Part 9

244 43 7
                                    

Minji pikir dengan dirinya yang mulai memberikan perhatian pada Seonghwa, maka pemuda itu akan kembali luluh dan mengajaknya untuk menjadi pacarnya lagi.

Jadi, dengan pikiran seperti itu ia memberitahu teman-temannya bahwa ia akan menjadi sukarelawan divisi dekorasi agar bisa dekat dengan Seonghwa.

Karena dari kabar yang ia dengar, Seonghwa pasti akan ada didekat panggung nantinya. Tanpa mempertanyakan keputusannya, teman-teman Minji setuju.

Mereka bahkan menawarkan diri untuk ikut juga agar Minji mereka tidak kesepian dan disakiti oleh siswa-siswi lain.

Jadilah, hari itu mereka datang. Meskipun teman-teman Minji ada yang mendengus kala melihat keberadaan Hongjoong disana. Jangan kira mereka lupa dengan kejadian Hongjoong yang menjambak Ahn Seola, salah satu teman mereka beberapa hari lalu.

Mereka masih ingat tentu saja. Sangat malahan.

Tapi mereka tidak bisa macam-macam padanya, karena saat ini Hongjoong berada diantara siswa tahun pertama. Mereka juga tampak nyaman saat bersamanya, apalagi Yeonjun dan Tzuyu.

"Kalian duluan saja, aku ingin menyapa Seonghwa sebentar." ujar Minji kala itu.

Ia lalu memisahkan diri dari teman-temannya dan menuju ke tempat Seonghwa berada. Ia berjalan centil dan berdiri di samping Seonghwa yang tengah memperhatikan kertas denah panggung.

"Hai Seonghwa..." sapa Minji sambil menunduk sedikit, berusaha untuk terlihat pemalu.

Bisa ia lihat Seonghwa tersenyum saat melihatnya menyapa pemuda itu. 'oh astaga! Ini pasti pertanda baik! Seonghwa pasti akan menjadi pacarku lagi.'

Minji jadi optimis dengan keinginannya untuk balikan dengan pemuda itu.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Minji berbasa-basi. Kakinya menendang-nendang kecil udara, agar tampak menggemaskan.

Teman-temannya bilang, Minji tampak menggemaskan saat ia melakukan hal-hal seperti ini. Jadi, ia yakin Seonghwa juga akan merasa gemas padanya. Dan kesempatan untuk mengambil kembali hatinya akan semakin besar.

Tapi Seonghwa tak menjawab langsung pertanyaannya seperti orang-orang yang menganggap Minji cantik dan menggemaskan. Dia tampak berpikir sebelum kemudian menjawab.

"Aku baik, kau?" Nadanya terdengar dingin.

Membuat Minji mendengus kesal. Dulu, Seonghwa tak pernah menggunakan nada seperti itu padanya, apapun yang ia lakukan. Kenapa dia menggunakan nada sedingin itu padanya sekarang?

Namun Minji segera mengesampingkan pertanyaannya dulu, ia memasang senyum terbaiknya dan menatap Seonghwa dengan mata bulatnya.

Ia mengangguk semangat, "aku juga baik!"

"Seonghwa, kau tahu? Aku kemarin..." Ia mulai bercerita mengenai apa yang ia lakukan bersama teman-temannya di mall kemarin, bagaimana sulitnya tugas matematika yang diberikan guru Nam pada mereka, dan mengenai kelincinya yang baru saja melahirkan.

Selama bercerita, Minji memastikan bahwa ia menggunakan nada yang manis dan menggemaskan. Bahkan raut wajahnya juga ikut mendukung cerita yang ia bagi pada Seonghwa.

Dulu, saat mereka masih berpacaran, Seonghwa bilang dia ingin Minji berbagi apapun yang ia lakukan dan rasakan dengannya. Ia sudah melakukannya sekarang, harusnya Seonghwa merasa senang bukan? Tapi kenapa pemuda itu malah mengernyitkan alisnya dan seperti tidak mendengarkan ceritanya sama sekali?

"Seonghwa? Kau mendengarkan tidak???" ujar Minji dengan nada kesal yang dibuat-buat. Matanya menatap pemuda itu dengan sorot memelas dan bibir yang mengerucut.

Seonghwa tampak bergidik, sebelum kemudian mengangguk kecil. "...ya."

Dengan senang, Minji lanjut bercerita mengenai kesehariannya. Namun, semakin lama ia bercerita, Seonghwa semakin tampak tak fokus pada ceritanya.

