Validasi itu perlu?

15 1 0
                                    

Ditengah malam pertenghan bulan Oktober, lebih tepatnya 11 oktober 2022. Seorang pria bertanya padaku, "Wi, apa aku begitu jelek?" Suaranya terdengar sendu dari seberang telfon.

Pertanyaan yang menurutku aneh dilontarkan oleh orang seperti dia, seorang pria blasteran Jawa-Tionghoa, berkulit putih, mata sipit, dan badan yang proporsional tidak kekar tidak juga melar hanya sedikit masalah jerawat di wajahnya, tapi itu normal, rajin pake skincare juga ilang.

Beberpa bulan lalu dia sering mengingatkanku untuk sering berolahraga. "Olahraga Dewi, jangan tumpuk lemak terus, aku juga udah sering olahraga. Tubuhku udah lebih bagus dari yang dulu dan bb-ku udah turun." Begitu tulisnya tiap kali ada waktu untuk mengabariku.

Sekarang dia tengah bekerja sambil kuliah ambil kelas karyawan jurusan Manajemen bisnis di salah satu kota terpanas di Jabodetabek, Bekasi.

Kembali ke topik, aku masih mengerutkan dahi ketika mengangkat telfon dari dia, lalu aku menjawab secara objektif, karena aku sudah mengenalnya cukup lama.

Aku mendekripsikan bahwa dari struktur wajahnya, bentuk fisiknya, gaya berpakaiannya, serta personality-nya, semua tidak buruk, dia bahkan memenuhi standar untuk disebut seorang pria 'tampan'.

Di akhir kalimat aku menambahkan "... kesimpulannya, kamu tidak jelek."

"Syukurlah," begitu ucapnya dengan lega.

Lalu dia bertanya lagi, "Menurutmu, apa aku menarik di mata wanita?"

Aku sampai memutar bola mata setelah mendengar dia berbicara, lalu aku menjawab, "Kamu ini habis diputusin pacarmu apa lagi PDKT sama kating terus ditikung? Hahhaha."

"Dua-dua nya," begitu balasnya.

"Dulu waktu kita masih deket, banyak temen-temenku yang bilang kamu ganteng, itu berati banyak dari mereka yang tetarik sama kamu. Percaya deh sama aku, kamu tu ngga seburuk itu. Kenapa kamu seakan perlu banget validasi dari orang lain tentang bagaimana kamu dimata orang lain? Be yourself aja lah bro."

"Kalo menurutmu gimana? Dimatamu aku ini gimana? Aku menarik gak menurutmu? Iya aku lagi butuh validasi, aku ngga percaya diri."

"To be honest, aku ngga tau harus respon gimana. Nggak biasanya kamu kaya gini, i know tiap orang tu punya sisi lemahnya tapi aku ngga nyangka kamu bakal curahkan ke-insecure-an kamu ini sama aku..." ada jeda sebelum aku melanjutkan, lebih tepatnya memikirkan kata-kata agar meyakinkan dirinya.

"... percaya sama aku, kamu itu gak jelek dan kamu tu menarik, you don't need to worry about that. Ada pepatah gini, rawatlah kebunmu maka kupu-kupu akan datang dengan sendirinya. Yang harus kamu lakukan itu bukan buang energi buat cari tau apa yang orang lain tau tentang kamu, tapi yang lebih baik adalah kamu hanya fokus buat rawat diri kamu aja dari segi apapun. You deserve to be happy. Validasi dari orang lain tu ngga penting-penting amat sih, kalo kamu anggap dirimu menarik ya berarti kamu menarik, karena seribu orang bilang kamu menarik pun kalo kamu ngga merasa ya percuma juga."

"Kamu bener Wi, aku udah ngga Insecure lagi. Makasih ya,"

Setelahnya kami membahas banyak hal seperti biasa, lalu ditutup karena kami sama-sama mengantuk.

Jarum jam terdengar berdetak terlalu keras, suara bising Jangkrik dan angin yang berhembus diantara pepohonan semakin membuatku terus mengingat rumah, Kota Jogja malam ini terasa tidak ramah padaku, dini hari terasa begitu sepi tapi pikiranku selalu ramai.

Sering kali muncul perasaan yang sulit dijelaskan yang datangnya tiba-tiba. Aku tau betul yang barusan dia katakan itu tidak salah, tapi aku hanya sedikit heran mendengar tuturnya yang tampak ragu pada diri sendiri, aku heran karena 6 tahun aku mengenal orang ini sebagai manusia 'bodoamatan' tapi ternyata bisa Insecure juga.

Aku juga sama atau mungkin kita sama?, aku ingin tau apa yang orang-orang pikirkan tentangku, apa yang ada di mata mereka ketika melihatku, aku juga ingin tau apa mereka berpikir aku cukup menarik atau apa yang mereka ingat ketika mendengar namaku? Tapi kurasa itu tidak perlu, aku memang penasaran tapi apakah harus banget mendapat Validasi dari orang lain?.

Pertanyaan konyol, peduli apa tentang pandangan orang lain terhadap kita. Menuruti orang lain gak akan ada habisnya, yang ada hidup kita yang hancur. Masa mau hidup nuruti standar orang lain? Mau hidup diatur-atur orang lain? Kamu kalo rambutnya panjang pasti cantik, kalo tubuhmu lebih berisi pasti lebih lucu, kalo lebih kurus pasti lebih menarik, kalo kekar pasti lebih ganteng, dan blablabla.

Kita ngga pernah bahagia kalo gitu, hidup kita adalah pilihan kita bukan orang lain. Masa mau diperbudak orang lain? Yakin mau?

Kalau orang lain memberikan masukan positif kepada kita bolehkan kita analisis masukannya, tapi kalo merasa rendah diri karena tidak sesuai keinginan orang lain, itu keliru.

Bonus :

Udah ngrasa ganteng, gak Insecure lagi 🐒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah ngrasa ganteng, gak Insecure lagi 🐒

SLUMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang