#01

1.5K 91 0
                                    

"Bentar-bentar maksudnya apa sih? Asli gue gak paham," Fathan mengacak rambutnya frustasi tidak mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan pria berpakaian bak seorang pengawal itu.

"Seperti yang sudah saya jelaskan, saya di tugas untuk menjemput Tuan Muda Fathan kembali ke Mansion,"

"Nama gue emang Fathan tapi bukan Fathan Bratajaya. Abang salah orang kali," ucap Fathan masih kukuh dengan pendiriannya.

"Tapi informasi dan bukti-bukti yang kami bawa sudah kami verifikasi dan kami yak--"

"Gini aja deh, abang sama temen-temen abang pulang aja dulu. Besok abang kesini lagi dan bawa Bos abang yang katanya ngaku sebagai kakak gue itu," ucap Fathan kesal.

Pria dihadapan Fathan itu dengan cepat menghubungi seseorang. Fathan menatap intens pria dihadapanya takut jika pria itu menghubungi teman-temanya yang lain untuk membawa paksa dirinya.

Namun diluar dugaan pria itu berdiri kemudian membungkuk sopan dihadapannya.

"Baik kalau itu keinginan Tuan Muda. Besok saya akan kembali bersama dengan Tuan besar untuk menjemput Tuan Muda Fathan," ucap pria itu dengan sopan dan pergi meninggalkan halaman kosan.

Fathan menghela nafas dalam, "Mimpi apa gue semalam." gumamnya pelan

***

Pria bersetelan formal itu keluar dari mobil diikuti oleh beberapa pengawal dibelakangnya. Dia menatap caffe di depannya dengan perasaan campur aduk. Akhirnya setelah sekian lama ia berusaha mencari keberadaan sang adik, usahanya berbuah manis.

Kala itu ia benar-benar sudah putus asa merasa usahanya mencari sang adik tidak pernah berhasil, hingga telpon dari adik sahabatnya membuat rasa putus asa itu terganti dengan perasaan bahagia hingga ia tak bisa tidur nyenyak karena ingin cepat-cepat bertemu adiknya.

"Silahkan Tuan. Tuan Muda Fathan ada didalam," ucap kepala pengawal bernama Bima.

Adnan mengangguk berjalan masuk kedalam caffe diikuti Bima. Mata Adnan langsung tertuju pada sang adik yang tengah sibuk melayani pelanggan. Adnan perlahan mendekati sang adik.

"Fathan," panggil Adnan dengan lembut.

Fathan berbalik, terdiam dengan raut kebingungan menatap Adnan.

"M-maaf ada yang bisa saya bantu Kak?"tanyanya

Adnan hanya tersenyum tipis pada Fathan. Sedangkan Bima yang berada dibelakang Adnan langsung menyadari situasi yang sedang terjadi.

"Tuan Muda. Ini Tuan Besar, Kakak kandung Anda," Bima angkat suara.

***

"Udah berapa kali gue bilang loe salah orang. Gue bukan Fathan Bratajaya!"

Fathan menaikan nada bicaranya pada Adnan. Ia benar-benar terlampau kesal. Adnan yang menyadari emosi adiknya sudah tak terkendali berusaha untuk menenangkan sang adik.

"Abang paham kamu gak bisa nerima kenyataan ini. Tapi bagaimana pun Abang tetap kakak kandungmu,"

Fathan menghela nafas dalam berusaha meredam emosinya. Dia tidak habis pikir ada orang yang mengaku sebagai kakaknya padahal sejak lahir dia besar dipanti asuhan.

Ayolah, bukan maksud dia menolak rezeki menjadi adik orang kaya, namun itu terlalu dramakan buat terjadi di dunia nyata ini?

Memikirkan itu Fathan tanpa sadar jadi tertawa terbahak. Adnan yang sedari tadi memperhatikan sang adik merasa heran dengan perubahan emosi sang adik.

Sadar diperhatikan, Fathan menghentikan tawanya dan berdehem untuk menetralkan suaranya. Niat menjadi cowok tegas dan dingin dihadapan pria yang mengaku sebagai kakaknya ini pupus sudah.

"Oke kalau Bapak eh, maaf maksud gue Abang tetep keukeh bahwa gue adik abang yang hilang itu. Jangan salahin gue kalau nanti abang nyesel karena sudah anggap gue sebagai adik abang,"

Mendengar itu Adnan tersenyum senang.

"Jadi kamu maukan ikut pulang ke mansion sama Abang?"

Fathan mengurut pelipisnya yang sedikit berdenyut. Ditolak pasti diseret paksa, tapi diterima pun dia belum yakin pria dihadapan itu kakaknya. Namun akhirnya Fathan mengangguk terpaksa karena sedikit penasaran dengan yang namanya Mansion itu.

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak. 😊

MENDADAK SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang