04

2.5K 376 28
                                    

Sunoo melirik ke arah Sunghoon dengan takut - takut, mendadak merasa tidak nyaman berada di dalam mobil itu, apalagi ekspresi Sunghoon tampak sangat marah, sedikit menakutkan.

Lelaki itu mencengkeram kuat - kuat kemudi dan melajukan mobilnya cukup kencang, untunglah mereka ada di jalan tol yang lengang, sehingga mereka sedikit aman.

Tetapi walaupun begitu, jantung Sunoo serasa berpacu ketika Sunghoon semakin dalam menginjak gas mobilnya, membuatnya berpegangan pada sabuk pengamannya dan berdoa dalam hati karena ketakutan.

Kalau gaya Sunghoon menyetir seperti ini, dia tidak akan mau pergi semobil berdua dengan laki - laki itu lagi. Sunoo berjanji dalam hati, melirik ekspresi lelaki itu yang sangat gusar. Kenapa Sunghoon tampak begitu marah? Telepon dari siapa itu tadi?


>

>

>

Mereka sampai di apartement Sunghoon dan lelaki itu masih membisu, membuat suasana tidak enak, lelaki itu lalu membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan Sunoo masuk.

"Silahkan, anggap seperti rumah sendiri." Sunghoon bergumam memecah keheningan.

Dia lalu masuk di belakang Sunoo dan membanting tubuhnya di sofa, menyalakan televisi. Lama kemudian suasana tetap hening sehingga Sunghoon menoleh ke belakang dan mengangkat alisnya ketika melihat Sunoo masih berdiri di sana dengan gugup di dekat pintu sambil meremas - remas jemarinya.

"Kenapa kau masih berdiri di situ?" Sunghoon tampak terkejut menatap Sunoo.

Pipi Sunoo merah padam, dia tampak malu. "Eh ... aku ... aku tidak tahu harus kemana ..."

Sunghoon menghela napas panjang menghadapi kepolosan Sunoo, pemuda ini luar biasa polosnya hingga Sunghoon merasa menjadi serigala yang sedang berusaha menerkam anak kecil bertudung merah yang tidak tahu apa - apa.

Dengan sedikit gusar Sunghoon berdiri, merasa agak menyesal karena suasana hatinya yang buruk membuat Sunoo terkena imbasnya.

Ya. Telepon pengacaranya tadi benar - benar merusak moodnya. Sunghoon langsung menutup telepon setelah mengucapkan penolakan yang kasar, tidak memberi kesempatan pengacara ayahnya untuk berbicara.

Dasar lelaki tua yang kurang ajar. Meskipun tahu itu salah, Sunghoon terus menerus mengutuki ayahnya. Seenaknya saja dia berusaha kembali mengatur kehidupan Sunghoon setelah dulu dia meninggalkan Sunghoon dan ibunya, apakah dia pikir Sunghoon adalah manusia yang tertarik dengan gelar dan harta?

Tidak! Lelaki tua itu seharusnya tahu betapa puasnya Sunghoon sekarang karena menolak permintaannya, Sunghoon bahkan akan sangat senang kalau lelaki itu memohon dan menyembah - nyembahnya dan dia akan tetap menolak permintaan lelaki tua itu dengan puas.

Setelah menghela napas panjang, Sunghoon menatap Sunoo yang tampak kebingungan dengan ekspresinya yang berubah - ubah. Kasihan juga pemuda ini. Harinya sudah buruk dan Sunghoon yakin demamnya masih belum begitu reda, sekarang harus menghadapi emosinya pula.

"Sini, kutunjukkan kamarmu. Sebenarnya ini kamar yang sama yang kau tempati ketika sakit tadi."

Walaupun begitu Sunghoon tidak bisa menahan suaranya yang terdengar ketus. "Lain kali jangan bersikap canggung di sini, kita hanya berdua dan sikap canggungmu membuat suasana tidak enak. Lakukan apa yang kau suka, anggap saja rumah sendiri, kalau kau ingin menonton televisi silahkan, kalau kau ingin membuat makanan silahkan, lakukan apa saja yang kau suka, nanti kita akan membahas beberapa aturan, apa yang boleh dan tidak boleh di rumah ini, tapi sekarang kau boleh beristirahat dulu. Aku juga lelah, mau tidur siang."

Crush in Rush (Sungsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang