Part 9

582 19 2
                                    

Note : Bahasa tidak baku.

Update lagi kalo udah nyampe 100 views wkk

Rifa membuka mata ketika alarm ponselnya berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rifa membuka mata ketika alarm ponselnya berbunyi. Gadis itu menggeliat, meregangkan otot-otot yang pegal selepas akad kemarin. Ah, akad? Refleks Rifa terbangun, meraba bagian tubuhnya yang masih utuh dibalut baju tidur. Napasnya keluar dengan lega, merasakan bahwa tidak ada yang berbeda dari tubuhnya.

Dilihatnya sofa sudah kosong, tidak ada lagi penghuni yang tadi malam tidur di sana. Rifa menjuntaikan kaki menyibak tirai membuat cahaya matahari bisa masuk leluasa ke kamarnya.

Sudah hampir dua hari Rifa tidak memberi kabar pada Abian. Kira-kira sedang apa kekasihnya itu sekarang?

Setelah menimbang-nimbang, Rifa akhirnya menghubungi Abian. Cukup lama berdering, namun tak dijawab. Mungkinkah Abian marah karena beberapa pesan sebelumnya Rifa abaikan begitu saja?

Rifa mencoba sekali lagi dan kali ini dijawab. Terdengar suara serak di seberang sana menyahuti. "Halo?"

"Abian?"

"Iya, Fa? Di sana udah ada sinyal, ya?" entahlah itu terdengar seperti sebuah sindiran bernada halus namun sangat terasa.

"Gua minta maaf, Yan," ucap Rifa penuh penyesalan. "Kemarin itu mendadak banget, Mama sama Papa ngajak ke luar kota. Gua nggak sempet ngecharge hp, sampai di sana hp gua mati dan sinyal juga ilang." Rifa berusaha senatural mungkin agar Abian percaya. "Ini aja sinyalnya ilang-ilangan."

Lama tak ada tanggapan dari seberang sana membuat Rifa menjadi resah. "Yan, lu marah ya sama gua?"

"Enggak, gua nggak marah. Cuma gua khawatir aja. Tapi pas gua tau lu juga pergi sama Pak Raka ... rasanya lu pasti aman."

"Yan, lu jangan mikir yang macam-macam ya. Kita ke sini tuh cuma diajak survey doang sama orang tua kita. Mereka ada bisnis bareng dan—"

"Fa ...," panggil Abian. "Gua percaya sama lu. Gua yakin lu nggak bakal macam-macam. Dan gua harap lu nggak ngancurin kepercayaan gua ya. Fa."

Rifa terdiam. Perkataan Abian membuat jantungnya terasa berhenti berdetak. Air mata menggenang, memaksa tumpah. Namun, sebisa mungkin ia tahan agar suaranya tetap terkontrol dan Abian tidak curiga.

Rifa tidak sanggup membayangkan jika suatu saat Abian tahu perihal statusnya dengan Raka saat ini. Rifa tidak akan mampu untuk mengakhiri perasaan atau bahkan hubungannya dengan Abian.

"Fa? Lu masih di sana, kan?"

"I-iya, gua masih di sini. Gua bakal berusaha buat ngejaga kepercayaan lu, Yan." Meskipun sebenarnya kepercayaan itu telah Rifa hancurkan.

"Jadi, kapan lu mau balik?" tanya Abian.

"Sore ini udah balik kok. Kangen, ya?" goda Rifa.

"Enggak, biasa aja."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang