Keputusan

9 3 3
                                    

jatuh cinta adalah jatuh yang membuatmu candu, bukan?

Akia berjalan lunglai memasuki rumahnya. Kosong. Rumahnya kosong entah kemana sang ibunda yang harusnya jam segini sedang menonton acara gosip favoritnya di televisi.

Akia duduk di kursi panjang itu lalu menyalakan televisi didepannya, yang langsung menampilkan berita artis-artis ibu kota.

Kadang Akia heran mengapa juga artis yang makan di warteg harus di beritakan? dirinya juga sering makan di warteg tapi nggak pernah tuh di masukan berita.

ya lu sapa Kia?

"Kok cemberut gitu mukanya."

Itu suara ibunya, yang datang entah dari mana lalu duduk di sampingnya.

"Dari mana aja, Bu," tanya Akia memeluk perut sang ibu menenggelamkan mukanya di sana.

"Habis dari belakang, nanem seledri," jawab ibu Akia mengusap lembut rambut putri kesayangannya. "Kok pulang cepat hari ini?" tanyanya.

"Iya, dibolehin pulang cepet soalnya Akia bilang lagi kangen banget sama ibu" jawabnya asal.

Ibu Akia hanya tertawa mendengar jawaban anak gadisnya. "Mau cerita apa?" tanyanya, sebagai ibu dia tahu betul tentang putrinya. "Lagi banyak yang di pikirin ya?"

Akia mengganti posisinya menjadi tidur di pangkuan sang ibu.

"Bu, ceritain dong masa pdkt sama papi" pintanya.

"Kenapa sih, kamu tuh nggak konsisten banget manggil Ayah kamu, kadang papi kadang bapak kadang abi" omel ibunya.

"Kan, Ayah cuma punya satu anaknya, kasian kalo cuma di panggil itu-itu aja."

"Nah kan mulai..." ucap ibunya memutar bola matanya malas.

Akia tertawa, "Ayo dong ceritain."

"Gimana ya, dulu ayah kamu gigih banget buat dapetin ibu, walau ibu waktu itu udah punya pacar dia tetep yakin sama perasaanya, katanya sebelum janur kuning melengkung masih bisa di tikung," ibu Akia menahan tawa ketika mengingat masa mudanya, "Dulu dimata ibu ayah kamu nyebelin banget, tapi justru itu daya tariknya."

"Terus waktu itu ibu putus gara-gara ayah, ya?"

"Nggak dong, waktu itu pacar ibu ketahuan selingkuh sama temen satu organisasinya."

Akia tertawa mendengarnya, entah mengapa dia merasa lucu saja melihat ekspresi kesal di wajah ibunya mengingat masa mudanya dulu.

"Bu misal nih, ada cowok yang deketin ibu, dia bener-bener nunjukin dia suka sama ibu pokoknya sat set lah buat dapetin ibu, nah tapi di sisi lain, ibu nggak suka sama dia ibu suka sama cowok yang lain, yang nyebelin, nggak peka dan susah digapai, kalo di posisi itu ibu milih yang mana?" 

"Kalo itu ibu, pasti ibu milih yang pasti-pasti aja," jawabnya "Emang siapa yang lagi deketin kamu?"

Ibu Akia tahu bahwa sang putri menyukai teman satu eskulnya dari pertama dia duduk dibangku SMA.

"Temen sekelas, yang waktu itu Kia minta ibu buat brownies nah itu buat dia" jawabnya. "Dia bilang dia suka aku, tapi aku bingung aku masih suka sama Abyasa," Akia menghela napasnya lalu melanjutkan "Aku masih suka sama Abyasa yang sikapnya makin hari makin nggak ketebak, kadang manis kaya es krim, kadang hangat kadang juga dingin, kadang ngerasa dia deket banget kadang juga dia kaya jauh banget sampai nggak bisa Kia gapai" keluhnya panjang lebar.

"Kia, ibu nggak pernah larang kamu buat pacaran atau pun deket sama laki-laki, kamu boleh nyobain manis pahit cinta masa SMA. Tapi jangan sampai dalam nemuin cinta itu bikin kamu stress bikin kamu ngerasa 'ini aku pantes nggak ya sama dia' ataupun hal-hal lain yang bikin kamu down."

Ibunya berhenti sejenak.

"Udah setahun kamu ngejar-ngejar Abyasa, tapi dia sama sekali nggak pernah ngelihat kamu."

"Tapi akhir-akhir ini dia sikapnya manis sama Kia, tapi ya gitu, ngebingungin."

"Kia, laki-laki itu makhluk yang simpel kalo dia suka pasti dia bakal perjuangin yang dia suka buat dia dapetin."

Akia mengeryit tidak mengerti.

"Artinya kalo kamu ngerasa bingung, sebenernya dia suka sama kamu apa nggak," ibunya memelankan suaranya berucap hati-hati "Jawabannya berarti nggak, laki-laki yang beneran suka sama kamu nggak bakal bikin kamu bingung."

Akia mengangguk, kini dia mengerti. Sikap Abyasa yang membingungkan akhir-akhir ini kini dia sudah dapat jawabannya, itu kemungkinan selama ini Abyasa memang mengetahui perasaanya, hanya saja Abyasa tidak memiliki perasaan yang sama.

"Kamu sedih denger itu dari ibu?"

Akia mengangguk.

"Sedih, tapi Abyasa juga pasti sedih nggak sih, Bu. Selama ini dia pasti pernah nggak nyaman sama sikap aku, cinta bertepuk sebelah tangan nggak cuma nyakitin yang jatuh cintanya aja."

"Nah itu tahu" ucap sang ibu mencolek hidungnya.

"Cuma kaya ada yang ngeganjel aja."

"Coba aja kamu kasih tau Abyasanya, siapa tahu selama ini kamu masih suka dia karena perasaanya cuma kamu simpen sendirian."

Akia menggeleng, malu. Bagaimana mungkin dia membeberkan perasaanya secara gamblang pada Abyasa. tidak, tidak, tidak!

"Yah, itu sih petuah dari ibu aja biar kamu lega, udah ah, ibu mau masak buat ayah kamu."

Ibunya bangkit menuju dapur meninggalkan Akia yang masih terlentang di kursi panjang itu.

Setelah menimang-nimang dan berpikir ratusan kali, akhirnya Akia memutuskan untuk memberitahu Abyasa tentang perasaanya.

Mungkin ibunya benar, selama ini alasan mengapa Akia menyukai Abyasa karena perasaanya dia tanggung sendiri, perasaanya selalu dia pendam, menumpuk ingin segera di utarakan.

Mungkin juga memang benar Abyasa telah mengetahui tentang perasaanya tapi setidaknya, setidaknya, Abyasa harus tahu langsung dari mulut Akia, sekali saja Akia ingin menjadi berani ketika jatuh cinta.

Besok Akia akan pastikan Abyasa mengetahuinya.

Besok Abyasa harus mengetahuinya.

Harus!

_____________________________

Halo haloooo update lagi nichhhhh

walaupun ini kayanya jadi chapter paling pendek sejauh ini hehe

lagi sedih Molly, cupang kesayanganku lagi sakit huhu

jangan lupa vote, komen, kritik dan sarannya ya mentemennnnn

udah segitu dulu ajaa

salam sayang

Nara

Dear ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang