19

2K 334 26
                                    

Halbert masih ternganga akan kata - kata vulgar Sunoo, sementara Wonyoung melemparkan pandangan jijik kepada Sunoo.

Sunoo sendiri tidak peduli, dua orang di depannya itu sudah menganggapnya sebagai kelas rendahan hanya karena dia bukan bangsawan dan tidak jelas asal usulnya, jadi biar saja mereka berpikiran semakin buruk kepadanya.

"Kau membuatku tak sabar untuk masuk kamar." Sunghoon berbisik mesra, tangannya semakin memeluk pinggang Sunoo dengan posesif, sengaja memberikan isyarat di sana agar tamu mereka malu.

Tetapi rupanya Wonyoung bukanlah perempuan yang mudah menyerah. Tentu saja, dia tidak akan diangkat menjadi CEO perusahaan multinasional yang sekarang kalau dia menyerah dengan begitu mudahnya.

"Aku ingin kau memberiku kesempatan." Gumamnya tegar, membuat Sunghoon mengerutkan keningnya sambil menatap Sunoo.

"Kesempatan untuk apa?"

Wonyoung tersenyum manis, "Kesempatan untuk mengenalku. Rasanya tidak adil bagiku kalau aku datang jauh - jauh kemari hanya untuk diusir dengan kasar, tanpa kau memberi kita kesempatan untuk saling mengenal."

Wonyoung lalu melemparkan tantangan kepada Sunghoon, tahu bahwa ego seorang lelaki akan tertantang jika dipancing seperti itu.

"Aku ingin kau mencoba mengenalku dengan intens selama seminggu penuh ... dan kalau setelah itu tidak ada ketertarikan yang tumbuh darimu untukku, aku akan pergi dengan kepala tegak, puas karena sudah mencoba."

Sunghoon terdiam, menatap perempuan di depannya.

Oh ya. Sunghoon tahu persis Wonyoung bukan perempuan biasa, dia bukanlah perempuan bangsawan Inggris yang lemah dan lembek, yang bisa diusir dengan mudahnya.

Satu - satunya jalan adalah dengan cara menerima tantangan Wonyoung. Setelah itu perempuan itu pasti akan pergi dengan terhormat dan tidak mengganggu mereka lagi. Itu juga merupakan salah satu cara untuk membuat ayahnya kalah karena tidak punya senjata lagi untuk mencoba menguasainya.

"Oke. Satu minggu." Sunghoon tersenyum, "Dan setelah itu, kau bisa mengemasi barang - barangmu, lalu pergi Wonyoung."

Wonyoung mengulurkan tangannya dan Sunghoon menjabatnya.

Lalu perempuan itu terkekeh, "Jangan yakin dulu Sunghoon, jangan - jangan kau yang akan berkemas nanti dan mengikutiku pulang ke London." Mata Wonyoung beralih pada Sunoo.

"Kau dengar sendiri Sunoo? Kekasihmu setuju untuk menjadi milikku selama seminggu penuh." Gumamnya dalam bahasa inggris yang sekali lagi dilambat - lambatkan seolah mengejek kemampuan bahasa inggris Sunoo.

>>>

Sepeninggalan kedua orang itu, Sunghoon menutup pintu dan kemudian tersenyum kepada Sunoo.

"Kalimat yang sangat hebat, aku tidak menyangka kau bisa menggunakan kosakata ' mencemari ' dengan begitu baiknya." Mata Sunghoon tampak menggoda, "Membuatku bertanya - tanya darimana kau belajar tentang hal itu."

Pipi Sunoo merah padam. Mengingat ulang kata - katanya dan menyadari bahwa kata - katanya begitu vulgar.

"Aku mempelajarinya di drama yang aku tonton." Jawab Sunoo seadanya, dan langsung membuat Sunghoon mengerutkan keningnya, "Sudah kubilang Sunoo, jangan terlalu suka melihat drama, itu akan menenggelamkanmu dari dunia nyata." Lelaki itu lalu terkekeh, "Lagi pula apa gunanya aku memasang TV kabel di kamarmu kalau kau hanya memakainya untuk menonton drama?"

Sunghoon berhasil membuat Sunoo merasa malu, tetapi laki - laki itu memilih tidak menanggapinya, dia malahan teringat akan tantangan Wonyoung yang diterima oleh Sunghoon tadi dan seketika merasa cemas.

"Apakah menurutmu bijaksana memberi kesempatan kepada Wonyoung selama seminggu? Siapa yang tahu apa yang akan dilakukannya?"

"Dia memintanya dengan begitu baik, dengan tantangan yang membuatku mau tak mau harus menerimanya, Sunoo. Kalau tidak aku akan tampak seperti pengecut." Jawab Sunghoon cepat, "Jangan khawatir, aku tidak akan dikalahkan olehnya."

Tetapi walaupun Sunghoon bicara begitu, tetap saja Sunoo merasa luar biasa cemas. Ada perasan takut dibenaknya, takut kalau perempuan itu akan berhasil mengambil Sunghoon nantinya.

Ah, Sunoo menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran itu dari benaknya. Dia tidak boleh berpikiran seperti itu, mungkin dia hanya terlalu terbawa peran yang dimainkannya.

>>>

"Seharusnya kau tidak menerima tantangannya." Heeseung bersandar santai di sofa, dia tentu saja mendengar semua adegan itu dari kamarnya dan mengintip sekilas penampilan Wonyoung. "Perempuan itu penggilas perempuan maupun submisif lain, dia terbiasa membuat laki - laki berlutut di bawah kakinya, dan dia sangat licik. Dia akan menggunakan segala cara, Hoon, dan alih - alih mengusirnya, kau malahan memberi kesempatan kepadanya untuk menguasaimu?"

Sunghoon menyesap kopinya dan mengernyit karena rasa pahit yang kental di sana. Jenis kopi kesukaannya, tanpa gula, tanpa campuran apapun.

"Apakah kau tidak percaya pada kemampuanku, Heeseung?" Gumamnya setengah terhina.

Heeseung tertawa, "Tentu saja aku percaya, kau telah menaklukkan berpuluh - puluh perempuan dan laki - laki, tetapi mereka semua tipe yang sama Hoon, kau harus ingat itu, semua orang yang kau pacari, mereka semua tergila - gila kepadamu, bersedia melakukan apa saja supaya bisa mencium kakimu."

Heeseung menatap Sunghoon dengan serius, "Perempuan yang ini beda, dia memang tergila - gila padamu, tetapi dia akan melakukan apa saja supaya kau mencium kakinya. Hati - hati Sunghoon."

Crush in Rush (Sungsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang