Part 7

273 36 2
                                    

Esoknya, Hongjoong kembali datang dengan lingkaran hitam dibawah matanya. Seperti sebelumnya, ia berjalan bak zombie dengan masker dan tudung hoodie yang menutup sebagian wajahnya.

Dengan demikian, tak ada yang melihat penampilan menyedihkannya.

"Kim Hongjoong!!"

Sontak panggilan yang cukup kencang itu membuat orang-orang menatap dirinya, ia sendiri sudah membalikkan badannya untuk melihat si pemanggil.

"Oh? Seonghwa?" gumamnya, yang jelas saja tak didengar si pemanggil.

Seonghwa berlari kecil ke tempat Hongjoong dan tersenyum tipis saat ia sudah sampai didepan pemuda yang lebih pendek darinya.

"Begini, aku ingin bertanya apakah kau bisa menjadi relawan untuk membantu kami para panitia nanti?" tanyanya hati-hati.

Dari informasi yang ia dapatkan dari Minho, Hongjoong adalah sosok yang tertutup dan pemalu. Dia juga tidak suka berada di keramaian. Dan karena penjelasannya, ia jadi mengerti kenapa Hongjoong lari saat pemuda itu tak sengaja menabrak punggungnya hari itu.

"Relawan?" gumam Hongjoong pelan, namun masih didengar Seonghwa.

"Ya, untuk membuat dekorasi. Kevin bilang kau sangat pandai dalam membuat dekorasi, dan dia juga bilang kalau kebanyakan properti milik klub teater adalah buatanmu." ujarnya. "Jadi, kau mau tidak?"

Hongjoong merutuki Kevin dalam hati, bisa-bisanya dia mengumpankan dirinya untuk membantu membuat dekorasi. Padahal kan dirinya sudah membuat naskah, harusnya ia sudah bebas tugas sekarang.

Tapi sepertinya Kevin sangat senang membuatnya berada dalam lingkungan yang menurut dirinya asing.

"Sekali-kali kau harus berbaur Kim Hongjoong."

Kata-kata pemuda Moon itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Jadi... bagaimana? Kau mau kan?" Seonghwa kembali bertanya.

Hongjoong mendongak menatap Seonghwa lalu mengangguk ragu, "i-iya..."

Seonghwa langsung tersenyum lebar mendengar jawabannya, seolah beban berat sudah terangkat dari pundaknya. "Terima kasih, nanti biar ku temani agar kau tidak merasa canggung."

Hongjoong tertegun, apa maksudnya? Dia ditemani? Apa Seonghwa tahu mengenai ketidaknyamanannya?

Hongjoong menepis segala pikiran anehnya, lalu mengangguk kecil sebelum kemudian pamit menuju ke ruang kesehatan. Nanti ia akan memberitahu Juyeon kalau dirinya tidak masuk di pelajaran pagi.

Seonghwa juga segera pergi, mungkin masih ada urusan yang perlu ia selesaikan.

.

.

.

Beberapa hari kemudian, ketika saatnya tenaga dan pikiran Hongjoong diperlukan untuk dekorasi, ia melakukannya dengan sedikit canggung.

Ada banyak siswa tahun pertama yang antusias dengan keberadaannya, mereka sudah tahu mengenai keahlian Hongjoong dalam membuat naskah. Itu terbukti saat penutupan masa orientasi siswa dulu, dimana klub teater menampilkan drama yang menakjubkan.

Dan saat selesai, ketika Kevin menyebutkan siapa-siapa saja yang berjasa dalam penampilan spektakuler mereka, rasa penasaran mereka akan sosok Hongjoong timbul.

Ia tidak naik ke panggung, sehingga wajahnya tidak ada yang tahu.

Hanya anggota klub teater dan angkatannya saja yang tahu seperti apa Hongjoong. Bahkan seniornya yang mengenal pemuda Kim itu bisa dihitung dengan jari.

Saat tahu bahwa divisi dekorasi akan dibantu oleh Kim Hongjoong, para anggota dari kelas satu menjadi sangat antusias.

Karena kebutuhan dekorasi yang lumayan banyak untuk acara nanti, Seonghwa menempatkan mereka di tepi lapangan. Dekat dengan lokasi panggung utama untuk  puncak acara.

Jadi, sembari menemani Hongjoong membuat dekorasi, Seonghwa juga bisa mengawasi bagian panggung.

Untuk yang lainnya, sudah diurus oleh panitia yang lain. Jadi Seonghwa bisa tenang.

Tapi sepertinya ketenangan itu tak berlangsung lama, kala mantan pacarnya—dan juga antek-anteknya, datang sebagai volunteers dekorasi. Sama seperti Hongjoong.

Seonghwa sudah menyiapkan banyak kesabaran untuk menghadapi mereka, sementara Hongjoong masih sibuk dengan sekelompok fans terpendamnya.

Yahh... itu tidak masalah, ia tidak mau Hongjoong sampai menjambak rambut orang lain lagi seperti waktu itu. Kasihan nanti yang menjadi korbannya.

Jadi, ia berpura-pura sibuk melihat denah keseluruhan area panggung saat mantan pacarnya mendekat.

'sial! Apa yang akan dia lakukan?!' rutuknya dalam hati.

"Hai Seonghwa..." sapa Minji malu-malu.

Seonghwa hanya tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban, sungguh ia masih kesal dengan mantan pacarnya itu.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Minji berbasa-basi.

Oh Tuhan! Seonghwa rasanya ingin pergi dari sana sekarang juga, tapi ia terlanjur berjanji untuk menemani Hongjoong. Seonghwa muak dengan Minji, muak dengan segala tingkah gadis itu.

Dari kabar yang ia terima dari Minho, selaku teman sekelas gadis itu, Minji berniat untuk mengajaknya balikan lagi. Yang tentunya sangat ditolak oleh Seonghwa.

Siapa juga yang mau mengalami hal yang sama dua kali?

Bagaimana jika nanti setelah status mereka menjadi sepasang kekasih Minji kembali bersikap seperti dulu? Atau lebih parah?

Oke, mungkin Seonghwa terlalu berlebih-lebihan. Tapi bukan salahnya kan jika ia jadi memiliki pemikiran seperti itu?

"Aku baik, kau?" jawab Seonghwa acuh.

Minji mengangguk semangat, "aku juga baik!"

Lalu, Minji mulai bercerita mengenai hari-harinya dengan nada manja yang dibuat-buat. Cara bicara yang sama dengan yang dia gunakan saat bersama Victor dulu.

Entah kenapa sekarang gadis itu tidak bersama si siswa asing lagi.

Mungkin taktik baru untuk menggaet laki-laki lain?

Dan Seonghwa merasa dirinya muak mendengar nada bicaranya. Seolah-olah ia tidak sengaja menelan kotoran.

"Seonghwa? Kau mendengarkan tidak?" ujar Minji kala mendapati lawan bicaranya itu tak merespon apapun terhadap ceritanya.

Matanya menatap pemuda itu dengan sorot memelas dan bibir yang mengerucut.

Seonghwa bergidik, 'menjijikan'

.

.

.

To be continued

Haiii hehe

I'll be Your (Boy)Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang