Bagian 23

2.6K 364 21
                                    

BERSEMBUNYI adalah pilihan Ten satu-satunya setelah melihat sekacau apa keadaan penjara saat ini, ia bahkan mengunci klinik kesehatan dengan rapat agar tidak ada yang bisa masuk. Ten tidak habis pikir, sebenarnya apa yang sedang terjadi sehingga semua narapidana berlari menuju gedung A sambil membawa senjata tajam? Sinting! Penjara ini benar-benar sudah tidak beres.

Tubuh kecil Ten meringkuk di bawah meja kerja, kedua tangannya mengenggam ponsel; mengirim pesan dan meminta bantuan pada pihak luar. Memang, jelas-jelas ini di dalam penjara, siapa lagi yang harus Ten mintai tolong jika polisi serta sipir saja tidak ada yang membantu?!

Ten sudah bekerja selama kurang lebih lima tahun di penjara ini, dan baru kali ini ia melihat semua narapidana menggila—tidak ada sipir yang mengontrol. Apa semua ini ada kaitannya dengan Jung Jaehyun? Lelaki berstatus mafia itu pasti bisa melakukan hal mengerikan seperti sekarang tanpa konsekuensi apapun!

Bagaimana dengan Johnny?

Apa kekasihnya itu baik-baik saja? Bajingan, Ten sudah tidak bisa berpikir jernih!

Suara pintu yang di dobrak kencang hingga engselnya lepas berhasil membuat Ten berteriak penuh keterkejutan, ia memunculkan kepala dari balik meja dan menemukan Jaehyun, Taeyong, Yuta, Hyukjae serta Taehyung yang sudah bersimbah darah. Ten menutup mulut dengan telapak tangan, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, semua darah yang ada di tubuh kelima laki-laki itu membuat kepala Ten berputar hebat.

"Ada apa ini Pak Kepala?" tanya Ten pada Hyukjae yang terlihat ketakutan berdiri di samping Jaehyun, Ten keluar dari persembunyiannya—berdiri tak jauh dari kelima lelaki tersebut.

Hyukjae menghela napas. "Ten, apa Johnny pernah memberikan sebuah kartu padamu? Atau apakah Johnny pernah memberikan sesuatu untukmu?" ia bertanya baik-baik.

Dahi Ten berkerut dalam. "Di mana Johnny?" bukannya menjawab, Ten balik bertanya, iris hitamnya menatap wajah Yuta yang ekspresinya sulit dibaca.

"Apa kau tahu jika Johnny adalah pengkhianat?" ya, Yuta membalikkan pertanyaan, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.

Ten mengerjapkan mata beberapa kali, sama sekali tidak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Apa maksudmu?"

Rahang Jaehyun mengeras, ia berjalan menghampiri Ten tanpa aba-aba dan menempatkan tangannya di leher si lelaki yang lebih kecil—menyudutkan Ten di dinding serta mencekiknya. Jaehyun tidak bisa sabar, ia enggan memulai percakapan atau pertanyaan konyol yang sedari tadi keluar dari bibir orang-orang.

"Jaehyun!" Taeyong memekik terkejut, tidak percaya bahwa si lelaki Jung akan memperlakukan Ten seperti itu.

Jaehyun menatap lurus ke dalam mata Ten yang menyiratkan ketakutan mendalam. "Jawab pertanyaan Hyukjae."

Jujur saja saat ini Ten kesulitan bernapas, tenggorokannya tercekat hebat akibat tekanan dari tangan besar Jaehyun. "A-aku tidak mengerti apa yang k-kalian maksud, barang apa?" cicitnya susah payah.

Tidak berhasil mendapatkan jawaban, Jaehyun menarik dan menghantamkan kencang kepala Ten ke dinding, di susul oleh teriakan Taeyong. Jung Jaehyun sedang tidak ingin dipermainkan, jika Ten enggan bicara, Jaehyun tidak segan membunuhnya meskipun harus mencari kartu akses di setiap sudut klinik.

"Aku tidak senang mengulang kalimatku Ten, kau tahu itu. Jawab atau kau akan benar-benar mati di tanganku." ancaman itu keluar dari bibir Jaehyun, suaranya sedingin kutub utara dan tatapannya setajam elang yang sedang mengintai mangsa.

Taeyong tidak tega menyaksikan Ten diperlakukan seperti itu. Tapi ia tahu bahwa saat ini Jaehyun sedang terburu-buru, Johnny tidak memiliki kartu akses yang sedang mereka cari—maka tersangka utamanya hanya Ten. Gigi Taeyong bergemeletuk, tangannya terkepal kuat, ia mengalihkan pandangan ke arah lain; tidak ingin melihat bagaimana darah perlahan keluar dari kepala Ten yang baru saja di hantamkan ke dinding.

Prison《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang