Part 17

784 112 3
                                    

Begitu membanting pintu mobil, ibu Harvey dengan segera mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi tanpa membuka jendela mobilnya sama sekali. Harvey tau, ibunya sangat marah sekarang dan ia agak kasihan dengan staf-staf rumah sakit yang akan di temui ibu Harvey sebentar lagi. Harvey sangat paham karakter ibunya sampai sangat yakin kalau staf-staf tak berdosa dan tidak tau apa-apa itu sudah pasti bakal terkena semprotan emosi dari ibu Harvey juga.

Setelah mobil ibu Harvey menghilang dari balik gerbang rumah. Harvey dengan segera berjalan kembali ke pohon mangga di sisi barat kebun rumahnya, sumber semua masalah pagi ini.

Masih seperti tadi, saat pertama kali Harvey melihat. Mio masih di atas pohon, memotong ranting dengan kikuk, pak Rohmat yang juga masih dalam posisi sama, di dahan yang berbeda. Nangkring di atas pohon dengan panik menatap segala gerak gerik Mio. Juga serombongan pengurus rumah Harvey yang menggerombol seperti semut di bawah pohon berteriak-teriak mengomentari.

"Mbak Mioo... Itu ibu udah berangkat kerja... Mbak Mio sekarang turun aja." Cicit pak Rohmat. Peluh di keningnya bahkan tampak jelas dari tempat Harvey berdiri. Keringat yang sepertinya bukan karena udara jam enam pagi tapi lebih ke keringatan dingin karena takut Mio bakal jatuh dari pohon atau seperti Harvey khawatirkan; takut Mio tersengat kabel listrik yang menjuntai-juntai di dekat dahan pohon mangga.

"Iya mbakkk Mio turun aja...!!!" Komentar bu Darsih sambil melambai-lambai khawatir ke atas pohon, "Bahaya mbak!!"

"Sebentar lagi, Bu." Ucap Mio sambil tersenyum lucu, "sedikit lagi."

"Sudah!" Seru Harvey. Suara nya menggema lebih keras daripada sepeleton suara pengurus rumahnya di jadikan satu, "Sudah turun sekarang, Mio!"

Mio tersentak kaget. Ia buru-buru memeluk batang pohon mangga terdekat. Seperti anak monyet baru belajar manjat. Harvey sampai nggak tahan untuk buru-buru lari ke bawah pohon mangga dan bergabung dengan para pengurus rumah tangganya yang lain yang sekarang membeku kaget karena Harvey ikut bergabung dalam kerumunan mereka.

"TURUN SEKARANG MIO!" Perintah Harvey jengkel.

Mio menoleh kebawah, rambutnya yang ia ikat Cepol sedari tadi tampak berantakan. Di hiasi bunga-bunga pohon mangga yang rontok dan ranting kecil, "Iya sebentar..."

"SEKARANG!" Paksa Harvey. Sejujurnya ia sedikit takut melihat Mio terlalu lama di atas pohon. Bagaimanapun pohon mangga Harvey bukan pohon kecil, pohon Mangganya sudah berusia puluhan tahun dan sudah ada semenjak Harvey kecil. Jadi sudah terbayang kan betapa tingginya?

"Tapi perkerjaan saya belum selesai." Cicit Mio. Masih dengan gaya anak monyetnya yang tadi. Memeluk batang pohon. Tampak sangat sangat nggak profesional, tidak sejago yang di gadang-gadang ibu Harvey soal Mio katanya pernah manjat pohon.

"TURUN!" Kali ini Harvey membentak Mio dengan marah, "Biar saya saja yang motong dahannya."

Teriakan terakhir Harvey membuat segalanya sunyi senyap selama beberapa detik sebelum pak Rohmat berkata, "Hah?" Dengan raut wajah semakin tertekan di atas pohon.

"Saya bisa pak." Lanjut Harvey dalam usahanya menyelamatkan harga dirinya sendiri setelah di buat terjun bebas oleh ekspresi-ekspresi pengurus rumah nya yang kini kompak menatap Harvey dengan raut plonga-plongo yang sama.

"Mas bisa manjat pohon?" Tanya salah satu pengurus rumahnya dengan wajah takut-takut.

Harvey terdiam. Ia bahkan nggak ingat kapan ia pernah manjat pohon.

"Aduuuuhhh sudah mas, sudah Mbak Mio... Saya sendiri aja yang motong. Daripada mbak Mio dan mas Harvey kenapa-napa." Gumam pak Rohmat dari atas pohon. Dengan wajah kasian sekali. Hampir seperti memohon-mohon.

Harvey mendengus. Ya, semua ini cukup sukses melukai harga dirinya.

"Mio kamu denger kan?" Harvey mendongakkan kepala sedikit melembutkan suaranya. Kemudian dengan jemarinya ia memberi isyarat supaya Mio segera turun, "Turun sekarang. Nggak akan ada yang ngelaporin soal ini ke ibu saya dan kamu nggak perluh bertanggung jawab untuk ngelakuin apapun yang berbahaya di rumah ini."

Catatan Mio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang