Hehe😃Happy reading all~
Kamar yang sedang Adel tempati tak pernah terasa selebar ini, sejujurnya Adel bahkan tak pernah berpikir bahwa kamar ini cukup lebar untuk ditempati oleh tiga orang. Berhubung seluruh barang milik teman-teman sekamarnya telah dikemas dengan rapi, barulah Adel menyadari bahwa kamar yang ia tempati sangatlah luas. Cukup luas sehingga Adel merasa bahwa ia dapat melakukan lima kali roll depan secara beruntun tanpa harus memikirkan kemungkinan bahwa ia akan terbentur.
“Ini nih hasil dari ngedumel lo Del, lo dapet kamar luas buat lo sendiri mana free rasa kesepian lagi.” Monolog Adel pada dirinya sendiri.
Untuk sesaat, Adel hanya dapat berdiam mendengarkan detak jantungnya sendiri. Menatap jauh pada langit-langit, menciptakan sketsa-sketsa abstrak yang hanya dapat dilihat sekali oleh matanya sendiri.
“Anjirr! Ga bisa ini sepi banget! Gue harus ap—“
Bunyi dentingan keluar dari Odigos miliknya, memotong monolognya begitu saja.
Pesan dari Azizi, memberi kabar bahwa Timnya telah memulai perjalanan sendiri setelah diturunkan oleh Kak Oniel.
Adel menggerutu, apa untungnya ia mendapat pesan itu? Apakah gadis itu berharap Adel akan menghela napas berat dan memutuskan angan-angannya yang berharap Tim tersebut kembali ke Asrama dan membatalkan misi? Oh jelas tid— tapi Ashel jelas berpikir demikian.
“Kak Ashel.”
Untuk sesaat, Adel memiliki pemikiran apakah ia perlu untuk memastikan keadaan Penanggung Jawabnya tersebut atau tidak. Tapi pemikiran tersebut berhasil dipatahkan oleh bunyi dentingan dari Odigosnya, lagi.
Kalo nggak keberatan, gue minta tolong sering-sering cek keadaan Ashel ya, dia itu rapuh.
Dengan pesan itu, Adel lantas dengan cepat mengetik kontak Ashel di Odigos miliknya, lalu mengetikan beberapa kata untuk memastikan keadaan Kakak Penanggung Jawabnya tersebut. Bagaimanapun, Ashel adalah Penanggungjawabnya, akan jadi sangat rumit apabila gadis itu sekarat karena kesepian saat dirinya masih tak mengenal apapun tentang dunia ini.
Kak, Lo masih bangun nggak? Gue ada permen, lo mau nggak?
Adel tidak berbohong, dia memang memiliki sekantung permen di mejanya. Tapi mengetik penawaran seperti itu pada Kakak Penanggungjawab super galak tepat pukul empat dini hari, bukanlah sesuatu yang Adel rasa tepat. Tapi apalah, Odigos tidak menyediakan fitur edit pesan.
Adel tak berharap banyak, tapi entah kenapa firssatnya mengatakan bahwa Penanggungjawabnya tersebut tidak akan ambil pusing mengenai penawaran aneh darinya tersebut. Firasatnya berkata bahwa tak lama lagi ia akan mendapat balasan.
Bunyi denting terdengar cukup mengagetkan Adel, rupanya notifikasi dari odigos di pergelangan tangannya yang membuatnya terbangun. Adel masih menyesuaikan cahaya yang menerobos indera penglihatannya hingga ia sadar bahwa rupanya ia tertidur sembari menunggu balasan dari Ashel.
“Kalo permennya satu lusin gue mau, gue samperin ke kamar lo ya, nanti kurang lebih jam sembilan-an lah.”
Setelah membaca itu, adel baru memperhatikan bahwa saat ini sudah pukul sembilan pagi, sudah lima jam sejak ia mengirim pesan dan kemudian tidak sengaja tertidur.
Hal tersebut membuat Adel terlompat dari posisi tidurnya lantas berlari ke kamar mandi sebelum ia mendengar bunyi ketukan pintu dari luar.
“Iya bentarr! Adell cuci muka duluu!”
*****
“Gue sampe sini aja ya?”
Azizi menoleh, memandang orang disebelahnya dengan penuh tanda tanya, “Bisa nggak, buat nadanya enggak usah didramatisir kek gitu?”
Tanpa mengalihkan pandangan, Oniel yang berada disebelah Azizi hanya menyunggingkan senyumnya, “lemesin dikit lah, Zi. Dari tadi hawa-hawa di mobil ini suram banget gue rasa-rasa.”
Helaan napas kencang terdengar berasal dari Azizi, gadis itu nampak menyandarkan kembali punggungnya seperti sebelumnya.
“Gue terlalu nekat nggak sih, Kak? I mean, belum tentu juga surat itu dari Kak Biyu, bisa aja itu tipuan dari orang jahat. Mana gue ada bawa dua anak itu,” Azizi merujuk pada dua gadis di jok belakang yang nampaknya sudah tertidur bahkan saat mobil ini baru dinyalakan.
“Yah, telat lo kalau baru ngomongin itu sekarang. Sebelumnya nggak kepikiran apa gimana?” Jawab Oniel.
Azizi diam sejenak, pandangannya jatuh pada bangunan-bangunan di luar kaca mobil yang terlihat seperti bergerak berlawanan arah dengannya. Terlihat seperti bangunan-bangunan itu mulai tertinggal dengan semakin jauhnya mobil yang ia tumpangi itu bergerak.
“Kita udah nggak bisa putar balik ke asrama ya, Kak?”
Oniel yang sebelumnya hanya berfokus pada jalanan di depannya, kini ia memandang Azizi barang sebentar, sebelum kembali melihat pada jalan di depannya.
“Kenapa, Zi? Lo takut?”
“Di-dikit?” Jawaban Azizi terdengar tidak cukup meyakinkan, bahkan untuk Azizi sendiri.
“Enggak ada yang perlu ditakutin –eh ada sih, kaya takut mati kelaparan, takut digigit kutu waktu tidur di rumput misalnya. Tapi selain itu, gue tau dan cukup yakin kalo lo tuh hebat dan lo bisa. Cukup percaya sama hati lo aja, percaya juga sama dua anak di belakang itu. Di luar sana lo bertiga cuma punya satu sama lain.”
Azizi mendengarkan, ia dengar semuanya, ia menangkap pula apa yang Oniel sampaikan. Namun sedari tadi, matanya hanya tertarik untuk menjatuhkan pandangan keluar kaca mobil.
“Udah ah, dikit lagi kita sampai. Mau lo yang bangunin mereka apa gue aja?”
Mendengar itu, barulah Azizi tersadar. Ia kembali menegakkan badannya, “Kakak kan lagi nyetir, emang bisa?”
“Yeeu, lo jangan meremehkan seorang Cornelia ya. Sini gue liatin cara seorang Cornelia membangunkan rekan-rekannya.”
Sesaat kemudian, hampir saja kepala Azizi membentur dasboard mobil di depannya akibat ulah Oniel yang membunyikan klakson dan secara tiba-tiba menginjak rem.
“Aduh!”
Saat Azizi mengecek pada bangku belakang, ia mendapati bahwa Indira dan Flora yang sedari tadi tidur, kini telah saling tumpang tindih jatuh dari tempat duduknya.
“Baik, Kak. Sudah sampai, sesuai aplikasi.”
****
Hehe😃
Senin malem update lagi
Yay
Or
Nay
Happy weekend semuanya☺
Happy weekend all
KAMU SEDANG MEMBACA
moonlight. [on hiatus]
FanfictionSeorang gadis terbangun di tempat antah berantah. Dengan pemandangan dan udara yang masing-masing terasa amat asing bagi mata dan paru-parunya. Gadis itu mencoba mengingat-ingat hal terakhir yang ia lakukan sebelum tertidur, namun seberapa keraspun...