"Oke jadi mulai dari mana kita, Kak?" Adel bertanya dengan bersemangat telah menyiapkan buku serta bolpoin, berjaga-jaga apabila ada hal penting yang perlu ia catat.
"Kan Lo yang mau nanya, Lo yang lebih tau mau lo apa, dan satu lagi, tolong ringkas semua pertanyaan di buku catatan lo yang gue tebak jumlahnya lebih banyak dari umur lo itu, karena masih ada banyak kerjaan yang harus gue lakuin."
Adel menyunggingkan senyum lebar, menampakan deretan giginya, "Emangnya lo tau berapa umur gue, Kak?"
"Palingan nggak lebih dari gue," Ashel mendudukan diri, tepat di sebelah Adel. "Coba gue tebak, badan lo tinggi, berisi, kalo lo ngaku umur sembilan belas pasti orang-orang percaya aja, tapi dari perkiraan gue, umur lo antara enam belas sampe tujuh belas. Am I right?"
Adel terkesiap mendengar jawaban Ashel, bagaimana mungkin seseorang dapat menerka dengan sekali jawab, tebakannya benar pula. "Holy shit! how? Kok bisa bener?"
"Easy, karena dari data-data yang ada, kebanyakan usia orang-orang disini saat pertama kali datang ngga lebih dari delapan belas tahun, semua datanya ada di Othiik, perpustakaan Apantisi," Jelas Ashel.
"Data? Maksudnya data pribadi? Ada survey? Atau data yang nggak kami tau? Maksud gue, semua orang disini kan datang dalam keadaan lost memory, seenggaknya itu yang Indira kasih tau ke gue."
Beribu pertanyaan keluar dari mulut Adel, membuat Ashel kembali menghembuskan napas kasarnya entah untuk yang keberapa.
"Ya lo pikir aja, apa estetikanya kita mecahin semua misteri misi kita kalo di perpustakaan umum yang bisa semua orang akses ada data pribadi yang ngga seharusnya kita tau sebelum waktunya?"
Adel menghela napas, terdengar seperti melepaskan kekecewaan karena ia tak mendengar jawaban yang ia harapkan akan keluar dari mulut seniornya ini. "Jadi bukan ya?"
"Di Othiik emang nggak ada hal semacam itu, Othiik itu isinya jurnal-jurnal dari semua alumni Apantisi, Indira udah kasih tau lo kan kalo misi kita itu kaya misteri? Nah jurnal-jurnal disana itu isinya ya banyak dari misi mereka –orang-orang yang udah berhasil keluar dari dunia ini dan kembali ke dunia mereka sebelumnya, perjalanan mereka menyelesaikan misi dan gimana mereka memecahkan misteri misi mereka. Semua alumni pasti meninggalkan jurnal, begitupun lo nanti," Ashel menjeda kalimatnya beberapa saat.
Iya, semua kecuali dua orang.
Adel membulatkan mulutnya sebagai reaksi. Kemudian hening sesaat.
"Jadi apa yang mau lo tanyain? Tanyain aja, gue ngerasa juga kemaren belum banyak ngebantu lo. Gimanapun lo tanggung jawab gue, jadi mau gimana lagi," Ucap Ashel, menyadari tempernya kemarin agak kelewatan sebagai seorang Penanggung Jawab.
Adel tersenyum, "Gimana kalau mulai dari awal Kak? Mungkin dari kenapa aku bisa ada disini?"
Sebenarnya, Adel sendiri telah menanyakan pertanyaan yang sama kepada Indira, tapi ia hanya merasa belum mendapat jawaban yang memuaskan dari gadis itu.
Ashel terdiam sebentar, bingung harus memulai dari mana.
"Gue harus mulai dari mana ya?" Ia menjeda kalimatnya lantas menoleh pada Adel yang ada di sampingnya. "Lo tau umur lo berapa?"
"Enam Belas, kan tadi udah di bahas," Adel menjawab, agak tak mengerti kemana orang di sebelahnya ini akan mengarahkan percakapan.
"Enam belas sama aja dengan usia?" Sambung Ashel.
KAMU SEDANG MEMBACA
moonlight. [on hiatus]
Fiksi PenggemarSeorang gadis terbangun di tempat antah berantah. Dengan pemandangan dan udara yang masing-masing terasa amat asing bagi mata dan paru-parunya. Gadis itu mencoba mengingat-ingat hal terakhir yang ia lakukan sebelum tertidur, namun seberapa keraspun...