Four Kisses

889 144 0
                                    

Koki lama Yoru punya asisten lain. Namun entah sudah berapa banyak jalan yang dia lalui, Asa dan Yoru jadi dekat. Mereka punya hubungan baik yang jarang sekali orang lain punya dalam tempat ini. Dari jauh dia selalu melihat punggung Yoru ketika memasak. Tegap dan cantik lalu tangannya bergerak dengan pasti sambil memegang penggorengan, spatula atau ketika mengaduk makanan dalam panci.

Asa bukan Asisten Koki Yoru. Di awal dia masuk, wanita itu masih punya asistennya, sampai sudah beberapa bulan terlewati, orang itu mengundurkan diri. Asa pikir akan ada kemungkinan pergantian untuknya, tapi ketika dia datang, sudah ada anak magang yang terlihat masih ingusan dan tidak kompeten. Kagetnya lagi dia ditempatkan untuk Yoru.

Sejak awal Asa sudah ragu untuk percaya, tapi dia bukan siapa-siapa disini, jadi Asa tidak menyuarakan apa pun. Anak itu pernah beberapa kali lupa membawa bahan makanan pelengkap sup, jadi harus bolak-balik, itu membuang waktu. Jika saja dia yang berdiri disana, pasti Yoru tidak perlu mengerutkan wajah. Lagi-lagi piring berdentang terlalu keras. Koki yang dikagumi Asa berkali-kali juga mengetuk working table.

Saat jam pulang, Aki —koki yang dia layani, selalu bilang, "Mungkin karena dia masih anak magang. Wajar jika butuh waktu beradaptasi lebih lama." Aki juga bilang, "Denji itu gampang bergaul ya." Lalu Aki lagi-lagi bilang, "Hehe, selera Denji juga bagus. Masakan dia juga enak loh! Coba sesekali ngobrol lebih lama, kamu harus coba ngubah pandanganmu padanya." Denji ini dan Denji itu. Beberapa koki lain yang di dapur juga mulai senang pada sifat Denji. Ini perubahan besar yang bikin Asa sedikit iri.

"Meski diawal dia beneran yang terburuk, sekarang Denji jago juga, ya, Sa." Yoru pun ikut membicarakan itu padanya. Hatinya terasa tidak enak saat akan memasang ekspresi jelek, tapi hatinya juga tak suka hal itu.

"Iya, ya? Aku akhir-akhir ini lagi burn out, deh, sampe kurang merhatiin sekitar." Dengan alasan itu Asa mengalihkan topik.

Suatu ketika di hari yang cerah, Yoru berjalan agak pincang. Khawatir, jadi Asa bertanya langsung. "Yoru, kamu kenapa?" Dia meremat baju putihnya. Pola acak kusut terbentuk disana. Wanita itu bilang, dia jatuh dari tangga saat jalan sambil minum. Tidak ada luka fisik yang serius tapi akhirnya seperti ini, Yoru akan sulit berjalan seperti orang normal untuk beberapa hari atau mungkin minggu. Walau khawatir, tapi setelah Asa melihat hari-hari yang dijalani Yoru berjalan dengan baik, jadi dia mulai tidak memikirkan itu terlalu dalam.

Sampai pada kejadian dimana Denji jatuh diatas Yoru. Itu sudah malam hari dan tempat parkir restoran tidak terlalu terang. Asa sudah berada di atas motornya dan mendengar suara Denji berteriak tentang dompet Yoru yang jatuh. Dia menggeser pandangannya dan kembali menurunkan standar motor. Di sana, anak laki-laki itu limbung ke depan, Yoru yang masih pincang dan baru menghadap ke belakang tidak bisa bergerak sigap. Teriakan dua orang wanita dan satu pria menyebar ke udara. Ingin Asa pukul wajah Denji, tapi ini hanya kecelakaan kecil yang tidak disengaja. Lagi pula mereka hanya jatuh dan Denji menimpa Yoru, bukan kelalaian seperti tak sengaja menjatuhkan kulkas dua pintu di atas Yoru.

Helmnya dia lepas dan Asa berlari ke tempat mereka. Yoru belum bangkit dan terus meringis kesakitan. Kunci mobil yang terjatuh dia ambil dan dibukanya pintu mobil, salah satu tangan Yoru disampirkan ke bahu. Asa berpikir, setidaknya biarkan dia duduk atau tidur di tempat yang lebih baik daripada di atas tanah berdebu. Tidak sengaja dia kembali melihat Denji, mata cowok itu tidak lepas dari bagian di bawah leher milik Yoru. Itu bukan ukuran yang membuat orang lain tegang atau merangsang nafsu seketika. Namun, bisa jadi karena Denji jatuh di atasnya tadi. Anak mesum gila! Tatapan cabulnya pada dada Yoru langsung menyulut tali emosi Asa.

"Denji! Bantu buka pintunya!" Dia setengah berteriak.

"Ah, iya. Maaf, maaf, maaf!"

Tidak lama setelah itu, Aki yang baru keluar datang ke parkiran dan bergabung dalam kepanikan. "Loh, ini kenapa?"

Sugar KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang