If I Die 2

549 65 1
                                    

HYUNJIN mengambil segelas teh manis yang dia buat menuju ke atap rumahnya. Rumah Hyunjin memiliki rooftop untuk bersantai, kadang Ibunya akan menjemur pakaian di sini, tapi hari ini pakaian tersebut sudah di setrika beberapa jam yang lalu sebelum akhirnya Ibunya izin pergi mengantar bekal ke tempat kerja Ayahnya.

Hyunjin berjalan ke tembok pembatas dan meletakkan gelas itu diatasnya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret pemandangan senja serta segelas teh. Setelah di rasa cukup aesthetic, Hyunjin mengepost foto itu ke status whatsappnya dengan caption [Senja gini enaknya minum teh sambil ngayal punya gandengan] Hyunjin tersenyum geli membacanya.

Mengambil kembali gelas tehnya, Hyunjin duduk selonjoran di atas lantai sambil memerhatikan langit senja. Beberapa saat kemudian ponselnya bergetar ada pesan. Begitu membukanya, ia langsung cemberut.

Bahng Chan : Anak senja 'eh, Hyunjin?〜(^∇^〜)

Berdecak pelan, Hyunjin lupa bahwa pertemuan kedua teman lama itu membuatnya mau tidak mau bertukar nomor telepon dengan Chan. Sialnya, setiap apapun status yang dia buat pasti Chan akan mengomentarinya.

Hwang Hyunjin : Berisik. Kenapa kau selalu komentar statusku?!

Hyunjin mengetiknya dengan kesal sepenuh hati. Sedikit heran dengan remaja yang ternyata setahun lebih tua darinya.

Bahng Chan : Memangnya tidak boleh? Setiap orang bebas berkomentar bukan?

Hwang Hyunjin : Terserah kau

Bahng Chan : Baiklah, hehe

Hyunjin makin cemberut. "Orang aneh." bisiknya pelan. Dia menghela nafas pelan lalu membiarkan tubuhnya berbaring. Beberapa menit kemudian, Chan kembali mengirimnya pesan.

Bahng Chan : Hei Hyunjin, kau sekolah?

Hyunjin mengerutkan dahi.

Hwang Hyunjin : Tidak. Aku belum bilang ya? Karena kondisiku yang seperti ini membuatku sering absen. Jadi aku memutuskan berhenti. Lagian hidupku juga tidak lama.

Hyunjin kembali menaruh ponselnya disampingnya sambil menutup mata, beberapa menit kemudian Chan baru membalasnya.

Bahng Chan : Baguslah. Sekolah itu melelahkan. Kau benar-benar kena kanker? Aku bukannya meledek atau apa, tapi sikapmu yang terlalu santai membuatku ragu

Hyunjin terdiam sejenak. Balasan Chan mengingatkannya pada dua temannya di sekolahnya dulu. Dua sahabatnya yang selalu bersama setiap saat, namun kemudian mereka menjauh perlahan ketika Hyunjin divonis kanker.

Hwang Hyunjin : Ya, aku dan Felix adalah pejuang kanker. Terlalu santai? Hidup harus dibawa santai, haha.

Hyunjin menaruh ponselnya lagi lalu memandang langit yang perlahan menjadi gelap. Sementara lampu rooftop mulai menyala tanda bahwa Ibunya sudah pulang. Hyunjin masih berada di tempatnya, kali ini berbaring miring menatap layar ponselnya—menunggu layar tersebut menyala tanda ada pesan masuk.

Tanpa sadar, dia menunggu balasan Chan.

"Hyunjin, turun! Angin malam tidak baik untukmu!"

Hyunjin bangkit lalu duduk. Dia menyesap tehnya lalu mengambil ponselnya dan beranjak dari sana. Membuka pintu dengan bahunya lalu membiarkan pintu menutup dengan sendirinya, Hyunjin menuruni tangga dengan hati-hati menuju dapur dan menaruh gelas tehnya di sana. Dia dapat melihat Ibunya sedang mencuci piring kotor, baru pulang dari kantor Ayahnya.

"Menunggu sesuatu?"

Hyunjin tersentak kecil. Ia mengalihkan perhatiannya dari ponsel di atas meja bar ke Ibunya yang sedang menata piring. "Tidak." Jawabnya. Meski begitu, matanya diam-diam melirik ponselnya.

If I Die - Chanjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang