If I Die 3

385 61 2
                                    

HWANG AREUM menautkan alisnya heran melihat anaknya yang akhir-akhir ini selalu menatap ke arah kalender setiap melewatinya. Sedikit gemas dan jengah. Dia memutuskan untuk bertanya. "Ada sesuatu yang kau tunggu?" tanya Areum.

Hyunjin menoleh dengan terkaget kecil. "Tidak ada kok."

Mata Areum menyipit. "Benarkah?"

Hyunjin diam. Menggigit bibir bawahnya, tidak berani menatap Ibunya yang sedang duduk di atas sofa sambil menonton televisi. "Ya-Yah..."

Areum mendengkus geli. Merasa bahwa anaknya sedang merahasiakan sesuatu membuatnya gemas. "Kemarilah, Hyunjin, duduk disamping Ibu." titah Ibunya.

Hyunjin langsung menuruti. Duduk disamping Ibunya, membiarkan wanita beranak satu itu memeluknya dari samping. Sementara keduanya menatap ke layar televisi yang sedang menampilkan talk show.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Hyunjin menggeleng. Besok adalah hari minggu.

"Kau yakin?"

Hyunjin diam. "Kenapa Ibu penasaran sekali?"

Areum mencebik. Berusaha untuk tidak mencubit gemas pipi anaknya. "Aku ini Ibumu."

Sambil mendengkus pura-pura merajuk, Hyunjin menjawab dengan nada pelan. "Tidak ada yang spesial."

"Setelah kamu selalu menatap ke kalender?"

"Uh ... Ibu..."

Areum terkekeh geli melihat rona merah pipi anaknya. "Coba ceritakan pada Ibu apa yang sedang kamu pikirkan."

"Besok adalah hari minggu." Hyunjin menjawab dengan ringan tanpa ragu dan penuh misteri.

"Ya ... Lalu?"

Hyunjin mengerjap pelan. Sedikit berat untuk melanjutkan tapi biarlah Ibunya tahu. "Chan mengajakku ke suatu tempat besok."

Areum berbinar senang mendengarnya. "Benarkah?!" tanyanya sedikit tidak percaya. Bagaimana tidak? Anaknya belum pernah main keluar bersama teman-temannya selain Felix. Areum pun tidak bertanya lebih lanjut tentang sahabat Hyunjin di SMPnya, melihat reaksi Hyunjin yang selalu murung, Areum yakin anaknya punya masalah yang tidak bisa dia ungkapkan mengenai sahabat-sahabatnya.

Hyunjin cemberut. "Tidak tahu! Mungkin saja dia hanya membual!"

Kesokan harinya, Hyunjin benar-benar tidak mau tahu tentang janji Chan. Dia hanya rebahan di dalam kamarnya sambil menonton layar televisi di depannya yang sedang menampilkan film ketiga dari Maze Runner, sambil mencomot keripik kentang serta meneguk kola—yang hanya bisa dia nikmati selama dua minggu sekali.

"Lihat dia, si pembual, benar-benar membual." Gumam Hyunjin bermonolog sambil melihat jam yang menunjukkan pukul sebelas. Dia benar-benar tidak memikirkan tentang janji Chan. Tidak terlalu.

"Oke. Dia pembohong." Hyunjin bangkit sebentar untuk menaruh bungkusan keripik serta kaleng kola ke atas nakas lalu membiarkan dirinya tertidur. Melihat hari minggu dengan langit yang cerah ini membuatnya ingin terlelap.

Lama kelamaan, matanya tertutup dengan televisi yang masih menyala.

Setelah sekian lama, Hyunjin bermimpi kembali akrab dengan sahabat-sahabatnya. Mereka berlarian menuju pantai, membiarkan air laut membasahi ujung baju toga yang mereka pakai. Gembira serta senyum lebar tidak luntur dari wajah mereka. Rasanya menggembirakan, menyenangkan dan haru dalam waktu yang bersamaan. Ketiganya saling merangkul lalu tertawa. Mengucapkan rasa syukur karena bisa lulus bersama-sama.

Mimpi yang indah.

Dan tentu saja umur Hyunjin tidak sampai ke sana.

Dia akan mati sebentar lagi.

If I Die - Chanjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang