Bagian 12

7.4K 835 95
                                    

SUARA televisi yang menyala mengisi kesunyian di dalam sel besar itu, ini sudah hampir tengah malam tapi Taeyong sama sekali tidak dapat memejamkan mata. Iris hitamnya menatap langit-langit kamar sel Jaehyun yang sedikit kotor dan lembab, tidak ada yang bisa Taeyong lakukan saat ini; sementara si lelaki Jung sudah berbaring nyaman di sampingnya, bernapas dengan teratur. Apa mungkin Jaehyun sudah benar-benar tertidur? Jika begitu, apa Taeyong bisa membunuh laki-laki yang sudah memerkosanya tanpa rasa bersalah ini? Sayangnya Taeyong tidak memiliki senjata, bila ia menggunakan kedua tangannya untuk mencekik Jaehyun, sudah pasti lelaki itu akan memutarbalikan keadaan dalam waktu satu detik.

Taeyong menghela napas panjang, kenapa juga Jaehyun menyuruhnya tidur di sini? Taeyong sama sekali tidak nyaman mengetahui bahwa ia tertidur di samping lelaki cabul yang selalu meminta oral serta menggunakan tubuhnya di saat ia tidak sadarkan diri. Bajingan! Taeyong menoleh, menatap Jaehyun yang tertidur dengan damai dan tenang. Bila sedang tidur, lelaki tampan ini tidak terlihat seperti kriminal atau orang yang paling ditakuti di penjara. Jaehyun malah terlihat seperti bayi yang tak memiliki dosa. Taeyong menggeleng pelan, memikirkan apa dia ini? Sudah jelas-jelas jika Jaehyun adalah sosok kejam yang melukai tubuhnya tanpa berpikir dua kali. Untung saja tulang rusuk Taeyong kini perlahan sembuh.

"Tidurlah."

Dengan cepat Taeyong kembali tidur telentang, menghadap langit-langit kamar sel, ia tidak menduga bila Jaehyun ternyata belum tertidur! Mata Taeyong terpejam erat, takut bila si lelaki Jung akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika ia tidak segera tidur. Masalahnya saat ini Taeyong benar-benar sedang berada di dalam kandang singa, sama sekali tidak ada jalan keluar.

Suara helaan napas Jaehyun terdengar sangat jelas di telinga Taeyong meskipun suara televisi lebih mendominasi, jantung Taeyong berdetak dua kali lebih cepat, ia bisa merasakan pergerakan di sampingnya. Sial! Kenapa juga ia harus memerhatikan Jaehyun yang sedang terlelap dengan tenang?

Napas Taeyong tercekat tatkala sebuah tangan menimpa perut, matanya otomatis terbuka dan ia bisa melihat Jaehyun yang kini menghadap ke arahnya—mendekap tubuhnya secara perlahan. Kelopak mata Jaehyun masih terpejam, tapi Taeyong tahu bila lelaki bermarga Jung itu belum sepenuhnya terlelap.

"Kau tidak ingin tidur?" nada suara Jaehyun terdengar serak dan dalam, menggelitik telinga Taeyong.

Mengigit bibir bawah, Taeyong memberanikan diri untuk sepenuhnya menoleh, menatap wajah Jaehyun. "Belum mengantuk."

"Kenapa?"

"Karena aku merasa tidak nyaman berbaring di sampingmu."

Jaehyun membuka mata, bibirnya berkedut; menahan senyum geli, ia memandang ke dalam iris hitam Taeyong yang kini melemparkan tatapan nyalang padanya. "Kenapa?" tanya Jaehyun untuk kali kedua.

"Karena kau psikopat."

"Aku tidak berniat membunuhmu."

Kening Taeyong berkerut dalam, rahangnya mengetat. "Tapi kau menyakitiku dan berusaha membunuhku."

"Tapi nyatanya kau masih di sini, tidak berbaring di dalam tanah yang dingin dan gelap."

Taeyong mengubah posisi tidurnya jadi menghadap Jaehyun; miring. Mata mereka saling bertemu, di dalam hati Taeyong sudah bersungut-sungut, kenapa nyawa seolah tidak berarti di hadapan Jung Jaehyun yang gila ini? Jelas-jelas tulang rusuk Taeyong sudah patah dan ia membutuhkan perawatan intensif serta istirahat yang cukup, namun bagi Jaehyun—itu hanya seperti kayu kecil yang menancap di ujung jari.

"Tidak perlu berlebihan, kau masih di sini dan aku masih membutuhkanmu." ujar Jaehyun lagi, ia menarik tubuh Taeyong; mendekapnya erat, "sekarang tidurlah."

Prison《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang