Part 16

836 110 6
                                    

"MAMA??! Itu kenapa Mio pagi-pagi ada di atas pohon bawa celuriiit??!" Tanya Harvey begitu ia akhirnya menemukan ibunya sedang duduk di salah satu sofa di ruang keluarga sudah dengan seragam kerja dan make up lengkap.

ibu Harvey mendongak menatap Harvey, "Nebang pohon mangga." Jawab beliau santai.

Harvey bengong. Bahkan ia sempat menyangsikan kemampuan kupingnya untuk sesaat, "Mama nyuruh Mio nebang pohon mangga?" Ujar Harvey dengan ekspresi agak tolol saking nggak percayanya dengan apa yang ibunya katakan.

"Nggak semuanya... Ujung-ujung rantingnya aja. Kan sudah musim hujan. Bahaya kan kalau pohon mangga kita terlalu rimbun."

"Hah?" Bibir Harvey mangap semakin lebar, "Mama. Serius. Nyuruh. Mio. Nebang. Pohon??" Gumam Harvey. Tersendat di setiap kata saking baginya tingkah ibunya sudah nggak normal. Nggak masuk akal. Keterlaluan.

"Ranting-ranting nya aja." Ulang ibu Harvey kali ini wajahnya sedikit berubah judes, "Kenapa sih reaksimu begitu amat?"

"Tetap aja judulnya; nebang pohon mangga kan mah?!"

"Nebang ranting Mangga!" Potong ibu Harvey dan buru-buru menambahkan berkata, "Mio kan nebang pohon bareng pak Rohmat."

"Pak Rohmat aja kan udah cukup mah. Mio nggak usah ikut-ikutan disuruh naik pohon apalagi sambil bawa celurit!"

"Tapi tadi kata Mio, di Serasan dia pernah manjat pohon kok!"

"Iya.. tapi nggak sambil bawa celurit kan?" Protes Harvey.

"Darimana kamu tau kalau Mio nggak pernah naik pohon sambil bawa celurit?" Seru ibu Harvey nggak kalah ngotot.

Harvey geleng-geleng kepala sambil menahan keinginan luar bisanya untuk nepok jidat sekeras-kerasnya, "Mau Mio pernah atau nggak pernah manjat pohon, tetep aja mah, Mio itu perempuan"

"Tapi tadi dia juga bilang, dia bisa. Tadi mama juga lihat, Mio jago kok manjat pohonnya."

"Mama nyuruh Mio buang beling di bawah pohon pisang jam empat pagi aja dia nurut." Potong Harvey, "Terus itu gimana kalau Mio nggak sengaja kena kabel listrik waktu nebang?"

Mata ibu Harvey seketika menyipit, "Kamu bela Mio Harvey?"

"Bukan." Bantah Harvey gemas, "Maksud Harvey, Itu gimana kalau mama bikin anak orang mati?"

"Iiihhh... Mama kan cuma nyuruh Mio motong pohon Harvey.  Lagian kenapa kamu jam enam belum berangkat kantor?"

"Jadwal jaga poliklinik ku jam sepuluh nanti."

"Terus kenapa nggak ngelakuin hal yang biasa kamu lakuin? Lari pagi atau olahraga."

"Gimana Harvey mau berangkat lari olahraga pagi kalau belum aja buka gerbang, pengurus-pengurus rumah mama pada heboh di bawah pohon mangga ngeliatin Mio? Nggak mungkin Harvey cuek bebek jalan minggat begitu aja."

Mama Harvey menghela nafas. Perlahan berdiri dari sofa untuk berjalan menuju garasi mobil tanpa menjawab kalimat Harvey sedikitpun.

"Mah, kalau mau bikin Mio nggak betah, seenggaknya jangan lakuin hal yg membahayakan nyawanya dia." Ujar Harvey mengejar langkah ibunya dari belakang.

"Tapi mama dokter, mama tau batas berbahaya"

"Tapi mama bukan tuhan kan?" Kata Harvey tak sabar, "Tadi malam, Harvey juga sudah bilang, mama jangan terlalu keras dengan Mio."

"Justru karena kamu ngomong begitu, mama jadi harus lebih keras dengan Mio!" Gerutu ibunya sambil menutup pintu mobilnya dengan keras tepat di depan wajah Harvey.

Catatan Mio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang