Part 5

1K 38 5
                                    

Note : Bahasa tidak baku.

"Dua kali putaran," tantang Rifa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dua kali putaran," tantang Rifa.

"Oke, kamu pikir saya takut?"

"Oh ya? Masa sih ngga takut? Kok keringetan?"

"Saya cuma gerah, bukan takut," elak Raka.

Tiba saat yang Rifa tunggu-tunggu. Satu persatu penikmat wahana mulai turun berganti dengan pengunjung lainnya. Rifa naik terlebih dahulu diikuti Raka yang kemudian mengambil tempat duduk berseberangan dengannya. Terlihat keringat yang semakin banyak membasahi pelipis cowok itu. Rifa tersenyum kecil.

"Kalo mau nyerah mending sekarang deh. Daripada ntar ngompol, kan, malu, ya?"

"Berisik!" ketus Raka.

Bianglala mulai berputar lamat-lamat mereka naik ke atas. Raka mengeratkan pegangannya pada sisi kiri dan kanan besi penyangga tempat duduk. Hal tersebut tentu saja tak pernah luput dari pengawasan Rifa. Ia menunggu-nunggu saat di mana Raka merengek meminta diturunkan atau yang lebih parah Raka mengompol di celana. Itu pasti menjadi tontonan yang sangat lucu dan bisa dijadikan senjata untuk mengancam Raka kalau sewaktu-waktu cowok itu ingin menghukumnya di sekolah.

Namun, hal yang Rifa tunggu-tunggu tak kunjung terjadi. Satu putaran full berjalan tanpa satu pun komentar dari Raka. Cowok itu justru terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Rifa mulai gelisah, takut kalau Raka berhasil memenuhi tantangannya. Di putaran kedua ia mulai mencari cara untuk membuat Raka takut.

"Kak Raka tau nggak, baru-baru ini ada kasus bianglala terbalik?"

"Nggak tau," jawab Raka singkat.

"Iya, jadi tuh gara-gara overload bianglalanya kebalik. Dua orang tewas dan sisanya luka-luka. Ngeri banget, ya."

Raka hanya diam tidak menanggapi perkataan Rifa, namun pegangannya semakin erat membuat Rifa mengulum senyum.

"Terus ada juga kasus bianglalanya macet. Pengunjung sampai terjebak berjam-jam nggak bisa turun. Ngeri banget kan, apalagi buat yang takut ketinggian," lanjut Rifa.

Raka menelan ludah ketika tak sengaja ia melihat ke luar. Mereka berada di puncak ketinggian dengan pemandangan epik kota di malam hari. Bagaimana kalau yang dikatakan Rifa barusan terjadi? Bianglalanya terbalik atau macet berjam-jam di tengah ketinggian saat ini? Kaki Raka terasa lemas, namun ia sekuat tenaga menahan diri agar tak terlihat lemah. Ia memejamkan mata kembali mengumpulkan keberanian.

"Kenapa, Kak? Takut, ya? Mau pipis, ya?" ledek Rifa. Ia sudah bersiap-siap dengan kamera ponselnya barangkali Raka benar-benar mengompol.

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang