10

2.3K 369 22
                                    

Ketika Sunoo sedang mencuci piring di dapur dan Heeseung  masuk ke kamarnya untuk berlatih biola lagi, mumpung Sunghoon sedang terbangun, katanya.

Sunghoon berjalan ke arah ruang tengah dan duduk di sana, pekerjaannya hampir beres dan sepertinya akan tiba saat - saat dimana Sunghoon bisa sedikit bersantai.

Ponselnya berdering lagi, dan Sunghoon sudah tidak bisa menahankan kemarahannya ketika melihat nomor di sana.

Pengacara ayah kandungnya lagi! Kenapa mereka tidak pernah menyerah mengganggunya?

Karena tahu bahwa pengacara ayah kandungnya sangat gigih, Sunghoon akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Kenapa kau tidak berhenti menggangguku?" dia langsung menyapa dengan kasar, membuat pengacara tua di seberang itu tertegun.

"Aku tidak mengganggumu Sunghoon, aku hanya ingin menginformasikan kepadamu."

"Menginformasikan apa lagi?" rasa ingin tahu yang aneh menggelitik benak Sunghoon.

"Tentang ayahmu." Pengacara ayah kandungnya berdehem. "Sebelumnya aku meminta maaf, selama ini aku berbohong kepadamu .... " suara si pengacara tampak tersendat, "Aku selalu bilang bahwa ayahmu sakit dan sekarat serta menginginkanmu datang, sebenarnya itu hanya taktikku supaya aku bisa membujukmu datang kemari menengok ayahmu. Tetapi ternyata alasan itu tidak bisa meluluhkan hatimu, kau tetap keras dalam pendirianmu." Suara si pengacara tampak menuduh, "Kenyataannya ayahmu sebenarnya sehat, meskipun jantungnya lemah karena usia tapi dia tidak dalam keadaan sekarat. Dan karena seluruh usahanya untuk membuatmu datang ke London tidak berhasil, beliau memutuskan untuk mengunjungimu ke Korea."

Dasar tua bangka sialan.

Sunghoon mengutuk, langsung mengeluarkan kata - kata kasar dalam benaknya, mengutuk ayah kandungnya dan pengacara liciknya yang sama - sama pembohong besar.

Untung Sunghoon sama sekali tidak termakan oleh kebohongan itu dulu.

"Jadi si tua itu akan datang ke Korea?" Sunghoon bergumam sinis, "Apakah dia pikir aku mau menemuinya?"

"Ayah kandungmu sangat keras kepala, dia memutuskan akan datang mengunjungimu dan akan berangkat lusa segera setelah semua surat - suratnya beres, aku sudah mencegahnya mengingat penyakit jantungnya dan usianya, tetapi dia tidak mendengarkan aku." Pengacara ayahnya menghela napas panjang.

"Aku harap kau mau memberikan kesempatan untuk ayahmu, Sunghoon. Beliau sudah tua dan meskipun tidak sekarat, tetap saja penyakit jantungnya mengkhawatirkan."

"Aku tidak perduli, biarkan saja dia mati." Sunghoon meradang lalu menutup ponselnya, memutus pembicaraan dengan kasar.

Punya hak apa pengacara tua itu menyuruhnya mempedulikan kesehatan ayah kandungnya? Kenapa pula dia harus peduli kepada seorang lelaki yang membuangnya begitu saja?

Sudah terlambat untuk menginginkannya sekarang. Subghoon tidak akan membiarkan ayah kandungnya yang arogan itu mendapatkan apa yang dimauinya dengan mudah.

>>>

"Aku ingin kau besok siang ikut denganku." Sunghoon muncul di ambang pintu dapur, menatap tajam ke arah Sunoo yang sedang mengelap meja dapur sampai licin. Dia ingin semuanya bersih sebelum dia tidur nanti.

"Ikut kemana?" tatapan Sunoo tampak bingung, bukankah Sunghoon biasanya tidur kalau siang?

Sunghoon tampaknya menyadari pertanyaan di benak Sunoo.

"Aku tidak bekerja malam ini, jadi besok siang aku akan bangun. Kau ikut denganku, aku akan membawamu." Lelaki itu setengah membalikkan tubuhnya tak peduli.

"Ikut kemana?" Sunoo mengulang pertanyaannya, buru - buru sebelum Sunghoon meninggalkan ruangan itu, kalau sampai tidak mendapatkan jawaban, mungkin Sunoo akan tertidur malam ini dengan mata nyalang penasaran.

"Ke butik dan mall." Sunghoon yang sudah membalikkan tubuhnya menatap Sunoo setengah menoleh,
"Kita akan berbelanja pakaian untukmu." Dan kemudian Sunghoon pergi meninggalkan Sunoo yang kebingungan.

Berbelanja pakaian? Untuknya?Apakah maksud Sunghoon seragam pelayan seperti yang dia lihat di buku - buku komik? Tapi apakah dia perlu memakai seragam?

Sunoo tak henti - hentinya bertanya - tanya, bahkan sampai dia berbaring  tidur di malam harinya.


>

>

>


Rupanya Sunghoon serius dengan maksudnya, jam satu siang lelaki itu keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi, dia menatap tajam ke arah Sunoo yang sedang membersihkan karpet dengan penyedot debu.

Sementara itu Heeseung sedang menonton TV di ruang tengah, lelaki itu menoleh dan mengangkat alisnya melihat penampilan Sunghoon yang sudah rapi.

"Mau pergi kencan?" godanya cepat.

Sunghoon menggelengkan kepalanya. "Bukan." Matanya mengarah kepada Sunoo, "Kenapa kau belum berganti pakaian?"

Sunoo mengira Sunghoon sudah lupa dengan ajakannya kemarin, atau lelaki itu sedang bercanda, tetapi ternyata lelaki itu serius. "Sa - saya sedang membersihkan karpet ... " jawab Sunoo akhirnya.

"Tinggalkan itu, dan ganti bajumu, kita berangkat sekarang, cepatlah!" Gumamnya tegas tak terbantahkan, hingga membuat Sunoo terbirit - birit meletakkan pembersih debu di tangannya dan melangkah setengah berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Sementara itu, Heeseung yang masih duduk di sofa mengamati seluruh penampilan Sunghoon yang memilih berdiri, suaranya terdengar serius ketika berbicara, tidak penuh canda seperti yang ditampilkannya di depan Sunoo.

"Apa yang sedang kau rencanakan, Hoon?" tanyanya datar dan menyelidik.

Sunghoon menatap ke arah kamar Sunoo yang tertutup rapat dan kemudian menatap Heeseung tajam,
"Itu bukan urusanmu."

Heeseung mengangkat bahunya,
"Memang." Gumamnya, "Apakah ini berhubungan dengan ayah kandungmu?"

Heeseung tentu saja tahu kisah tentang ayah kandung Sunghoon. Mereka memang bersahabat dekat karena memiliki kisah yang sama. Kisah yang sama - sama tragis, mereka sama - sama dibuang oleh salah satu orang tua kandung mereka. Bedanya sekarang ibu kandung Heeseung yang jahat dan mata duitan telah mendekam di penjara, menerima ganjaran atas perbuatannya.

Sedangkan ayah Sunghoon masih hidup dan seperti kata pengacara ayahnya tadi, masih lumayan sehat dan gigih mengejar apa yang dia mau, menjadi batu sandungan dan ganjalan bagi langkah Sunghoon.

"Ya." Sunghoon mengangguk, percuma membohongi Heeseung, sahabatnya ini punya insting yang kuat, "Lelaki tua itu mau datang kemari."

"Kemari?" Heeseung mengangkat alisnya, "Dia tidak mudah menyerah ya."

"Dia tidak akan mendapatkan apa yang dia mau, aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai ayah di depannya dan membuatnya puas. Bagiku ayahku bukan dia."

"Hati - hati Sunghoon." Heeseung bergumam, "Sepertinya ayah kandungmu itu sama keras kepalanya denganmu, kalian sepertinya sama - sama berpegang kuat kepada pendirian kalian masing - masing."

Heeseung lalu melemparkan pandangannya ke arah kamar Sunoo, "Lalu akan kau gunakan sebagai apa Sunoo nanti?"

Sunghoon tersenyum, senyum yang dalam dan penuh rencana, "Sunoo adalah tamengku. Tameng terbaik yang pernah ada. Alat pembalasan dendam yang paling hebat."

Suara Sunghoon terdengar mantap, bergaung di ruang tengah apartemen itu.







NIHH TRIPLE UP SPESIAL BUAT YANG SERING VOTE & KOMEN. BTW HAYOOO TEBAK SUNGHOON PUNYA RENCANA APA NIH 🤔

Crush in Rush (Sungsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang