"SEKOLAH?"
Hyunjin mengangguk semangat. "Boleh?"
Areum dan Jinsang berpandangan selama beberapa saat sebelum akhirnya Areum kembali bicara dengan nada khawatir. "Kami tidak melarang, tapi ... bagaimana caranya?"
Hyunjin mengerjap. Benar juga. Lulus SMP saja tidak, dia tentunya tidak bisa masuk ke sekolah sembarang kan? Mendadak dia menjadi lemas tidak bertenaga.
Jinsang meringis. Dia tidak mau melihat anaknya murung sedih seperti ini. "Mungkin Ayah bisa bantu."
"Benarkah?!" Hyunjin langsung berseru semangat, melotot berbinar pada sang Ayah.
Jinsang mengangguk pasti. "Ayah punya kenalan, dia merupakan kepala sekolah di SMA Cheongdam."
"CHEONGDAM?!" Hyunjin berseru tidak percaya. Setahunya Chan pernah mengatakan bahwa dia bersekolah di Cheongdam. "Aku mau, Yah! Aku mau!" Hyunjin berseru sambil melompat-lompat layaknya bocah. Hal itu membuat Jinsang dan Areum terkekeh pelan melihat keantusiasan anaknya.
Hyunjin menghabiskan sarapannya dengan cepat, mengantar Ayahnya ke pintu, lalu kemudian terburu-buru naik tangga menuju kamarnya. Dia meraih ponsel miliknya lalu mulai mengirim pesan pada Chan.
Hwang Hyunjin : Aku akan bersekolah!
Hyunjin yakin Chan tidak akan online pagi-pagi, Chan akan sibuk bersekolah dan akan membalasnya jika waktu istirahat tiba. Benar-benar rajin dan mematuhi peraturan. Omong-omong seharusnya Chan diskors ketika dia masuk penjara—walau hanya beberapa jam. Tapi sebagai permintaan maaf, Jinsang —Ayahnya—menyogok polisi agar tutup mulut dan tidak menceritakan kejadian ini pada pihak sekolah Chan. Tentu saja Jinsang tidak ingin ada masalah apapun pada sekolah Chan.
Chan membalas pesannya ketika jam istirahat tiba. Hyunjin buru-buru mengambil ponselnya dan membaca balasan Chan.
Bahng Chan : Terdengar bagus. Bagaimana kau bisa melakukannya? Kekuatan Ayah lagi?
Hyunjin terkikik geli. Tebakan Chan benar-benar tepat sasaran.
Hwang Hyunjin : Ya, kau benar! Aku akan bersekolah di Cheongdam!
...
Pagi-pagi sekali, Chan sudah ada di rumah keluarga Hwang bersama Ibunya yang senyum lebarnya tidak pernah luntur. Chan menguap kecil, dia sudah memakai seragamnya dan menunggu Hyunjin selesai memakai seragam milik Chan. Ia lumayan kaget begitu tahu sekolah yang akan menjadi sasaran 'keinginan' Hyunjin ternyata adalah sekolahnya.
"Menurutmu bagaimana rupa Hyunjin ketika memakai seragam?" tanya Minjee seraya berbisik.
Chan menaikan bahu berusaha biasa saja, padahal dia juga sama antusiasnya. "Seperti biasanya?"
Minjee mencebik kesal mendengar balasan Chan. "Kau ini tidak ada asik-asiknya seperti Hyunjin!"
Bagus. Sekarang dia dibandingkan dengan Hyunjin. Kenapa rasanya sedikit kesal? "Ya, mau bagaimana lagi? Pasti terlihat biasanya."
"Memangnya kau pernah melihat Hyunjin pakai seragam?"
Chan spontan menggeleng.
Minjee mendengkus pelan. "Lebih baik aku segera membuat sarapan." ia beranjak dari sofa menuju dapur. Chan benar-benar mirip seperti suaminya.
Chan mendesah panjang seraya memijat dahinya. Bagus, sekarang Ibunya menguasai dapur di rumah orang lain. Ia mencoba mencari kesibukan yaitu melihat-lihat tumpukan majalah di bawah meja. Chan mengernyit begitu melihat majalah-majalah tersebut kebanyakan majalah renang. Chan mencoba mengingat apakah Hyunjin menyinggung bahwa dia menyukai renang atau tidak. Rasanya dia tidak menyinggung tentang renang. Dan rata-rata majalah itu sudah dari beberapa tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die - Chanjin [END]
Fiksi PenggemarChan menatap selembar kertas di tangannya yang isinya merupakan 'list keinginan' Hyunjin sebelum meninggal dunia.