⚔️FW || bad midnames 1.1

45 15 6
                                    


"ARABELLE AYO SEGERA BERANGKAT KE ACADEMY!" teriak Alister sangat bersemangat.

Otak Arabelle seketika ingin meledak mendengar teriakkan adiknya itu. Tak mau mengamuk, cuman mau mencekik leher Alister agar tidak mengeluarkan suara lagi.

"Diamlah Alister, kamu tak capek teriak begitu terus?" ketus Arabelle.

Membawa 1 tas yang berisi 3 buku tebal yang entah ia pun tidak tau pelajaran apa. Buku yang sudah disiapkan oleh pelayan pribadinya yang bernama Yana.

Dia ingin sekali  mengutuk buku tebal yang hanya membuat badannya sakit tak tertolong itu.

Sebenarnya belum merasakannya, tetapi jika dilihat sekilaspun, pasti langsung tau jika buku itu hanya sebagai pemberat tas.

"Ayolah kak, nanti kita telat." Alister menarik tangan Arabelle dengan tergesa-gesa. Sifat Alister yang baru ini memang membuat dirinya harus mengucapkan sabar berkali-kali.

Arabelle jadi penasaran. Apakah rasa kesal yang ia rasakan ini sama dengan rasa kesal Alister saat ia jahili dulu di dunia yang berbeda?

"Jika takut telat, mengapa kamu menuggu? Aku bisa pergi sendiri!"

"Aku tau kak Ara ingatannya sedang tidak baik-baik saja." Alister menjawab dengan wajah ceria.

Arabelle melihat sikap dan ekspresi Alister hanya bisa bernafas jenggah, bagaimana bisa berubah secepat itu?

Ingin mengumpat serapah didepan Alister sambil mengutuknya menjadi batu.

"Kau bisa pergi saja, aku tau letaknya dimana."

Ya kalau letak academy dan high school masih sama.

Alister tak menggubris ucapan Arabelle. Alister tetap menarik paksa Arabelle dengasaman langkah lebar.

Sekarang Arabelle hanya bisa pasrah dan menuggu keajaiban datang jika ibundanya yang tiba-tiba hidup itu membantunya.

⚔️

Academy yang letaknya masih sama, dan rute dari rumahnya juga masih sama. Entah ia masih bingung dunia ini berubah dari segi apa dan karena apa.

Arabelle tau jika ia hidup di dunia yang bisa dikatakan berbeda dari dunia yang ia tinggali dulu.

Bukan berbeda 100% tetapi sekitar 50% saja. Segi bangunan sedikit berubah, tetapi fungsi masih sama. Orang terdekat masih sama, tetapi sikap,sifat, fashion sedikit berbeda.

Sangat memusingkan jika memikirkan ini semua.

"Arabelle!!" teriak sahabat Arabelle yang terkenal dengan otak encernya itu, entah sekarang masih sama atau tidak.

"Aya?"

"Geya, GEYA bukan AYA!" tegas Geya.

"Bukankah nama depanmu Aya?" tanya Arabelle. Ya dia tidak berbohong, Aya adalah nama depan dan nama panggilan yang ia tau dari dunia yang ia tinggali dulu.

"Ternyata benar otakmu sedang tidak baik-baik saja," guman Geya agar tidak terdengar oleh Arabelle.

Arabelle mengerjab berusaha mencerna apa yang sedang diucapkan oleh sahabatnya itu, "apa Aya?"

"Intinya, namaku adalah Geya Aya  Almostin. Dan kau tidak boleh memanggil nama tengah seseorang kau tau?"

"Iya Geya Aya Almostin." Arabelle menjawab dengan nada malas.

Ia masih tidak tau mengapa tidak boleh memanggil nama tengah seseorang. Ia kan juga tidak tau nama panggilan yang ada di dunia dulu sekarang menjadi nama tengah di dunia ini, sebenarnya belum yakin jika semua seperti itu.

Tidak ada salahnya bukan jika ia memanggil seseorang yang ia tau?

"Nah, sekarang jangan memanggil nama tengah seseorang lagi. Yuk ke kelas," ajak Geya sambil menarik tangan kanan Arabelle agar mengikutinya.

"Ara, kau tau?" ucap Geya bersemangat memulai cerita.

"Aku tidak tau."

"Kau jangan menjawab, aku mau cerita dulu!"

Geya menarik nafas layaknya seorang pemandu senam ibu hamil. "Kau tau Ara? Aku mendapatkan peringkat pertama di perkemahan musim panas kemarin."

"Disana aku juga menemukan seseorang yang tampangnya bak seorang pangeran dinegeri dongeng."

"Dan kau tau Ara? Dia adalah seorang anak dari Duke yang bermarga Arcelio."

"Ya sebenarnya aku tidak terlalu terkejut karena marganya saja Arcelio."

Geya melihat Arabelle yang tak merespon satu katapun yang habis ia ceritakan merasa kesal,"kau kenapa diam saja?"

"Bukankah aku disuruh diam sembari kau bercerita tentang seseorang yang entah siapa itu namanya?" tanya Arabelle.

"Aku sudah selesai bercerita."

"Terus?" Tanya Arabelle.

Geya mendengar respon Arabelle yang tak mengasikkan itu langsung pergi meninggalkan Arabelle sendirian.

"BUKANKAH AKU TAK SALAH GEYA?!" teriak Areballe tak terima.

"IYA BUKAN KAMU, TAPI OTAKMU!"

"Maaf Geya, aku hanya bercanda tadi," ucap Arabelle dengan muka memelas.

Geya melihat sahabat karibnya itu bersedih tak tega hati untuk mendiaminya terlalu lama.

Menarik tangan Arabelle dengan sekali tarikan, Geya membawa Arabelle menuju ke kelas yang akan digunakan.

Letaknya ternyata masih sama, hanya bangunan sekolah,dan ornamen saja yang berbeda.

"ARABELLE KAU JANGAN MELAMUN!!" bentak Geya.

Arabelle mendengar bentakan itu segara mengerjab beberapa kali untuk menetralkan kesadaran.

Ternyata hidup di dunia entah berantah ini tidak seburuk yang dibayangkan Arabelle, walau ia tidak tau akhir dari kisahnya akan seperti apa nantinya.

"Kau akan duduk seperti biasanya kan?" tanya Geya dengan tatapan curiga.

"Depan pojok kanan bukan?" jawab Arabelle dengan perasaan berkecamuk tak karuan, entahlah rasanya jika menjawab dengan salah ia akan di hukum penggal.

"Ya tentu saja, kau ini emang aneh."

"Sudah jadi incaran para guru, suka mencari ribut dan berakhir mendapatkan surat peringatan. Masih saja tidak ingin berpindah ke depan agar tidak terlalu mencolok." Geya duduk di bangkunya sambil mengomel tanpa henti.

"Bukankah jika aku duduk di bangku belakang itu akan menambah sifat mencolokku?" bela Arabelle.

Mendengar jawaban Arabelle yang selalu menggunakan kalimat pembelaan itu-itu saja hanya bisa menggeleng pelan, "Terserah kamu, yang penting bahagia."

___
___
Alina🦁

___
20-11-2022
___
TBC

Foreign WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang