Seorang gadis kecil menangis di pelukan seorang wanita paruh baya. Wanita paruh baya itu hanya bisa menahan air matanya melihat putrinya terluka.
"Sakit Bun, kenapa mereka siksa aku Bun? Aku gak punya salah sama mereka, kenapa Bun? Kenapa harus aku?"
"Kamu gak pernah salah, kamu anak Bunda yang paling baik."
"Mereka jahat Bun ... mereka jahat ...."
"Jangan menangis, sayang. Bunda mohon jangan menangis ...."
.
.
."Ayah, aku takut. Aku gak mau sekolah lagi, Ayah."
"Kamu harus sekolah, sayang.
"Tapi Ayah, sekolah itu sangat menakutkan. Aku takut Ayah, di sekolah banyak monster."
Pria paruh baya itu membawa putrinya ke pelukannya. Dia mengecup kening putrinya dan mengelus kepala putrinya lembut.
"Sekolah itu gak menakutkan, gak ada yang perlu ditakuti. Sekolah itu menyenangkan, kamu bisa punya banyak teman."
Gadis kecil itu menggeleng. "Aku mohon Ayah ... aku gak mau sekolah lagi."
"Kalau kamu gak sekolah, kamu akan mengalami kesulitan di masa depan."
"Anak ayah kuat. Rain adalah anak yang paling kuat. Kamu pasti bisa."
.
.
.Dua orang berbeda jenis kelamin duduk di dalam kelas berdua. Mereka berdua terlihat mengobrol.
"Rasya itu lucu, polos, lemah, penakut dan nyusahin."
"Lah, kenapa lo betah banget berteman sama dia?"
"Gue juga gak tau, yang pasti kalau gue ngelihat dia, rasanya pengen selalu gue lindungin."
"Benarkah?"
"Iya, dunia ini gak cocok ditempati orang kayak dia ...." Gadis itu menjeda kalimatnya. "Rasya itu gak bisa dibiarin sendirian. Pokoknya gue pengen selalu ada di dekat dia."
"Kayaknya lo dekat banget sama tuh cewe."
"Iyadong, gue kenal dia dari waktu kelas lima SD."
"Lama banget ya."
"Iya, pokoknya Rasya itu gak bisa ditinggal sendirian. Kalau dia sendirian, pas dia balik nanti pasti luka. Mangkanya gue pengen selalu lindungin dia."
"Rasanya dunia ini terlalu kejam untuk seorang Rasya. Gue berharap suatu saat ada cowo yang bisa ngegantiin posisi gue buat jagain Rasya. Cowok itu harus bisa ngejaga dan ngelindungin Rasya, karena Rasya gak pernah minta apapun, dia cuman mau ada seseorang yang setia berada di sisinya."
.
.
."Nama aku Audrey Derandra, nama kamu siapa?"
"Hei, kamu takut sama aku? Jangan takut, aku gak jahat kok, aku cuman mau berteman sama kamu."
Gadis kecil itu hanya diam tanpa mau membalas uluran tangan gadis kecil yang memperkenalkan dirinya. "Jadi, nama kamu siapa?" tanya Audrey sekali lagi.
"N-nama aku Rain Narasya."
.
.
."Lo darimana!"
Narasya menatap takut gadis yang berdiri didepannya. Tangannya yang memegang plastik berisi ice cream mulai bergetar karena gadis yang di depannya ini marah.
"A-aku cuman beli ice cream sebentar," ucap Narasya lirih.
Audrey menghela nafas, dia tidak tega memarahi Narasya terlalu lama. Lalu Audrey pun menarik tangan Narasya lalu memeriksa seluruh tubuh Narasya, matanya menatap tajam pada telapak tangan Narasya.
"Ini kenapa bisa luka?" tanya Audrey dingin.
"T-tadi aku jatuh." Narasya semakin menunduk, dia semakin tidak berani menatap wajah temannya.
Pletak.
Karena kesal, Audrey menyentil kening Narasya. "Kan udah gue bilang, kalau lagi di luar lo harus selalu di samping gue, jangan jauh-jauh. Tadi apa yang gue bilang, hm?" tanya Audrey dengan nada dingin.
"T-tunggu di depan toilet," ucap Narasya pelan.
"Kenapa gak lo tunggu? Baru aja sebentar gue tinggal. Lihat, sekarang tangan lo luka!" Audrey menunjukkan telapak tangan Narasya yang lecet.
"Maaf."
"Gue maafin lo, tapi jangan diulangi lagi. Sekarang kita obatin tangan lo." Audrey menarik tangan Narasya untuk pergi ke apotik.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasya And Her Friends | End
FanfictionSudah tamat. Cover by me. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Rulan, Myesha, Ivy, Izzy, dan Arta adalah aktris dan aktor terkenal yang sering dibicarakan beberapa tahun ini, fans mereka ada di mana-mana, bahkan ke negara-negara lain. Audrey adalah siswi po...