If I Die 4

322 55 0
                                    

CHAN menahan diri agar tidak terlalu antusias dengan rasa adrenalin di dalam dirinya. Botol pilox di tangannya sementara Hyunjin sendiri sibuk mewarnai tembok. Melukis abstrak dengan pilox berwarna biru tua. Sedikit demi sedikit Chan tahu bahwa Hyunjin adalah seseorang yang bertalenta.

1. Mencoret dinding dengan pilox.

Adalah keinginan pertama dalam list milik Hyunjin. Chan tersenyum miring lalu mencoret sisi tembok lainnya. Suara gas pilox, baunya, serta fokus Hyunjin merupakan hal baru yang Chan sukai. Iris kecoklatan Hyunjin tajam fokus menentukan garis yang akan dia gambar di atas tembok batu bata ini. Dia tampak asik sendiri.

2. Dikejar polisi.

Itu adalah keinginan Hyunjin setelah mencoret-coret tembok. Alhasil ketika ketahuan mereka langsung kabur meninggalkan botol kalengan pilox di atas aspal yang sedikit basah lalu memacu kaki menuju jalan tikus—kabur dari para polisi yang mengejar mereka.

3. Pertunjukan band publik.

Sedikit aneh, tapi wajar saja bagi seorang fans band rock seperti Hyunjin. Ia dan Chan diperbolehkan untuk ikut memeriahkan band publik—dengan Hyunjin yang beraksi sebagai vokalis serta Chan yang bermain gitar. Meski Chan tidak terlalu suka band metal atau rock—dia menyukai klasik dan jazz. Tapi dia mengakui bahwa Hyunjin memiliki talenta lain selain membuat grafitti. Semua penonton bertepuk tangan dan Hyunjin langsung tertawa bahagia.

4. Mencari pekerjaan.

Di hari minggu yang cerah ini Chan kembali pada kegiatan mengasyikan. Ia menemani Hyunjin mencari pekerjaan—hanya untuk hari ini. Dan kebetulan ada yang memperbolehkan dia bekerja di cafe setelah mendengar alasan Hyunjin yang cukup dramatis dengan air mata buaya dan wajah murung, "Aku adalah penderita kanker, umurku tidak lebih dari tiga bulan lagi. Aku ingin merasakan menjadi pelayan sebelum kematianku tiba. Hanya untuk hari ini saja." Chan baru tahu bahwa Hyunjin suka menarik perhatian dan membuat semua orang prihatin atas apa yang dia derita. Menderita kanker; adalah salah satu alasan agar semua orang kasihan padanya.

5. Dipecat.

Anehnya ini adalah bagian dari list. Hal yang tidak disangka-sangka terjadi saat Chan mengawasi Hyunjin dari meja pengunjung. Saat sedang enak-enaknya menyeruput es kopi, dia dikagetkan oleh gebrakan meja. Sialnya si penggebrak meja adalah pelanggan yang ditangani oleh Hyunjin. Mengatakan bahwa Hyunjin tidak punya sopan santun dan berbicara kasar. Gebrakan meja itu membuat perhatian serta manager yang langsung mendekati mereka. Chan berusaha menahan malu—seperti pura-pura tidak mengenali Hyunjin. Alhasil hari itu juga dia dipecat.

Hyunjin tertawa sepanjang perjalanan. Seolah-olah hal tadi adalah lelucon baginya. "Kau lihat itu, Chan? Wajahnya merah seperti kepiting rebus!"

Chan berdecak pelan. "Kau tidak punya hati ya?"

Hyunjin menaikan bahunya singkat dan tidak peduli. "Habis dia meledekku seperti bocah."

"Secar harfiah kau memang mirip bocah."

"Aku tidak!"

Chan merotasi matanya. Memilih untuk tidak meneruskan perdebatan konyol ini. "Ada lagi yang ingin kau lakukan?"

6. Menonton bioskop.

"Kupikir kau sudah menonton bioskop berkali-kali." Chan mengomentari dengan pelan agar tidak menganggu pengunjung lain. Di pangkuan Hyunjin terdapat pop corn ukuran besar yang menggunung yang menemaninya menonton film Avengers: Endgame yang baru saja rilis.

"Sudah, meski bisa dihitung pakai jari," Hyunjin menjawab disela-sela kegiatan mencomot pop cornnya. "Tapi ini adalah Avengers, aku menanti-nanti untuk menonton ini."

If I Die - Chanjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang