16. Ze, are you okay?

142 26 27
                                    

Play, Sorai - Nadin Amizah.

Kembali ke rutinitas seperti biasa, Zean kembali ke aktivitas biasanya, bersekolah seperti biasa. Kadang Zean merasa iri saat melihat teman teman sebayanya bermain bersma dengan anak anak lainnya, sedangkan ia? Hanya menyimak, memandang, dan berharap ia akan seperti mereka lagi nantinya. "Gue kapan sih kayak mereka lagi? Gue kangen sama mereka," gumamnya miris.

"Mereka baik-baik aja nggak ya? Apa mereka udah ngumpul kayak biasa? Mereka udah seneng seneng lagi? Tanpa gue?"

"Mereka lupain gue sama Bang Galer, kah?"

"Mereka tau nggak sih kalau di sini gue sama Bang Galer kangen banget sama mereka? Sekangen itu gue."

"Nggak adanya mereka di sini itu bikin banyak perubahan sama gue, hidup gue rasanya jadi hampa. Nggak ada  yang bisa hibur gue lagi, biasanya kalau gue lagi sedih gini mereka dengan tanpa ada basa-basinya dateng terus beraksi konyol, yang bikin gue ketawa," ujarnya sembari tersenyum tipis.

"Rumah gue kayaknya emang kokoh, tapi nggak sama dalemnya, udah hampir rusak. Beda lagi sama rumah ke dua gue itu, kayaknya emang udah bener bener rubuh. Perbaiki pun gue nggak yakin kalau rumahnya bakalan tetep kokoh."

"Ngapain lo melamun di situ? Ngelamunin kenapa lo nggak punya bapak, ya?" celetuknya dari sebrang sana.

Zean menghembuskan napas, ini masih pagi kenapa anak itu malah mengusiknya sih? Sekuker itu kah ia? Tidak ada kerjaan lain apa? Selain mengusiknya?

"Ck-ck malah diem kayak gitu,"

"Mau lo apa sih?" Tanya Zean, menatap bingung lawan bicaranya.

"Gue? Nggak ada mau apa apa, sih. Gue cuma kasian aja sama sepupu gue ini, kasian banget sih nggak punya bapak," katanya seraya megejek.

"Cup cup nggak usah meratapi nasib kayak gitu, kan bokap gue ada. Siapa tau lo mau juga dapet kasih sayang dari bokap gue?" ujarnya sembari tersenyum. "Gue bersedia lho Ze, berbagi kasih sayang sama lo."

Sepupuya itu meragkul Zean, "Ya, anggap aja gue adik tiri lo. Secara adik tiri lo itu jauh, kan?"

Oh shit! Kenapa sih sepupunya itu? Lagipula, dari mana sepupunya itu tau? 

"Nggak usah bingung gue tau ini darimana. Nyokap lo kan akrab banget sama nyokap gue, ya alhasil? Nyokap lo cerita sama nyokap gue, di hadapan gue."

"Lo nggak usah ikut campur!" tegas Zean sembari menatap sepupunya itu nyalang.

Sepupunya itu menatap Zean menukik, "Bukannya seharusnya kalau kita sepupu itu saling bantu? Gue kan cuma mau lo kayak orang-orang, bisa ngerasin kasih sayang dari bokapnya."

"Gue nggak perlu itu!"

"Oh ya? Jangan bohong sama gue Ze, gue tau banget dalam lubuk hati lo yang paling dalam lo mau banget kan dapet kasih sayang dari bokap lo?"

Zean segera melepas rangkulan sepupunya itu, menatapnya semakin nyalang. "Lo nggak usah sok tau!"

"Wih, santai dong. Kan niat gue baik Ze," ujarnya heran.

"Kail, stop. Lo nggak perlu kut campur di urusan ini. Lo nggak cape apa ngusik gue mulu?" Zean menatap jengah sepupunya itu—KAILANDRA AMORFATI

"Yaudah sih, terserah lo. Gue kan cuma ngasi saran. Siapa tau bisa lo pake kan?" katanya. "Tapi kayaknya nggak kepake ya saran dari gue?"

Setelah itu Kail tersenyum, tangannya menepuk-nepuk pundak Zean, "Bilangin sama nyokap lo, jangan mau-maunya jadi yang ke dua. Nggak dipeduliin gini kan?" bisiknya. Membuat Zean mengepal, rasanya Zean ingin menonjok Kail sekarang juga.

iii. Nefelibata - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang