Part 3

1.1K 48 3
                                    


Note : Bahasa tidak baku.

Vote dulu yuk sebelum membaca. Kasih komennya juga yaa biar otorr semangat, hihi




"Nyusul, Oma?" suara Rifa menggema di ruang tengah pagi itu. Raut kagetnya tak bisa dibuat-buat, gadis itu baru bangun, berniat turun ke dapur untuk mengambil minum tetapi pemandangan di ruang tengah menarik perhatiannya. Ada orang tuanya, beberapa buah koper dan Raya yang sudah rapi. Ketika ditanya mau ke mana, Raya menjawab akan menyusul Oma mereka di Amerika. Siapa yang tidak kaget? Tidak ada yang membicarakan hal ini sebelumnya pada Rifa termasuk Raya. "Bentar, deh, ini gua yang baru bangun tapi kok lu yang ngigo ya, Ray? Lu ngapain tiba-tiba mau nyusul Oma?"

"Ngigo dari mana sih, Fa? Gua serius, gua mau nyusul Oma. Lu tahu sendiri 'kan, Oma tuh udah tua, terus nggak ada yang jagain di sana?" jawab Raya menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya, alasan mengapa dirinya harus pergi ke Amerika. "Emangnya lu mau, gua sebagai cucu pertama dicap sebagai cucu durhaka yang nggak mau ngerawat neneknya?"

"Ya tapi kan gua masih butuh lo, Kak. Gua udah kelas dua belas, kalo lu pergi terus siapa dong yang ngerjain tugas-tugas gua?" Rengek Rifa.

Raya berdecak, ternyata alasan Rifa menolak kepergiannya bukan karena sayang tapi karena sudah tidak ada lagi yang membantunya mengerjakan tugas. "Nyesel gua waktu kecil pernah minta dibikinin adek sama Mama," ujarnya dengan wajah tertekuk. "Lihat tuh anak Mama, ngeselin," lanjutnya mengadu.

Sarah yang juga tengah menyembunyikan kesedihan dipaksa tersenyum, mengusap rambut kedua anak perempuannya. Membawa keduanya dalam pelukan hangat. "Kakak kamu ke Amerika selain buat jagain Oma, dia juga mau lanjut S2 di sana," jelas Sarah.

"Tapi kan harusnya ada omongan dulu sama Rifa. Kalo mendadak gini jadinya kaget, untung aja Rifa nggak jantungan."

"Nggak usah lebay, Fa. Lagian juga lu kudunya seneng kalo gua nggak ada, jadinya kan lu punya dua kamar, baju warisan, terus juga novel-novel gua jadi punya lu semua."

"Iya tau, emang itu yang gua tunggu-tunggu. Tapi, emang kagak bisa ditunda besok atau seminggu lagi gitu perginya?" tanya Rifa yang berat hati. Dari kecil sampai sekarang, Rifa dan Raya itu tidak pernah terpisah. Jadi hal ini lumayan berat untuk mereka berdua. "Ssminggu lagi aja ya...." ujar Rifa memohon dengan mata berkaca-kaca.

Hal itu membuat Raya tak kuasa menahan tangis, ia memeluk Rifa erat-erat, sangat erat. Ada rasa bersalah yang amat besar dalam dirinya. Seandainya ia pakai otak semuanya tidak akan seperti ini. Begitupun Sarah, dirinya tak lagi mampu berkata-kata. Air matanya tak hentinya mengucur dengan dada yang teramat sesak. Sejenak mereka larut dalam perpisahan, kecuali Tomi yang duduk diam seribu bahasa.

Bukan dirinya tidak menyayangi Raya, semua orang tua normal pasti menyayangi darah dagingnya. Apalagi Raya adalah putri pertama yang susah payah mereka dapatkan setelah enam tahun pernikahan. Bagi Tomi sesukses apa pun seorang pria, jika dirinya tidak mampu menjaga anak perempuannya maka semua itu tidak ada gunanya.

"Mas, aku berangkat dulu ya, nganterin Raya ke bandara. Kamu mau ikut?" tanya Sarah.

"Aku nggak enak badan." Tomi beranjak dari tempatnya, ia berpapasan dengan Raya yang menatapnya penuh penyesalan. "Semoga selamat sampai tujuan," ucap Tomi setelah itu ia berlalu menuju kamar.

Rifa mendapati keanehan dari sikap Tomi yang tak pernah sedingin itu sebelumnya. Apakah ada yang mereka sembunyikan dari Rifa?

"Fa, maaf ya gua masih belum bisa jadi kakak yang baik buat lo. Tapi gua janji, gua bakal selalu ada kalo lu butuh buat ngerjain tugas. Telepon gua aja. Oke?"

"Gua minta maaf ya, Kak. Nggak bisa nganterin lu ke bandara. Pokoknya lu harus janji bakal baik-baik di sana dan pulang dapat gelar S2."

"I promise you."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang