Ngga semua harus di-Arab-Arabin!

8 1 0
                                    

Sekitaran tahun 2019 aku satu kost sama para ukhty, aku pertama lihat mereka bilangnya 'Masya Allah' sedangkan mereka liat aku 'Astaghfirullah'.

Ada sekitar dua belas orang yang tinggal di kost itu, banyak dari mereka jilbabnya lebar-lebar dan ada 3 yang pake cadar, sedangkan aku? Pake jilbab saja karena orang tuaku secara mendadak mengirimku kesana. Oke sebenrnya itu bukan kost biasa tapi sebuah rumah ngaji atau biasa aku sebut 'bengkel akhlak'.

Awal-awal disana mereka bawaanya nyebut terus kalo liat aku, gara-gara apa? Karena aku gak pake jilbab.

"Astaghfirullahaldzim, sehelai saja rambut kita terlihat oleh lawan jenis maka bapak kita akan dicambuk dineraka," seru salah satu ukhty padaku.

"Hehe," begitu responku sambil cengar cengir.

Sedari kecil aku memang tidak tumbuh dalam keluarga yang religius, jadi harap maklum kalo ilmu agamaku gak sedalam lautan berisi ikan Tuna.

Ketika ngaji banyak tajwid yang salah, mungkin karena merka geram mendengar aku ngaji merka langsung triak-triak buat benerin bacaan aku.

"Itu Alif-nya dibaca panjang, dua harakat!!!"

"Aaaa...," jawabku.

"Kalo baca Al-Qur'an tu harus bener panjang pendeknya nanti artinya bisa berubah, jadi sesat kamu."

"Anjir, main nyesat-nyesatin aja."

"Astaghfirullahaldzim, sungguh busana seorang perempuan itu terletak pada lisannya."

"Iya maaf,"

"Na'am"

"Na-am anaknya siapa?"

"Kalo ada orang bilang afwan, maka jawabnya na'am "

"Bakwan?"

"Afwan, itu artinya maaf dalam bahasa Arab. Saat ada seseorang yang mengucapkan Afwan kepada kita, maka kita bisa menjawabnya dengan Labasa artinya 'tidak apa-apa'. Atau bisa juga ditambahkan dengan kata na'am, menjadi na'am labasa berarti 'iya tidak apa-apa'."

"Owh, gitu ya. Nice Info."

Tiap hari selalu seperti itu, tinggal bersama mereka, aku jadi ibarat noda yang nempel di kain putih. Setiap hari, setiap yang aku lakukan, setiap yang aku katan, merka selalu mengoreksinya. Lama-lama aku merasa kesal karena sikap mereka yang selalu menggurui, mendiskriminasi, dan merasa diri mereka jauh lebih baik sedangkan aku adalah gadis yang dilaknat oleh Tuhan, eh tujuan aku disana kan buat belajar agama juga, malah dituntut harus udah bisa, karena ketinggalan malah kena bully (bahasa kasarnya sih gitu).

Karena suka belajar bahasa Inggris tiap ada waktu luang aku sering nonton Film yang berbahasa Inggris, dengerin lagu, atau sering ngomong sendri pake bahasa Inggris. Ya, mungkin itu menggangu mereka.

"Musik itu bisa menggagu hafalan."

"Sorry, kalo ada kalian aku dengerin musik pake earphone aja deh, biar gak ganggu."

"Kamu udah hafalan buat setoran nanti sore?"

"Udah,"

"Berapa ayat?"

"Empat, mungkin," jawabku tidak yakin.

"Cuma empat?"

"Kayaknya aku cuma mampu segitu karena ayatnya panjang, aku lagi banyak tugas dan kegiatan di sekolah jadi gak fokus buat ngehafal."

"Makanya jangan belajar bahasa Inggris terus gak penting!" Ucap Nur (nama samaran salah satu ukhty)

"English is important bro, dalam dunia kerja juga disekolah ada bahasa Inggris."

SLUMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang