"Kau sudah menemukan alasannya?" tanya Aghasthya.
Arabelle menoleh melihat Aghasthya yang sudah berada di gerbang academy di jam 5 dini hari.
Manusia gila mana yang memberikan sebuah janji bertemu pada jam 5 dini hari?
Ya benar jawabannya yaitu tuan Aghasthya Atha Dimitri.
Jika bukan karena sebuah bayangan hidup yang tenang tanpa sebuah teror dari seorang Aghasthya, Arabelle tak akan mau untuk menemuinya di gerbang academy di jam 5 dini hari yang sangat sunyi senyap.
Bagian asrama memang sangat ramai bagai kicau burung jika di dengar dari sini, tetapi menurutnya itu bukanlah sebuah kicauan burung yang bahagia melainkan kicauan burung yang sedang menjalani sebuah rutinitas pagi yang mencengkam. Jadi tetap saja hawa menakutkan masih ada.
"Aku sebenarnya masih tidak habis pikir, kenapa harus jam 5 dini hari hanya untuk memberikan alasan?" tanya Arabelle dengan muka kesal.
Aghasthya berjalan mendekati Arabelle yang berbalut sebuah tudung berwarna merah.
"Pagi itu adalah waktu yang tepat untuk mengetahui apakah seseorang itu jujur atau berbohong," bisik Aghasthya di telinga Arabelle.
Perasaan aneh menjalar dari badan Arabelle saat mendengar bisikan yang diberikan oleh Aghasthya.
Entah bagaimana wajahnya memerah seperti tomat.
"Y-ya aku akan bicara sekarang."
"Aku bisa menggunakan sihir suci karena Bunda adalah penganut marga Dmitri cabang ke 4."
"Bunda juga termasuk satu-satunya penyihir berbakat yang berada di marga Dmitri cabang ke 4."
"Dan, jika tuan Aghasthya bertanya mengapa bundaku tercinta jarang sekali berkumpul di perkumpulan keluarga Dmitri," ucap Arabelle menggantung di akhir kalimat.
"Tanya sendiri, aku juga tidak tau alasannya."
Melompat ke dahan pohon mangga, Aghasthya segara meninggalkan Arabelle sendirian, setelah mendengar jawaban Arabelle yang terlihat begitu jujur.
Menatap kesal kepergiannya yang tanpa salam, ataupun basa-basi ucapan perpisahan. Arabelle segera berlari pulang ke arah mansion keluarga Rasendriya.
Sialan, kalau begitu aku tidak usah datang untuk memberikan penjelasan.
Aku bangun pagi seperti ini juga butuh usaha.
Jika aku bertemu anak brengsek itu akan ku cincang badannya.
Arabelle tak berhenti mengumpat di dalam hatinya. Mau bagaimanapun ia tak suka jika dia tidak dihargai seperti itu.
⚔️
Brak
Buku dilempar Aghasthya dengan kencang.
Ia begitu kesal, hanya karena turunan dari marga cabang Arabelle bisa menggunakan sihir suci dengan satu kali percobaan.
Sebenarnya ia tidak begitu terkejut dengan sihir yang dikeluarkan oleh Arabelle. Aghasthya juga sudah mengantisipasi agar tidak terlalu terbawa emosi.
Tetapi sifat iri yang menguak didalam hatinya tidak bisa ia bendung.
Ia berusaha mati-matian untuk bisa mengunakan sihir suci itu,tetapi ia hanya bisa menggunakan dengan kapasitas sedikit, tidak sebesar apa yang dikeluarkan oleh Arabelle.
Tetapi Arabelle hanya karena merasa terancam langsung bisa menggunakan sihir itu?
Dan hanya karena turunan dari marga cabang?
Sangat mustahil jika di pikirkan.
Aghasthya tenang, kau jangan terlalu terbawa emosi.
Kau juga dalang dari semua ini bukan?
Kau harus bisa mengendalikan emosi itu, jangan gegabah.
Dia butuh bimbingan,bukan sebuah kebencian.
Ingat usahamu untuk membawanya.
Aghasthya segera menghembuskan nafas secara berlahan-lahan untuk menetralkan emosinya itu.
"Apakah dia berani pulang sendiri?" guman Aghasthya pelan.
Sepertinya Aghasthya tak begitu memahami silsilah keluarga Arabelle,yang ia tau hanya kesukaan Arabelle yang begitu aneh.
⚔️
"Kau dari mana kak?" Tanya Alister dengan tatapan bingung melihat kakak sepupunya yang begitu kusut seperti habis bangun tidur.
Alister tak mempertanyakan prihal kekusutan muka dan penampilan, yang ia pertanyakan adalah dari mana dia pagi-pagi sudah pergi tanpa meminta ijin dengan paman Edghar?
"Mencari udara segar."
"Tumben, habis ketemu siapa?" tanya Alister masih berusaha memperoleh sebuah informasi yang lebih mendalam dari Arabelle.
"Kau seperti nyonya yang memakai lipstik berwarna merah cabai Alister! Begitu banyak bertanya."
"Aku baru memberikan 2 pertanyaan," ucap Alister heran.
"Aku benar-benar tak ingin di usik Alister, ayolah jangan membuat kakakmu ini marah di pagi hari," ucap Arabelle memohon.
"Kau tak ada masalah kan kak?" tanya Alister khawatir, ia tak ingin kakaknya mendapati sebuah masalah sendirian.
"Tuan Dmitri?"
"Siapa itu?" tanya Arabelle bingung.
"Ternyata kau lupa dengan marga yang sering mengusik hidupmu akhir-akhir ini. Itu tuan Aghasthya kak, apakah kakak di usik lagi?"
"Oh manusia sialan itu, aku mendadak lupa dengan marga yang ia miliki," ucap Arabelle. Sepertinya pertemuan pertama kali dengan Aghasthya sudah melakukan namanya bahasa non-formal.
Yang ia tau,jika tak benar-benar dekat ia akan memanggil dengan nama marganya. Atau di dimensi ini berbeda?
Memikirkan perbedaan budaya antar dimensi memang membuat dirinya pusing. Ia jadi penasaran kenapa dirinya bisa memasuki dimensi yang aneh bin ajaib ini.
___
___Alina🦁
___04-07-2023
___
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign World
Fantasy[DILARANG PLAGIAT⚠️] [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, AGAR SAMA-SAMA ENAKEUN] "Ayah apakah kita mati bersama? Setelah itu kita bertemu kembali di surga?" tanya Arabelle kembali. Ucapan yang terdengar menjengkelkan untuk Edgar memasuki telinganya. "BAN...