Bahng Chan : Akan aku jemput. Setengah jam lagi aku sampai di rumahmu
Hyunjin menatap pantulan dirinya dari cermin. Kaus putih band AC/DC, dibalut kemeja kotak hitam, serta celana ripped jeans putih. Hyunjin merasa sempurna dengan fashion seperti biasanya. Saat hendak duduk di kasur, Ibunya datang masuk.
"Jarang sekali melihatmu berpakaian. Biasanya kamu menunggu Chan datang dulu."
Hyunjin meringis. Ia memang bukan tipikal orang yang bersiap lebih awal dan menunggu. "Dia.. um, yah, sedikit berbeda untuk hari ini."
Areum memasang wajah meneliti, menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Benarkah?"
"Ya, begitulah."
Areum mendengkus pelan melihat rona merah di pipi anaknya. Dia yakin Hyunjin memiliki rahasia. "Kencan?" tebaknya geli.
Hyunjin melotot. "Tidak! Bukan!"
Areum menahan senyum gelinya. "Apa lagi kalau bukan kencan? Ibu pernah muda, Nak, jadi Ibu tahu seperti apa rasanya dimabuk cinta."
Pipinya semakin memanas mendengar Ibunya mengatakan hal seperti itu. Tapi ia sadar, Hyunjin menatap Ibunya sedikit panik. "Apa tidak apa-apa?"
"Tentang?" Areum bertanya balik, pura-pura tidak mengerti. Ia sedikit mendekat dan memperbaiki kerah kemeja Hyunjin.
"Kami berdua ... maksudku—"
"Kamu dengan Chan?"
Hyunjin menatap Ibunya takut. "Ya..." jawabnya melirih. "Apa itu tidak apa-apa?"
Areum tersenyum pada Hyunjin, menangkup pipi anaknya dengan usapan lembut. "Bahagiamu adalah bahagiaku juga. Selama itu baik untukmu, kenapa tidak?"
Hyunjin tersenyum lebar lalu memeluk Ibunya dengan hangat. "Aku sayang padamu, Bu."
Areum mengelus punggung sang anak. "Ya, Ibu juga sayang padamu. Kami sayang padamu, Hyunjin."
Hyunjin mengeratkan pelukannya. Orang tuanya adalah yang paling terbaik. Ia bangga memiliki mereka yang setia menemaninya. "Terima kasih, Bu."
"Terlalu cepat," Areum melepaskan pelukannya. Ia kembali melihat apa yang dipakai Hyunjin. "Tapi, pertama-tama kita akan merubah bajumu dulu. Ini terlihat tidak keren."
"Tapi..."
"Ini kuno." Areum tidak mau kalah.
Hyunjin menghela nafas kasar. "Ya, baiklah." katanya membuat Areum tersenyum penuh kemenangan. "Hari ini aku bonekamu, Bu."
Areum berseru senang dan langsung mencari-cari baju yang cocok untuk Hyunjin namun terlihat simple dan fresh. Ia mengambil baju lengan panjang belang-belang hitam putih yang dibeli Hyunjin beberapa bulan lalu, sebuah kaus hitam lengan pendek bertuliskan kanji Jepang. Lalu celana jeans biru muda dan sepatu Sneakers Puma RS-X berwarna hitam hijau hadiah dari Ibunya tahun lalu.
Hyunjin memasang senyum nostalgia. Seingatnya dulu ia menjadi boneka Ibunya adalah saat sekolah dasar. Saat itu Hyunjin dipakaikan pakaian bermerek bahkan sempat ditawari menjadi model anak-anak. Oh, tentu saja, Areum menolak karena tidak ingin anaknya merasakan tidak bebas.
"Ini terlihat lebih baik." Areum berdecak pelan lalu menganggukan kepalanya. Ia berjalan ke lemari tempat Hyunjin menyimpan tas-tasnya. Kemudian kembali dengan membawa bum bag Givenchy. "Dan sebagai aksesoris."
Hyunjin memakainya seraya terkekeh. "Kenapa kau memperlakukan aku seperti anak gadis?" tanya Hyunjin iseng.
"Karena kau anakku, Sayang." Areum mencubit gemas pipi Hyunjin. Ia merapikan rambut palsu milik Hyunjin lalu tersenyum. "Kupikir kau butuh topi." Ia kembali mencari ke dalam lemari dan kembali dengan topi bucket hitam lalu menaruhnya di atas kepala Hyunjin. "Begini lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die - Chanjin [END]
FanfictionChan menatap selembar kertas di tangannya yang isinya merupakan 'list keinginan' Hyunjin sebelum meninggal dunia.