Part 26

448 22 0
                                    

Kalo rame kita lanjut partnya cepet wkk






Rifa terduduk lemas. Keringatnya bercucuran membanjiri seragam. Demi apa pun itu tenaganya benar-benar terkuras hari ini. Baru saja dirinya me jatuhkan harga diri sejatuh-jatuhnya di hadapan Raka, mengakui segala perasaan yang entah bagaimana hadir begitu saja.

Bagaimana mungkin rasa cemburu bisa membuat Rifa senekad itu mengakui pernikahannya dengan Raka di depan Adelia. Sementara Rifa tahu kalau gadis itu bisa melakukan apa saja untuk membalas perlakuannya, termasuk membocorkan semua ini pada Abian atau yang lainnya.

Namun, ia sudah kepalang basah. Sekarang Raka sudah tahu perihal perasaanya dan Abian ... secepatnya Rifa akan jujur mengenai hal ini sebab menjalani hubungan lebih lanjut pun rasanya tidak mungkin, selain karena Rifa telah menjadi hak orang lain, perasaanya pada Abian pun sudah tak lagi sama.

Sepulang sekolah, Raka mengajaknya mampir di depot bakso depan komplek. Dua orang yang seumur hidupnya bertetangga itu tampak canggung satu sama lain. Aneh, biasanya mereka tak punya jeda barang semenit untuk bertengkar.

"Saya sebenarnya masih nggak ngerti kamu ini kenapa. Sejak pulang dari rumah sakit, sikap kamu terhadap saya jadi aneh." Raka membukan pembicaraan dengan memberikan sebotol minuman isotonic pada Rifa untuk mengganti cairan tubuh yang hilang juga beberapa buah snack potato, sementara makanan yang mereka pesan mengantre dibuatkan. "Saya nggak pernah maksa kamu mengakui pernikahan kita. Saya lebih senang kalau kamu jujur sama diri kamu sendiri."

Rifa menatap lurus ke arah Raka. Wajahnya yang pucat masih sangat kentara. "Dulu saya nggak percaya kalo Kak Raka bisa suka sama saya. Saya pikir itu hal yang aneh karena kita selalu berantem. Tapi makin ke sini, ternyata saya juga aneh. Saya menikmati perdebatan kita dan ngerasa sepi kalo Kak Raka sehari aja nggak bikin saya kesel. Saya baru sadar, kalau ternyata saya juga cemburu setiap kali Kak Raka deket sama Adelia. Apa itu namanya kalau bukan karena saya juga jatuh cinta sama Kak Raka?"

"Tapi gimana perasaan kamu sama Abian? Dia orang yang udah nyelametin kamu waktu di jurang."

Rifa menarik napas panjang-panjang. Ia bercerita bagaimana dirinya ketika jatuh ke jurang waktu itu. Dirinya yang tak menyangkan masih bisa hidup hingga saat ini. "Saya nggak kepikiran orang lain selain Kak Raka. Sampai saya berdoa sama Tuhan, seandainya Kak Raka yang nyelametin saya waktu itu, saya akan menerima pernikahan ini."

"Dan ternyata Abian yang nyelametin kamu, tapi kenapa kamu masih mau mengakui pernikahan kita?" tanya Raka.

"Karena saya udah nggak bisa bohong lagi sama diri saya sendiri kalau saya pun menikmati pernikahan ini."

Beberapa saat mereka kembali diam satu sama lain sampai seorang pramusaji mengantarkan pesanan mereka. Denting sendok dan garpu beradu dengan mangkuk berisi makanan berkuah tersebut. Sesekali Rifa mengusap dahinya yang berkeringat lalu meminum es teh untuk meredakan pedas.

"Saya nggak tahu apakah saya harus senang atau justru sebaliknya mendengar semua ini, Fa. Di satu sisi, saya senang karena ternyata perasaan saya berbalas tapi di sisi lain Mama kamu benar, pernikahan ini bukan yang terbaik."

"Mama? Mama bilang apa sama Kak Raka?"

Raka menggeleng, "bukan apa-apa. Tante Sarah cuma kasian ngeliat kamu yang tertekan sama pernikahan ini."

"Itu karena saya nggak berani jujur sama Mama kalau saya juga cinta sama Kak Raka. Tapi hari ini, sampai di rumah nanti Rifa bakal jujur sama Mama kalo Rifa, nerima Kak Raka sebagai suami." Rifa tersenyum manis.  Terlihat sangat menenangkan dari dirinya yang biasa gerasak gerusuk. "Siapa sih yang nggak mau punya suami ganteng, pinter, jago masak?"

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang