#KARAYA01

9 3 0
                                    

Menduduki posisi sebagai leader geng utama yang bernama Pancaska, tentu saja bukan posisi yang ringan menurut Galen. Dihukum dan di skorsing juga bukan hal besar baginya. Bahkan, namanya saja sudah ditulis dengan tinta merah oleh Bu Tika, selalu guru BK.

Galen menguap lebar lantaran telinganya begitu terasa panas mendengarkan kultum indah dari Bu Tika. Baru saja Galen mencari gara-gara dan berujung masuk ruang bimbingan konseling ini. Tunggu saja, sebentar lagi hukuman Galen akan datang. Di depan ia duduk, tepatnya di sofa panjang dekat pintu, di sana terdapat sosok gadis yang turut menatap Galen dengan sinis. Dia Jeyya Jevani. Mantan ketua OSIS yang masih dapat diandalkan oleh pihak sekolah.

Sengaja Bu Tika memanggil Jeyya kemari karena hanya gadis itu yang bisa menangani semuanya dengan berani.

"Kamu denger ibu engga, Galen?" Bu Tika mencubit lengan Galen.

Namun, sepertinya cubitan yang diberikan Bu Tika tidak ada apa-apanya bagi cowok yang sering tawuran ini. Terkena benda tajam, tinjuan, dan segala benda keras lainnya seolah-olah menjadi makanan sehari-hari bagi Galen.

"Denger," jawabnya malas.

"Udah berapa kali kamu buat masalah, Galen? ibu pusing sama kelakuan kamu. Dan kamu lihat ini!" Bu Tika menunjuk buku BK-nya pada Galen. "Lihat! Nama kamu aja udah merah begini!" Bu Tika melepaskan kacamatanya. Iya mengusap matanya yang sedikit memerah. Lelah, mengantuk, dan juga emosi menjadi satu.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE IN SILENCE [KARAYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang