Five Kisses

842 149 13
                                    

Tujuh hari berlalu sejak sidang. Ada beberapa kata lalu Yoshida kembali diam. "Gue minta maaf buat nyari tau hidup lo seenaknya, Ji. Gue minta maaf udah bawa kasus ini lebih jauh tanpa sepengetahuan lo lebih dulu. Kalo lo masih belom mau tau alasannya, nggak apa, gue nggak akan cerita dulu. Dan terakhir gue juga minta maaf udah nyinggung soal orang tua lo ketika sebenarnya gue udah tau semua cerita itu. Denji, gue minta maaf."

Klakson mobil Quanxi berbunyi. Entah itu salam yang berarti dia pulang lebih dulu atau menyuruh Yoshida pergi lebih cepat dari parkiran. Masalah ini sudah selesai dengan bantuan saudaranya juga. Kapan-kapan Quanxi pasti akan menagih utang tentang hal ini. Mesin mobil masih menyala sejak tadi, bukan rasa canggung yang jadi atmosfer mereka. Dua insan itu memiliki pemikiran yang berbeda, namun yang satu juga tidak kunjung menjawab. Pedal gas diinjak perlahan oleh Yoshida. Akhirnya mereka pergi dari sana dengan beban lain yang menghimpit dada.

Power yang duduk dibelakang jadi ikut tegang dan takut bergerak. Dia tidak bisa melihat wajah Kakaknya, tapi dia sudah hafal sifat Denji. Denji tidak mungkin diam ketika dia bisa naik mobil mewah seperti ini. Kakak Power itu kan, agak norak, jika ini hari-hari yang normal pasti dia sudah ribut ngobrol bareng Yoshida dan membubuhkan pujian tentang seberapa kerennya mobil ini. Dalam hati, Power ikut merasa sedih. Selama ini, mulut itu sibuk bicara omong kosong tentang direkrut menjadi koki pribadi orang kaya dan tidak perlu lagi tinggal di rumah orang tua mereka yang mulai keropos. Betapa jahat mulut Denji berbicara sementara pada kenyataan, Kakaknya itu dipecat dengan tidak terhormat dan tanpa di dengarkan alibinya sedikit pun.

.

.

.

.

.

Dua pria itu masih diam dan tidak ada ciuman. Yoshida takut untuk bergerak dan Denji bingung haruskah dia yang bergerak? Dipikir-pikir, kenapa dia yang haus akan ciuman sekarang? Denji menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada menu masakan yang dia buat. Hari ini ada yang Power inginkan, ayam panggang madu sebagai makan malam. Enak rasanya, dulu Denji masak ini karena awet lebih lama dan masih cukup enak meski dipanaskan berkali-kali.

Sungguh hidup masa lalu yang menyedihkan. Tapi lihatlah sekarang, dia dikelilingi alat masak bagus yang lebih canggih. Disediakan oleh Yoshida sendiri tepat sehari setelah dia bekerja untuknya disini. Pria itu juga bilang, dia ingin merasakan keahlian terbaik Denji yang juga ditunjang oleh alat masak. Waktu itu Denji senang bukan main. Relung hatinya terasa hangat dan rasanya memang benar-benar bukan hal buruk untuk tinggal bersama Yoshida.

Ciuman kecil itu mungkin memang hanya bonus sebagai penyemangat hidup untuk Yoshida. Dia sudah tidak terlalu masalah. Lalu, ucapan cabul tentang horny dan kencan total itu juga tidak pernah dilakukan. Bicara seperti ini, bukan berarti Denji berharap lebih. Hanya saja image cowok sange yang dia tempel ke Yoshida sudah berubah jadi cowok sange bohongan.

Power keluar kamar, anak ini habis menyelesaikan tugas sekolahnya. Dia datang dan menagih menu yang dia request. "Kak, ayo makan! Ayam bakar, aku mau ayam bakar maduuu!!"

"Hehe, enak banget nih Powie. Masih fresh, hangat juga."

Yoshida masih belum pulang.

Hari ini mereka makan malam berdua lagi. Sudah seminggu dia selalu duduk di meja berdua bareng Power. Yang lainnya mungkin sibuk bekerja. Tidak masalah juga, memang itu tugas Denji untuk menunggunya kembali, lalu dibayar.

Iklan rokok dan kondom mulai bermunculan di TV. Berarti sekarang mulai tengah malam. Denji dikuasai sendu, ingin minum minuman keras rasanya. Ini benar-benar suasana yang mendukung seperti yang biasanya terjadi di film, dimana sang tokoh utama pria memiliki segunung masalah dan memilih untuk duduk bersantai sambil minum wine merah cantik dengan wanita seksi di pangkuan. Lupakan soal wanita, Denji tidak akan mendapatkan itu disini.

Sugar KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang