First Meet

72 17 26
                                    

Bagaimana bisa aku jatuh sesuka itu padamu

Suasana senin pagi ini mendung, gerimis turun. Paket lengkap untuk kembali tidur, seperti perempuan di bawah selimut pink yang kini semakin mengeratkan selimut tersebut untuk membungkus badannya.

Perempuan yang masih terlelap itu bernama Akia Arabella berusia 17 tahun, masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Akia anak tunggal dari ibu Hera Putri Ayu dan Ayah Yunarko Riyanto, maka dari itu ia sering merengek kepada ibunya untuk mempunyai seorang adik yang sering dibalas pukulan sayang dikepalanya oleh sang ibu.

Akia masih bermimpi menaiki kuda putih bersama pangeran sebelum suara menggelegar ibunya terdengar di seluruh penjuru kamarnya.

"AKIAAAA, KALO SAMPE HITUNGAN TIGA NGGAK BA-"

Ucapan ibu satu anak itu terpotong, Akia langsung berlari sempoyongan menuju kamar mandi tidak peduli pada ibu jarinya yang terhantuk ujung meja. Bukan Akia tidak menyanyangi dirinya. Bukan. Sebab ancaman yang diberikan ibunya selalu terjadi 3 detik setelahnya.

___...___

Akia sudah rapih dengan baju seragamnya rambutnya ia kuncir menjadi satu dibelakang. Melihat penampilannya sekali lagi di cermin Akia bergumam "haduh, sayang banget cantik-cantik gini belum punya pacar" lalu kemudian ia turun menuju meja makan.

Narsis memang, ayo timpuk bareng-bareng.

Di meja makan Akia sarapan dengan nasi goreng buatan ibunya. "Bu, papa mana?" tanya Akia memasukan satu sendok penuh nasi goreng kedalam mulutnya.

"Sudah berangkat, kalo nunggu kamu bisa-bisa papa telat."

"Akia berangkat subuh pun, papa pasti nggak mau kalau harus putar arah buat nganter Akia, Bu."

Ucap Akia dramatis pura-pura mengusap air diujung matanya. Ibunya hanya tertawa melihat tingkah putri satu-satunya itu.

Akia pamit pada ibunya, berjalan sedikit untuk sampai ke halte di depan komplek rumahnya, bukan komplek elite tentunya, tapi kompleknya benar-benar nyaman. Ya, setidaknya menurut Akia.

5 menit kemudian Akia sudah duduk nyaman di bus, ia duduk dibelakang dekat jendela, tempat favoritnya karena Akia bisa melihat orang-orang berlalu lalang, mobil dan motor menjadi terlihat kecil dari tempat Akia duduk.

Bus hari ini lumayan penuh, mungkin karena sekarang hari senin pikir Akia.

"Permisi."

Seseorang dengan hodie hitam dan earphone ditelinga itu menyadarkan Akia dari lamunannya.

"Ikut duduk ya."

Akia mengedarkan pandangannya, mencari kursi kosong namun nihil. Kursi yang kosong tinggal disebelahnya. Tadinya Akia hanya ingin sendiri saja.

"Iya, silahkan" balas Akia singkat. Melihat wajahnya sekilas lalu kembali fokus melihat jalanan yang basah bekas gerimis subuh tadi.

Akia turun dari bus, berlari menuju kelasnya. Hampir semua murid sudah berkumpul di lapang upacara. Sesampainya dikelas Akia melempar asal tasnya lalu kembali berlari menuju lapangan.

"Hah..hah...hah gilaa capek banget" nafasnya memburu.

"Kaya baru pertama kali aja, tumben nggak telat" cela Winda, teman sebangku Akia, sahabat Akia, soulmate-nya, belahan jiwa Akia.

Dear ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang