Yang penting aku sudah menghinanya untuk membalaskan dendam sakit hati para gadis yang ditolaknya.  Aku tertawa mengejeknya dan hendak berbalik meninggalkannya.  Namun mendadak Jun menarik tanganku hingga aku jatuh ke atas pangkuannya.  Aku melotot gusar padanya.

“Mengapa?  Gak terima?”

“Kamu berani menuduh saya, mengapa tak memberi kesempatan saya membuktikan diri?”

.....

Penasaran bagaimana Juno membuktikan kejantanannya?

Baca di Karyakarsa ya.

50. Gadis Binal (21+) / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang