⚔️FW || who? 2.0

37 10 1
                                    

"KAK ARA!!!" teriak Alister mengelegar di penjuru academy.

Melihat Alister berlari kearahnya, Arabelle reflek menatapnya dengan tajam.

Ia tidak ingin hari ini dirusak oleh sepupunya itu.

"Tatapan mata yang kak Ara berikan, itu tidak membuatku takut sama sekali."

"Aku juga tak berniat untuk menakuti anak kecil. " Arabelle menjawab dengan kekehan kecil.

Sudahlah, sepertinya ia tak bisa lepas dari anak kecil sialan itu. Mau bagaimanapun ia bertugas menjaga sepupunya, jangan sampai terluka.

Ayahnya memang masih menyebalkan dari dulu. Sudah tau Arabelle tak suka menjaga barang orang lain, apalagi anak kecil.

"Aku sudah dewasa, kau tau kak?"

"Aku tidak tau, dan aku tak mau tau kau mau dewasa,anak kecil, atau bayi sekalipun!" Arabelle melangkah pergi meninggalkan Alister sendiri

Alister menatap Arabelle sedih, walau kakaknya itu sangat menyebalkan tiada ampun. Di dalam lubuk hatinya ia ingin kakaknya itu kembali seperti dulu.

Alister merasa sifat dan sikap Arabelle sedikit berubah. Dulu saja setiap Minggu pasti ada surat peringatan untuk Arabelle karena membuat masalah, sekarang sama sekali tidak ada setelah ada tragedi Arabelle terjatuh dari kuda.

"Aku mau ke kantin dulu." Arabelle melambaikan tangannya ke udara.

"AKU IKUT KAK ARA!!" Alister berlari mengikuti Arabelle dibelakangnya, seperti induk ayam yang diekori oleh anaknya.

⚔️

Arabelle membawa nampan berisi  2 mangkok sup kalkun, 1 roti gandum, dan 1 mangkok kecil nasi.

Jika ditanya mengapa ada 1 roti, karena Alister menyukai memakan sup dengan roti gandum.

Arabelle saat pertama kali mendengar jika Alister memakan sup bersama roti gandum hanya bisa tertawa mengejek. Sekte aneh menurutnya.

Brak

Arabelle tersandung oleh balok kayu yang entah mengapa bisa ada di depannya dengan tiba-tiba.

Kuah sup kalkun itu tumpah di celana dan sepatu seseorang.

Arabelle mendongak memastikan jika seseorang itu tak marah sama sekali.

Harapan Arabelle memang terlalu tinggi sebenarnya.

Tangan Arabelle ditarik paksa dengan cengkraman yang kuat. Sekarang ia tidak tau akan di bawa kemana dirinya oleh seseorang yang amat kasar ini.

"Sakit, kau bisa pelan?"

"Sakit?" tanyanya sambil menguat cenkramannya.

Manusia gila, jika tau sakit, bukannya memelan mengapa bertambah kuat cengkramannya.

"Bodoh, kau manusia yang tak bisa bahasa manusia ternyata," sindir Arabelle.

"Kau masih sama, sangat kasar dan tidak sopan," decak Aghasthya dengan suara sangat pelan.

"KAK ARABELLE!!" teriak Alister.

Bertambah satu masalah.

Arabelle merasa hari ini sial lagi, mengapa Tuhan tak memberikan sebuah hari yang bahagia untuknya?

"TUAN AGASTHYA!"

"Kau anak kecil tidak usah ikut campur masalah orang dewasa," jawabnya dengan nada malas.

"Itu salahku, itu salahku karena kak Ara yang membawa makananku," jelasnya.

"Aku tak butuh penjelasanmu." Aghasthya menutup pintu ruangan dengan sekali dorongan.

Arabelle masih diposisi yang sama, tangannya ditarik dan dicengram dengan kuat oleh manusia sialan itu.

Arabelle sekarang berada di ruangan yang begitu besar, luas, dan banyak foto berfigura di dinding ruangan ini.

Entah ruang apa, foto siapa, dan yang paling penting yang ada dibenak Arabelle sekarang adalah "DIA SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MENARIK TANGANNYA DENGAN CENGKRAMAN YANG KUAT?"

"Kau jangan selalu melotot matanya, copot tau rasa."

"Siapa juga yang melotot, mataku emang seperti ini," ketus Arabelle tak suka. Bisa-bisanya ada orang yang mengomentari matanya.

"Kembali ke topik."

"Kau kenapa menumpahkan sup kalkun itu ke celana dan sepatuku?"

Arabelle menatap tajam manusia yang melontarkan pertanyaan bodoh itu, "Kau bodoh atau bagaimana? Aku tidak sengaja menumpahkan kuah sup itu karena tersandung balok yang entah dari mana datangnya."

"Kau tidak sopan mengatakan manusia sepertiku dengan kata bodoh." Aghasthya memukul kepala Arabelle dengan tangannya.

"Dan bukankah matamu itu besar? Mengapa tak bisa melihat sebuah balok yang besar seperti itu?"

Arabelle sekarang ingin menendang wajah manusia yang sangat menyebalkan itu, menendang, mencekik, dan membuangnya di kandang buaya.

Kenapa yang disalahkan itu matanya? Bukankah matanya itu turunan gen yang tak bisa dirubah.

"Kau siapa? Aku tidak suka harus tunduk terhadap seseorang yang akupun tak tau nama dan gelarnya." Arabelle menjawab dengan nada angkuh.

Ia sekarang paham kalau dunia ini selalu menggunakan kasta untuk tunduk pada siapapun itu, jadi ia menggunakan kalimat itu. Walau sebenarnya ia tak suka dengan kedudukan sebuah kasta dan tak mau menggunakan sebuah kasta untuk menindas sesuatu hal.

"Kau tak mengenal manusia yang sangat berpengaruh di academy ini?" tanya Aghasthya tak percaya.

Ayolah semua wanita di Chantavy academy sangat mengidolakanku, mengapa satu anak ini tak mengenalku sama sekali.

Apakah perpindahan dimensi membuat ia tak bisa mengenal seluk beluk dari awal?

"Penting untuk mengenalmu?" cibir Arabelle.

"Benar-benar penting nona Arabelle. Jika anda mengenal aku sudah dipastikan anda bisa meminta tolong kepadaku jika membutuhkan sesuatu."

"Hanya itu?" remeh Arabelle, sepertinya sekarang ia merasa senang jika sedikit bermain debat sedikit saja dengan tuan sok penting itu.

"Apakah anda meremehkan kedudukan Aghasthya Atha Dmitri?" Aghasthya merasa dipermalukan disini.

Arabelle berdiri dan berjalan menuju ke arah Aghasthya yang sedari tadi duduk di atas meja, "Menurutku kedudukan itu tidak ada gunanya dimata Arabelle Ella Rasendriya, kau mau anak raja, anak ksatria jika kau salah dan tak sopan aku tak akan sengan-sengan untuk memberikan sebuah pelajaran."

Arabelle segera berlari menuju ke pintu keluar setelah melihat respon Aghasthya yang membeku tak memahami situasi yang terjadi.

"Sialan, dia tidak berubah walau berpindah dimensi," umpat Aghasthya tak habis pikir dengan kelakuan Arabelle yang tak pernah berubah.

___
___

Alina🦁
___

07-05-2023
_

__

TBC

Foreign WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang