#06

659 36 0
                                    

Semilir angin malam menyapa wajah Fathan. Dia berdiri dibalkon kamar dengan Rama yang masih setia dibelakangnya. Suasana hatinya sedang tidak baik karena pertengkarannya dengan Sang kakak. Pikirannya jadi melayang saat dimana dia masih hidup bebas tanpa kekangan. Begitu berwarna meski hanya tinggal dikosan sempit dengan menu makanan yang ala kadarnya setiap hari.

Setengah jam dia habiskan untuk melamun, hingga suara Rama menarik atensinya.

"Sudah malam Tuan Muda, sudah waktunya istirahat."

Fathan menghela napas, merengangkan tubuhnya lalu masuk ke dalam kamar.

"Haus" gumamnya saat melihat teko diatas nakas kosong.

Rama yang mendengar gumaman Tuan Muda-nya dengan cepat menekan interkom disamping pintu meminta seseorang untuk mengantarkan air minum.

Fathan yang melihat itu, menghela napas jengah.

"Bang Rama,"

"Ya Tuan Muda,"

"Udah Gue bilang 'kan, gak usah bikin repot semua orang hanya karena gue haus doang. Gue bisa ambil minum sendiri, gak usah ganggu istirahat atau kerjaan mereka."

"Sama sekali tidak repot Tuan muda. Ini sudah menjadi tugas saya dan rekan-rekan."

Jengah dan jengkel itu yang Fathan rasakan sekarang. Tidak kakak-kakaknya, tidak juga pegawainya terlalu over peka menurutnya. Kalau begini caranya dia akan berubah menjadi anak manja yang tidak bisa apa-apa.

"Bang Rama, loe tahu gak? Dulu sebelum gue pindah ke rumah ini hidup gue asik banget. Gue bebas lakuin apa yang gue suka tanpa kekangan tapi sekarang..." Fathan menjeda ucapannya menatap kosong langit-langit kamarnya cukup lama.

"Hmm... Mungkin gue yang kurang bersyukur ya bang?" lanjutnya lagi dengan mata tertutup dan suara yang terdengar lirih.

---

Tidak seperti biasanya, meja makan yang biasanya diisi oleh empat orang kini hanya diisi oleh Arzi dan Arshan. Adnan masih tak bertenaga untuk bangun dari tempat tidur, semalaman Adnan demam tinggi dan muntah-muntah sampai Zafran yang kala itu sudah pulang terpaksa harus kembali lagi untuk mengecek keadaan sang sahabat.

"Tumben sepi, Adek bungsu loe mana Zi?" tanya Zafran yang baru datang ke meja makan.

"Kayanya belum bangun dia, Ngambek dari semalam. Debat sama Bang Ad," jawab Arzi

"Kok bisa?" Zafran bertanya lagi karena masih penasaran.

"Gak mau diikutin Bodyguard dia Bang," Arshan buka suara.

Zafran menganggukan kepala paham dengan apa yang terjadi. Dia sudah hafal betul bagaimana tabiat Adnan yang sulit dibantah dan keras kepala. Adnan akan menjadi orang yang tegas dan overprotektif jika menyangkut adik-adiknya. Terutama Fathan adik bungsunya yang baru ditemukan setelah sekian lama mencari keberadaannya.

Ditengah heningnya kegiatan sarapan, Fathan datang dengan wajah khas bangun tidur. Dia duduk dan mulai sarapan tanpa mempedulikan tatapan tiga pasang mata yang menatapnya.

'Ah sial' batin Fathan berucap. Rasa mual-nya datang lagi. Ia pikir sudah hilang, sejak semalam ia sangat tersiksa tumben sekali perutnya tidak bisa diajak kompromi.

"Kenapa dek?" Arzi bersuara saat melihat gelagat tak wajar sang adik.

"Gak," jawab Fathan singkat sambil menahan rasa mual dan sakit di perut.

Zafran bangkit dari duduknya, ia menghampiri Fathan meraba kening anak itu, lalu beralih ke mengenggam pergelangan tangannya merasakan denyut nadinya.

Insting seorang dokternya tidak pernah salah, anak itu sakit tapi berpura-pura baik-baik saja di depan semua orang. Zafran menatap dingin Fathan.

"Antarkan Tuan Muda ke kamar," perintah Zafran dingin pada Bodyguard yang sedang berjaga.

----

"Gimana keadaan Fathan Zaf?" Adnan masuk di papah oleh Bima.

"Ngapain loe kesini? Bukannya gue suruh loe istirahat?" sinis Zafran.

Mendengar ucapan sinis Zafran, Adnan sedikit meringis. Ia duduk dipinggir ranjang, menatap wajah pucat sang adik.

"Gue khawatir sama adek gue Zaf,"

Zafran menghela napas. "Fathan demam. Asam lambungnya naik. Udah gue kasih obat, makanya dia tidur."

"Thanks Zaf"

Zafran menepuk pundak sahabatnya. "Biarin adek loe istirahat. Loe juga harus istirahat Nan. Ayo gue anter loe balik ke kamar."

Adnan menurut saja, toh badannya masih terasa lemas. Sebelum keluar ia berpesan pada Bima untuk menjaga sang adik di dalam, takut jika Fathan bangun dan butuh sesuatu.

-----

Hai apa kabar? Semoga selalu sehat. Semoga suka yaa dengan part ini. Silahkan tinggalkan jejak. Maaf baru update lagi, biasa kehidupan nyata lagi sibuk. Hehe

Salam Rindu💕

Sukabumi, 15 Juli 2023

MENDADAK SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang