Candra

268 33 1
                                    


Narasya mundur perlahan ketika melihat seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri di depannya. Saat ini Narasya sedang berada di dalam kamarnya, tapi tiba-tiba laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya.

Laki-laki tersebut adalah Candra, dia adalah kapten basket dari kelas dua belas multimedia. Entah bagaimana caranya Candra bisa menyusup masuk ke kamar Narasya, sudah seperti maling saja.

"Ka-kamu siapa? Kenapa kamu ada di sini? Dan mau apa?" Tubuh Narasya sudah bergetar ketakutan, laki-laki yang di depannya ini tidak dirinya kenal sama sekali.

Ketika Narasya ingin berteriak, Candra dengan cepat berpindah ke arah belakang tubuh Narasya dan membekap mulut Narasya agar tidak berteriak. Sekarang Narasya sudah berada di dekapan Candra.

"Hei, diam, jangan bersuara." Candra berbisik. "Aku gak bakalan nyakitin kamu kalo kamu gak bersuara," bisiknya lagi.

"Akhirnya aku bisa ngeliat kamu secara langsung. Tenang, aku gak akan nyakitin kamu Kok."

Narasya merinding merasakan nafas Candra karena posisi mereka begitu dekat. Mendengar suara lembut Candra, ketakutan Narasya sedikit berkurang.

Karena merasa Narasya tidak akan berteriak ataupun memberontak, Candra melepaskan Narasya. Candra menatap lembut Narasya. "Aku cuman penasaran sama kamu, Audrey selalu sama kamu kemana-mana," ucap Candra.

"Ka-kamu siapa?" tanya Narasya gugup.

Candra tersenyum manis, dia bahkan memiliki lesung pipi. "Kenalin, aku Candra Adiutomo, aku satu sekolah sama kamu, kelas dua belas Multimedia tiga." Candra memperkenalkan dirinya.

"Aku boleh tau nama kamu?" tanya Candra.

"Nama aku Rain Narasya," jawab Narasya singkat.

Candra kembali tersenyum. "Kamu cantik, awalnya aku cuman penasaran sama kamu. Tapi sekarang ... kayaknya aku suka sama kamu," ucap Candra. Narasya terkejut mendengar itu.

Brak.

Pintu kamar Narasya tiba-tiba didobrak dari luar, ternyata pelakunya adalah Bima. Bima langsung berjalan mendekat ke arah Narasya dan Candra.

Grep.

Bima mencengkram kerah baju Candra. "Siapa kamu?! Kamu maling kan?! Ngapain kamu ada di kamar anak saya?!" Bima berteriak pada Candra.

Narasya dan Candra sontak terkejut karena tiba-tiba Bima masuk ke dalam kamar. Sudah dipastikan engsel pintu rusak karena ulah Bima.

"Saya bukan maling Om, tapi saya penculik. Saya mau nyulik anak Om boleh?" Candra berbicara dengan wajah tanpa dosa, seakan-akan ucapannya itu hanya hal biasa.

Bugh.

Karena merasa marah, Bima memukul wajah Candra hingga berkali-kali. Candra tidak melawan sedikitpun, ataupun mengelak dari pukulan Bima, laki-laki itu seperti menerima pukulan-pukulan yang Bima layangkan. Apakah Candra masokis?

"Ayah, udah. Nanti anak orang masuk rumah sakit gimana? Biaya rumah sakit mahal, Ayah." Narasya menghentikan aksi Bima, lalu Bima pun langsung berhenti.

Candra bergerak berdiri dengan santai. Seperti tidak terjadi sesuatu, Candra tersenyum ke arah Bima, lalu mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Kemudian Candra berkedip sekali ke arah Narasya.

"Aku pulang dulu ya, cantik. Besok aku jemput." Candra mengusap-usap puncak kepala Narasya. Setelah itu Candra keluar dari kamar Narasya dengan melompati jendela kamar.

Narasya melongo, dirinya juga baru sadar kalau pintu jendela kamarnya terbuka, pantas saja Candra bisa masuk. Sementara Bima menatap tajam kepergian Candra.

Narasya And Her Friends | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang