*****
"Dan, yang ini kamar lo, mulai sekarang lo tinggal disini. Sama Indira juga." Terang gadis yang sedari awal pertemuan mereka, tak seklipun menunjukan sedikitpun senyum.
Semenjak dari pohon tempat Adel menemui dua gadis yang diketahui bernama Indira dan Ashel, hingga sampai ke sebuah bangunan yang diketahui merupakan sebuah asrama tersebut, banyak informasi baru yang Adel dapatkan dari penjelasan tanpa ramah tamah dari Ashel tentang banyak hal yang tak ia ketahui. Ya meskipun tanpa ramah tamah, Ashel masih menjelaskannya dengan sangat detail dan bahkan masih menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Adel, walaupun dengan selalu di awali dengan tarikan napas yang bahkan sepertinya dapat di dengar dari radius dua ratus mil.
Hingga sampailah mereka bertiga di depan kamar yang Adel simpulkan adalah kamarnya, dan Indira tentu saja.
"Untuk hari ini itu aja dari gue, kalau ada yang mau lo tanyain, lo bisa tanyain ke Indira, ya meskipun gue sendiri nggak yakin dia bakal banyak membantu. Atau kalau lo ada nyali, tanya aja ke Flora, dia temen sekamar lo juga. Gue pergi dulu," belum sempat Adel menanggapi, Ashel sudah bergerak menjauh, sebelum kemudian sosoknya menghilang setelah berbelok di ujung koridor.
Atensi Adel kembali teralihkan saat ia merasakan seseorang menarik bahunya, memposisikan tubuhnya menghadap pada pintu kamar. Lantas tak terjadi apa-apa kecuali Indira yang sibuk sendiri dengan proyeksi hologram interkom yang tepat berada di sebelah pintu.
"Liat buletan di depan lo," titah Indira, masih berfokus pada hologram, namun Adel tetap mematuhinya. Adel mencari bulatan yang Indira maksud, lantas melaksanakan apa yang Indira perintahkan sesaat setelah menemukan titik yang dimaksud.
"Tahan lima belas detik, jangan kedip, kalo kedip lo bakal kehilangan bola mata lo."
Adel membulatkan matanya, hendak memprotes, kala sebuah gelak tawa tipis keluar dari mulut Indira.
"Enggak enggak, gue cuma bercanda, ini tuh sistem biar lo bisa masuk ke kamar, sistemnya pake identifikasi pupil mata lo, kalo kata Flora sih semua orang punya pupil mata yang beda-beda, ada sih yang mirip itupun kalo punya kesamaan gen itupun nggak pernah ada kasus pupil mata yang identik kesamaannya dan itu berarti selain keluarga, susah buat nemuin kasus pupil mata yang sama atau mirip. Jadi bisa dijamin sistem keamanan ini amat sangat aman karena sih katanya belum pernah ada anak apantisi yang sedarah. Jadi sekarang boleh minta tolong ngadep buletannya nggak, Del?" Terang indira panjang lebar.
Adel pun kembali mensejajarkan kepalanya dengan lingkaran yang akan mengidentifikasi pupil matanya tersebut, yang berarti bahwa ia harus sedikit menekuk kakinya karena lingkaran itu berada sedikit lebih rendah dari pundaknya.
"Nggak usah pake segala bikin panik dong. Ngomong-ngomong, ini kita tiap masuk tinggal ngadep buletan ini doang kan?" Indira menganggukkan kepala yang dapat terlihat dari sudut mata Adel.
"Nah tinggal satu lagi dan...selesai!"
Klik.
Pintu terbuka. Indira pun masuk terlebih dahulu, mendului Adel yang masih terpukau dengan sistem-sistem yang ada di tempat ini.
"Teknologi disini keren banget asli. Tapi Ra, kenapa tempat yang buat scan mata tadi di bawah banget ya? Jadi bikin susah semisal mau masuk harus nunduk dulu," Adel masuk, mengekor Indira di belakang.
Adel melotot, mematung di ambang pintu sembari mengalihkan pandangan matanya dari dua gadis yang ada di depannya.
"Nah kebetulan, kenalin dia Adel anak baru, Del kenalin ini Flora, meskipun paling pendek, dia yang paling senior diantara kita. Hehe."
"Halo salam kenal, gue flora, gue pendek dan nyusahin seperti yang lo bilang tadi."
*****
waduh waduh kidssssss
kata gue lo jangan banyak berulah del, di ospek Kak Flora Senior kamar lo ngeri deh ngeri.
oh iya, kalo liat di cerita cerita lain pada ngasih tantangan buat update selanjutnya, misal aku ikut kek gitu juga boleh gasi? misal >8 vote untuk update part selanjutnya? can I?
tapi tenang misal belom nyampe segitu tapi udah pengen update, bakal tetep aku update kok hehe <3
salam
tukang kebun Apantisi
KAMU SEDANG MEMBACA
moonlight. [on hiatus]
FanfictionSeorang gadis terbangun di tempat antah berantah. Dengan pemandangan dan udara yang masing-masing terasa amat asing bagi mata dan paru-parunya. Gadis itu mencoba mengingat-ingat hal terakhir yang ia lakukan sebelum tertidur, namun seberapa keraspun...