#04

994 51 3
                                    

Tak terasa seminggu sudah Fathan berada di rumah kakak-kakaknya, dan selama itu pula kehidupannya banyak berubah mulai dari kemana-mana harus dikawal, makan diatur, apa-apa harus izin dulu. Intinya serba terbatas dan tidak bebas.

Untuk itu Fathan beranggapan rumah ini kurang cocok untuknya. Meski begitu, ia mengakui bahwa semenjak tinggal disini hatinya kembali menghangat. Kakak-kakaknya sangat baik meski raut mukanya selalu serius dan dingin. Setidaknya Fathan tahu bahwa dibalik semua itu mereka benar-benar tulus dan peduli padanya.

Tapi jika dibandingkan antara rumah ini dan kosannya, memang jauh lebih nyaman kosannya. Meski fasilitasnya biasa saja bahkan terkesan seadanya tapi nyamannya lebih terasa, yang paling penting bisa hidup bebas tanpa aturan-aturan yang rumit dan mengikat.

Tok-Tok-Tok

Fathan beranjak membuka pintu. Kakak pertamanya sudah berdiri diambang pintu dengan membawa nampan.

"Abang boleh masuk?"

"Masuk aja bang,"

Adnan duduk ditepi ranjang, menepuk tempat disebelahnya mengisyaratkan Fathan untuk mendekat dan duduk di dekatnya.

"Kenapa gak sarapan? Kamu mau makan yang lain?"

"Gak apa-apa lagi gak mau aja bang"

Adnan menghela nafas. "Jangan dibiasakan ya dek. Mau gak mau tetep harus sarapan. Nih sarapan dulu, kalau ada hal yang kamu ma-"

"Bang Ad, Fathan pengen balik ke kosan,"

--

Adnan, Arzi, dan Arsha menatap Fathan dengan tatapan yang sulit diartikan. Mereka sedang berada diruang keluarga, membahas permintaan sang adik yang ingin kembali tinggal dikosan.

"Dek duduk disini, jangan jauhan," ucap Adnan.

Fathan mendekat dan duduk di sebelah kakak pertamanya.

"Gimana bang, Fathan boleh balik ke kosan kan'?"

Adnan tersenyum hangat, mengelus rambut sang adik dengan lembut. "Maaf dek, bukan maksud abang mengekang kamu. Tapi abang, bang arzi, dan kak arshan gak setuju kamu balik ke kosan,"

"Tapi bang, Fathan bakal pulang sekal--"

"Fathan lihat bang Arzi. Kita bukan mau membatasi kamu dek, kita cuman pengen kamu hidup nyaman. Pengen kamu lebih santai tanpa ha--" ucapan Arzi terpotong dengan bentakan Fathan.

"Cukup bang! Nyaman abang bilang?! Fathan udah seminggu disini tapi Fathan gak merasa nyaman! Kemana-kemana dikawal, harus ginilah, harus gitulah. Fathan gak biasa bang! Sebelum kalian ada hidup Fathan lebih bebas. Fathan bisa lakuin apa yang Fathan suka. Tapi setelah kalian ada, segala sesuatunya kalian yang atur. Fathan udah gede bukan bocah yang gak bisa apa-apa!"

"Bukan gitu dek Ab--"

"Udah bang, gue paham!" ucap Fathan dengan nada tinggi dan berlalu dari ruang keluarga.

---

"Dek buka pintunya abang mau bicara" teriak Arzi sambil mengetuk-ngetuk pintu.

"Abang tahu, abang salah. Abang minta maaf. Buka pintunya dek, ayo kita bicarakan baik-baik,"

"Dek ayolah, tolong buka pintunya," ucap Arzi memohon tapi Fathan masih tak membuka pintu.

Sedangkan Fathan yang berada di dalam sedang duduk santai diatas tempat tidur sambil bermain game dan makan camilan yang berhasil ia sembunyikan, tanpa peduli teriakan khawatir dan memohon kakak-kakaknya.

"Dek, ini bang Arshan. Buka pintunya dek, kamu sudah dewasa ayo kita bicarakan baik-baik," Arshan mencoba ikut membujuk.

Fathan menghentikan permainan gamenya, saat mendengar kata 'sudah dewasa' yang diucapkan kakak keduannya. Ia memang sudah dewasakan? Siapa bilang masih bocah. Dasar menyebalkan.

Fathan memilih tak peduli dan melanjutkan permainannya. Namun saat suara Adnan menyapa telingganya, seketika ia menghentikan permainannya lagi.

"Dek, bang Ad gak bisa izinin kamu tinggal dikosan lagi. Tapi abang akan kabulin apa pun yang kamu mau kecuali balik lagi ke kosan"

Fathan menyerigai, tawaran abang pertamanya memang sangat mengiurkan. Fathan bangun dari tempat tidur dengan senyum licik yang masih terpatri di bibirnya.

"Oke, permainan baru saja dimulai"
monolognya.

Hai apa kabar? Semoga selalu sehat. Semoga suka yaa dengan part ini. Silahkan tinggalkan jejak.

Salam sayang💕

Sukabumi, 03 januari 2023















MENDADAK SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang