-©gladiolamorly-
..
"Jangan dipaksa, Jos. Kalau memang sudah parah, sudah. Lebih baik kau temani saya nanti, cari yang baru."
Josi mengangguk patah. Jakunnya bergerak naik turun tiga kali. Maka mau tidak mau, sudah terhitung tiga kali pula ia menelan saliva bersama sisa-sisa rasa sepat nan kering karena kurang minum air. Bibirnya hingga ke sudut-sudut gigi terdalam juga sama keringnya.
Hadyan menghela napas, begitu Josi memilih mengambil pekerjaan lain setelah melempar asal kunci Inggris ke sembarang arah, alih-alih mengambil mug besar berisi minuman energi rasa anggur di meja kerjanya. Hadyan sendiri tak yakin bila radio-radio butut bermasalah, juga beberapa kipas angin tua tanpa tutup baling-baling yang berjejeran di atas sana, akan berhasil di reparasi oleh Josi.
Hadyan sedang tidak meremehkan kawannya. Hanya saja, latar belakang pendidikan Josi adalah Biologi Murni. Ia sering frustasi, mengapa perangkat mesin motor tidak dibuat menyerupai sistem organ manusia saja? Namun, meskipun sedikit ingin gila, Josi menguatkan diri untuk menjadi montir atas dasar keinginan Mama yang tidak boleh diganggu gugat. Sedikit sulit, untuk menghindari Josi dan jasa reparasi barang rusaknya. Karena Josi sedang kejar target. Uang Panaik gadis Bugis Wajo bukan perkara remeh. Kalau Josi tidak melanjutkan bisnis keluarga, maka ia tidak boleh berkeluarga.
Tapi tak apa, karena Sarhan Josi adalah pria bugis Makassar yang menggenggam janji seperti sedang menggenggam nyawa. Pun, Ia menetap di Sengkang. Di mana pemuda Sengkang terkenal punya rasa malu yang besar dan didik untuk tidak membuat malu keluarga.
Josi selalu bangga dengan apapun yang ia punya di sini. Perkakasnya yang lengkap, semua tipe kunci, baut, obeng, dan bahkan dia punya banyak korek api bermotif pesepak bola. Beberapa ada yang bentuknya unik, menyerupai senter atau kemasan makanan. Ia sendiri tak tahu apa korelasi mesin motor dengan korek api. Tapi terkadang, ia butuh api kecil untuk memotong kabel radio. Hanya dua hal yang ia tidak sukai di sini. Motor rongsok yang solusi reparasinya buntu, dan plang penanda bengkelnya. Sampai saat ini, Josi masih mencari-cari siapa yang menempelkan brosur usaha katering di sana. Perekatnya kuat sekali. Hanya berhasil dirobek separuh. Saat brosurnya masih utuh, tulisan yang menunjukkan lokasi rumah kateringnya sangat sulit dibaca. Mungkin ownernya membayar toko percetakan dengan harga murah, atau karyawan toko percetakannya belum digaji. Seingat Josi, hurufnya berbayang ganda dan terlalu tebal.
Di kemudian hari, semoga Josi mendapat klien dengan masalah ban mobil truk hingga ia bisa mengganti plang nama bengkelnya dengan yang baru. Membeli ban bekas di toko alat-alat mobil, akan sangat buang-buang uang. Untuk sementara waktu, ia akan menetap di bengkel dan tidur saat larut malam, menjelang pagi. Jaga-jaga apabila ada yang jahil hendak menempel brosur jasa sedot WC di tempat yang ia duga akan menjadi sasaran selanjutnya adalah pintu bengkel. Sama seperti toko sembako di seberang jalan. Pemiliknya jadi malas menutup toko, karena pintunya terlihat seperti mading raksasa alih-alih bukan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sengkang
FanfictionSejauh yang Nawa ketahui tentang Sengkang, kota ini tak se-heboh Jakarta dalam warta pagi meski hampir setiap musim hujan, sebagian wilayahnya dilanda banjir. Lalu tentang danau Tempe, kisah We Tandampalik, dan kain sutera. Lelaki yang konon katany...