Minji harus terus bercerita sambil menahan emosinya. Tapi, belum lama ia menceritakan hal-hal lainnya pada Seonghwa, suara teriakan dari kelompok yang berada di pinggir membuatnya teralihkan.

"Hei kau gadis gila!"

Suara yang cukup keras itu membuat semua orang teralih perhatiannya. Termasuk Minji. Dia menoleh kearah suara dan menemukan bahwa ada seorang pemuda yang menatapnya tajam dan beberapa anak-anak angkatan bawah yang terkikik.

"Kemari kau!" sosok itu mengacungkan telunjuknya pada Minji. Sementara gadis itu hanya melihat kesana-kemari dengan bingung. "Itu kau bodoh! Dasar tidak punya otak! Aku bicara padamu bukan angin!"

Wajah Minji memerah karena malu, belum lagi Seonghwa hanya diam saja dan menatapnya dengan pandangan aneh.

"Cepat kemari! Dengar tidak?! Dasar lelet! Kau ini niat membantu atau tidak sih?! Dasar otak siput!" Sembur sosok itu, "panitia tidak butuh orang yang numpang nama! Jika kau tidak berguna, lebih baik kau tidak usah ikut saja!"

Tak mau dipermalukan lebih lagi, Minji memilih untuk menurut dan mendekati kerumunan yang tengah menyelesaikan dekorasi itu dengan kepala tertunduk.

"Makanya jika ingin membantu datang kemari bukan malah mendekati mantan pacarmu! Dia tidak tahu apa-apa mengenai dekorasi yang akan dibuat!" Sindir Hongjoong pedas.

"Burn!!" bahkan Vernon yang sedang menggunting pola juga ikut memanasi.

Beberapa adik kelas memandangnya dengan tatapan meremehkan, membuat merasa kesal pada pemuda pendek yang memarahinya.

"Apa lihat-lihat?! Cepat kerjakan!" bentak Kim Hongjoong saat dirinya melirik pemuda itu.

Untuk saat ini, Minji harus menahan rasa kesal dan amarahnya demi menjaga image polosnya didepan teman-teman dan Seonghwa. Tanpa ia tahu adik kelas dan beberapa teman seangkatannya jijik dengan sikapnya itu.

.

.

.

Pembuatan dekorasi sudah selesai, semuanya juga sudah disimpan oleh Vernon dan anak buahnya. Sementara Hongjoong sudah dijemput oleh 'orang tua'nya untuk makan siang.

Yaah... Siapa lagi jika bukan Minho dan Bangchan?

Dan dari interaksi mereka, adik-adik kelasnya juga melihat sisi Hongjoong yang lain. Ia akan menjadi patuh jika pemuda bernama lengkap Lee Minho itu berbicara.

Ia bahkan menunjukkan tatapan memelas padanya dan bersikap seperti anak kecil, sangat berbanding terbalik dengan beberapa saat lalu ketika dirinya memarahi Minji dan temannya habis-habisan.

Matanya yang sebelumnya tampak menyeramkan, kini berubah jadi menggemaskan. Apalagi ketika dia dimarahi oleh Minho karena tidak sarapan, Hongjoong jadi terlihat seperti anak kecil yang dimarahi ibunya.

"Aku tidak percaya bisa melihat Hongjoong Sunbae menjadi semanis itu..." celetuk Yeji, salah satu anak dekorasi yang tengah beristirahat setelah menyimpan sisa bahan dekorasi.

"Aku lebih tidak percaya dengan sisi galaknya." sahut Sanha yang tengah membereskan sampah sisa.

"Benar! Dia terlihat menyeramkan saat marah." sahut Jihoon, "amukannya seperti ibuku saat aku lupa mengganti sprei kasur."

Anak-anak lain tertawa mendengarnya, tidak membantah sama sekali. Dalam pikiran mereka, bayangan ketika Hongjoong marah-marah juga ketika ibu mereka marah seketika terlintas.

"Tapi, jujur saja. Dia itu menggemaskan." Lee Chan berkata.

Mark yang duduk disampingnya mengangguk setuju. "Hongjoong Sunbae itu termasuk orang yang imut, dengan ukuran tangan yang kecil."

"Tingginya juga minimalis, jika dipeluk pasti akan sangat pas sekali." Rocky mengangguk membenarkan.

Semua orang melihatnya, hingga membuat pemuda itu salah tingkah.

"Apa? Aku hanya berpendapat!" ujarnya dengan wajah yang dibuat setenang mungkin.

"Kau menyukainya?"

"Sialan kalian!"

.

.

.

To be continued

Apa iya gak kangen buku ini?

I'll be Your (Boy)Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang