Matahari sudah sangat terik saat seorang gadis masih terlelap dengan setelan piyama bercorak hitam-putih, corak sapi. Gadis tersebut nampak sangat menikmati tidur nyenyaknya –tunggu saja lima detik lagi sampai ia mulai menyingkirkan kata nyenyak tersebut dari hidupmya.
Sesuai perkiraan, gadis tersebut mulai bergerak gelisah kala merasakan sesuatu mengusik telinga sebelah kanannya. Ia berbalik ke sebelah kiri, berharap sesuatu yang mengusiknya itu akan berhenti kala ia berganti ke posisi berlawanan. Namun nihil, hal yang sama juga ikut mengusik telinga kirinya.
Saat ia memutuskan untuk beralih posisi menjadi telentang, sesuatu yang sangat cerah juga hawa panas menerpa wajahnya. Usikan bertubi-tubi tanpa henti tersebut pun mau tidak mau membuat gadis berpiyama sapi tersebut menyudahi tidurnya yang sangat lelap.
Butuh waktu yang lama bagi gadis tersebut untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada penglihatannya, dan hal tersebut bukanlah hal yang biasanya terjadi. Saat matanya masih menyesuaikan dengan cahaya, ia juga merasakan sesuatu yang asing hinggap pada paru-parunya.
Tidak biasa, terlalu dingin. Batinnya.
Tepat saat ia mendapatkan kesadarannya secara penuh, gadis tersebut langsung menyadari bahwa saat ini ia memang sedang tak berada di tempat yang biasa, kala ia melihat langit tepat saat ia membuka mata.
Saat ia mendudukan diri dan menoleh pada sekitar, barulah ia menyadari bahwa tidur nyenyaknya harus terusik dengan rumput-rumput yang menusuk telinganya.
Ia tidur di atas rumput, rumput yang sangat luas, luas sekali sehingga pantas untuk disebut padang rumput. Jadi singkatnya ia selama ini tertidur di padang rumput.
Sekali lagi, padang rumput.
“Bentar, ada yang aneh.” Gadis itu mencoba mengingat sesuatu, sesuatu yang ia lakukan sebelum tertidur, karena rasanya sangat aneh saat kau terbangun di padang rumput dengan mengenakan piyama bermotif sapi. Ya walaupun ia mungkin sebelum ini memang terbiasanya bertingkah aneh, rasanya ini terlalu aneh baginya untuk melakukan sampai batas ini.
Tapi seberapa keraspun ia mencoba untuk mengingat, tak ada satupun ingatan hinggap di memorinya, hal itu terasa seperti sebuah lubang hitam besar berada di dalam otaknya, menyedot bersih ingatan-ingatannya, bahkan nama dan berapa usianya pun, ingatan seperti itu tak ada di otaknya.
Keadaan seperti ini membuat gadis itu frustasi. Gadis itu menelungkupkan wajahnya diantara dua lutut, juga memegang erat pergelangan tangan kirinya tepat pada jam tangan yang melingkar disana. Entah karena apa, ia merasa bahwa hanya dengan cara inilah ia dapat meredam emosinya. Karena dengan posisi ini, ia merasa seperti seseorang tengah meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Beep...beep...beep odigos starting in three...two...
Jam tangan itu mengeluarkan bunyi, mengalihkan atensi gadis itu dalam sekejap. Jelas bahwa gadis tersebut tak memprediksikan hal ini akan terjadi. Sederhananya mungkin, gadis tersebut tak akan mengira bahwa sebuah jam tangan akan mengeluarkan sebuah bunyi dan juga hologram.
...one...Hi this is odigos, Reva Fidela welcome to Moonvrese, you need to clear all the mission to get back to your home.
All kind of communication here with Odigos will be transformed automatically to your guide book. Odigos will be back to normal mode ten seconds after the last interaction. You can reactivate odigos mode by touching the screen for five seconds.
Sebuah tanda tanya besar muncul dalam kepala gadis tersebut, terlalu banyak juga informasi yang ia dapat dalam sekali tarikan napas. namun sebelum ia dapat mencerna apa maksud dari jam tangan tersebut, benda tersebut kembali menjadi jam tangan biasa dengan lenyapnya hologram diatas jam tersebut.
Apa tadi yang jam ini katakan? Reva Fidela? Moonvrese? Misi untuk pulang?
Siapa Reva Fidela? memangnya ia sedang dimana?
Five...four...three...two...one...beeeeeep
Jam tangan itu telah mewujud kembali seperti jam tangan biasa, sebagai penunjuk waktu pada umumnya.
Gadis tersebut beralih pada ransel yang sedari tadi telah berada di sampingnya, mencari sebuah benda untuk membuktikan bahwa ia sedang tak dipermainkan oleh jam tangan tadi. Mencari sesuatu di tumpukan pakaian yang ada di dalam ransel. Meskipun ia sedikit mengharapkan bahwa apa yang jam tangan tadi katakan hanyalah sebuah candaan, gadis tersebut tetap mencari benda yang ia cari dengan seksama.
“Ketemu! Beneran ada ternyata,” Gadis tersebut menemukan apa yang ia cari. Sebuah buku.
Sampul buku yang bertuliskan MOONVRESE dengan fon yang elegan tersebut semakin membuat gadis itu ragu untuk membukanya. Takut jika semua yang jam itu katakan tadi benar adanya. Terlebih lagi, ia takut bahwa ia benar-benar tak sedang tengah berada di dunianya.
“Arrhh. Lo bisa ayo bisa, Cuma buka buku biasa doang lo pasti bisa!” Dengan sugesti tersebut, gadis itu perlahan-lahan mulai membuka buku.
Halaman pertama terbuka, menampakkan sebuah halaman polos dengan sebuah nama tertulis di pojok bawahnya. Sebuah tulisan yang cukup membuktikan bahwa jam tangan tadi benar-benar tidak sedang bermain-main.
"Selamat datang, Reva Fidela. Selesaikan misi untuk kembali pulang."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
moonlight. [on hiatus]
FanfictionSeorang gadis terbangun di tempat antah berantah. Dengan pemandangan dan udara yang masing-masing terasa amat asing bagi mata dan paru-parunya. Gadis itu mencoba mengingat-ingat hal terakhir yang ia lakukan sebelum tertidur, namun seberapa keraspun...