If I Die 9

411 52 1
                                    

17. Menyumbang buku, pakaian dan semuanya yang milikku pada orang yang membutuhkan

Besok paginya Seo Dongmin—pemilik panti asuhan yang juga merupakan teman Jinsang datang ke kediaman Hwang bersama anaknya yang bernama Changbin. Changbin dan Hyunjin sering bermain ketika Hyunjin datang ke panti asuhan. Itu saat mereka kecil. Sekarang, keduanya tengah mengobrol di kamar Hyunjin sedangkan para orang dewasa sedang mengobrol di ruang tengah. Sedangkan Chan memilih untuk bermain ponselnya di dalam kamar Hyunjin—pura-pura sibuk—sambil diam-diam mengamati dua anak itu saling mengobrol seru.

Tapi kemudian raut wajah Changbin berubah. "Kau adalah teman terbaik, Hyunjin! Aku tidak akan melupakan kenangan kita selama di panti asuhan!"

Mereka teman masa kecil. Chan menyimpulkan di dalam hati.

Setelah itu, buku novel dan buku pembelajaran di bawa oleh Dongmin ke panti asuhannya.

Menjelang siang, saat Chan sedang membantu Areum masak—tamu datang lagi, kali ini dari keluarga Lee. Nyonya Lee datang bersama dua anaknya, kedua wanita itu mengobrol di ruang tengah sementara Chan memimpin jalan menuju kamar Hyunjin, mempersilakan Hyunjin—yang sedang marathon film Game Of Thrones—untuk mewariskan pakaiannya pada Alex.

Sementara Chan kembali sibuk di dapur.

Sorenya, ketika Chan sedang menikmati langit senja dari taman belakang rumah, sahabat-sahabat Hyunjin datang menjenguk. Mereka adalah adik kelas Chan. Maka, Chan mempersilakan mereka untuk mengobrol di dalam kamar sementara ia pergi ke ruang tengah bermaksud untuk menonton televisi sambil menemani Areum.

"Teman-teman sekelas membuatkan ini," Seungmin memperlihatkan barang yang ia bawa dari dalam tas kertasnya. Burung bangau dari origami. Melihat jumlahnya, pasti sangat banyak. "Sayangnya belum sampai seribu. Kami membuatnya baru sampai enam ratus." lanjutnya sedikit bersalah.

Hyunjin tersenyum lebar. "Ini lebih dari cukup, terima kasih sudah mendoakanku."

Seungmin mengangguk, senyum terpatri di wajahnya. Sedikit rileks. "Terima kasih kembali."

Jeongin mendekat lalu memeluk Hyunjin dengan erat. Bahunya bergetar menahan tangis. "Aku tidak percaya akan secepat ini, Hyunjin."

Hyunjin tersenyum sedih. "Jangan nangis, Jeong. Nanti aku yang dimarahi." katanya sedikit melucu. Walaupun sepertinya ia sendiri hampir ingin menangis.

Jeongin terkekeh pelan menanggapi candaan Hyunjin. Ia melepaskan pelukannya. "Tidak akan."

"Jangan menangisi aku."

"Ya, tidak akan."

Hyunjin tersenyum. Ia meraih sebuah bingkai foto yang di mana disana terdapat foto-foto mereka di jadikan dalam satu bingkai. Hyunjin mengelus kaca bingkai itu dengan sedikit sedih serta bernostalgia. "Melihatku tersenyum lebar seperti ini, kenapa rasanya sakit ya?"

Mereka terkekeh bersamaan. Kekehan yang pahit dan sakit. Tapi mereka tidak mengatakan apapun.

Jisung memberikan sebuah flashdisk pada Hyunjin. "Aku membuat video tentang kita semua, di sana ada teman-teman sekelasmu di Cheongdam termasuk Seungmin. Tontonlah selagi kau masih bernafas, Hyunjin."

Hyunjin tertawa mendengarnya. "Aye, tentu saja!"

Seungmin merotasi mata sedangkan Jeongin terkekeh sementara Jisung tersenyum kecil. "Ayolah, jangan bilang kau habis menonton film barat lagi?"

"Tepat sasaran!" Hyunjin tertawa lagi. Ia lalu menunjuk sebuah kardus di atas lantai di dekat pintu. "Dus itu berisi komik-komik milikku yang tidak tahu mau aku sumbangkan ke siapa. Barangkali kalian ingin, kalian bisa ambil."

If I Die - Chanjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang