Semua bukti mengarah pada Tomi. Beberapa orang saksi menyatakan bahwa Tomi ikut andil dalam kasus korupsi pembangunan wisma atlet setahun yang lalu. Berita semakin merajalela, menyebar luas tanpa bisa dikendalikan. Pembelaan yang Tomi lakukan, tampak tak didengar, membuat media semena-mena menyebarkan opini.
Tetangga mulai bergunjing sana-sini. Ada yang tidak menyangka kalau orang seperti Tomi ternyata bisa korupsi dan ada pula yang sudah mengira hal tersebut, melihat gaya hidup Sarah yang akhir-akhir ini bak sosialita.
Rifa pun tak ketinggalan menjadi bulan-bulanan. Pernikahannya dengan Raka yang sengaja disembunyikan mulai terendus. Entah dari mana kabarnya, isu hamil duluan menyebar dari mulut ke mulut.
Tak ada yang bisa Rifa lakukan selain menutup telinga, sebab menutup satu persatu mulut mereka rasanya tidak mungkin.
"Lu tenang aja, Fa. Bokap gua bakal jadi saksi atas kasusnya Om Tomi. Dia udah sewa pengacara hebat buat ngebela bokap lu. Kita semua yakin kalo bokap lu nggak bersalah dalam kasus ini."
Abian datang membawa angin segar untuk Sarah dan Rifa. Tak terhingga bagaimana bahagianya Rifa mendengar hal tersebut. Lebih-lebih Sarah, ia hampir saja bersujud di kaki Abian jika tidak dicegah oleh cowok itu.
"Tante nggak perlu kayak gitu, Tan. Saya ngelakuin ini karena saya peduli sama temen saya, Rifa." Abian berjongkok, mengangkat bahu Sarah untuk berdiri.
"Kamu ini benar-benar malaikat penolong, Abian." Sarah tak hentinya memuji dan berterima kasih. "Seandainya kamu masih bersama Rifa, tante akan jauh lebih senang."
"Mama apa-apaan sih, Ma?" cicit Rifa, ucapan Sarah sangat tidak enak didengar. Beruntung saat ini Raka sedang tidak ada. Coba kalau Raka dengar, ia pasti tidak enak hati. "Jangan dengerin omongan nyokap gua ya, Yan. Walaupun status lu mantan, tapi gua berterima kasih banyak atas kebaikan lu yang mau repot-repot bantuin kasus bokap gua."
"Santai aja, Fa. Ngeliat lu bahagia, itu juga suatu kebahagiaan buat gua."
Rifa tersenyum tipis menanggapi ucapan Abian. "Ya udah, lu berangkat sekolah gih. Nanti telat, dimarahin sama Pak Husin."
"Lu ... nggak mau sekalian bareng?"
"Nggak dulu deh, Yan. Mungkin besok atau lusa gua baru siap ke sekolah."
Abian mengangguk lalu berpamitan pada Sarah dan Rifa. Tidak ada yang berubah, Abian tetap baik seperti dahulu Rifa kenal di awal. Meskipun terang-terangan Rifa telah mematahkan hatinya. Ya, setidaknya itu yang Abian tampakan di luar. Ikhwal isi hati, tak ada satu pun yang tahu kecuali dirinya pribadi.
"Kamu sih, mutusin Abian dan milih mertahanin hubungan sama Raka. Padahal, kurang apa itu si Abian. Anaknya baik, sopan." Sarah mulai lagi mendebat Rifa perihal keputusannya bertahan dengan Raka. "Lihat sekarang, Raka bisa apa buat bantuin kita? Nggak ada inisiatif dia buat bantu."
"Mama jangan gitu lah, Ma. Kak Raka udah berusaha bantu kok, kemarin dia mau sewa pengacara tapi mama tolak. Sekarang giliran orang lain yang mau bantu, Mama mau dan malah mojokin Kak Raka."
"Karena Mama itu tau mana yang tulus dan mana yang enggak. Lagian kamu denger sendiri kan, papanya Abian itu saksi kunci kasus papa kamu. Kalau papa kamu bebas, itu pasti karena bantuan Abian dan kita berhutang banyak sama mereka."
Rifa tak mau mendebat lebih panjang lagi. Sepanjang apa pun perdebatan mereka, tidak akan bertemu kesimpulan yang baik. Di mata Sarah, Raka tetap tidak baik seperti apa pun Rifa mencoba menjelaskan.
***
Rifa baru pulang dari mini market ketika ia melihat ibu-ibu berkumpul di depan rumah dengan tatapan sinis mengarah kepadanya. Mereka berbisik namun tak pantas disebut berbisik karena masih sangat jelas terdengar di telinga apa yang mereka katakan tentang Rifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]
Teen FictionDia tetanggamu yang tiba-tiba jadi guru BK di sekolahmu. Dia yang sejak kecil menjengkelkan, mengaturmu dengan banyak aturan dan tiba-tiba menjadi suamimu? ============================================ Karena sebuah insiden yang menimpa kakaknya, Ri...